Chereads / amarah bahagia / Chapter 58 - Moment romantis yg tragis.

Chapter 58 - Moment romantis yg tragis.

Calon Alvino muda, seketika terdiam mendapati apa yg ada di hadapannya saat ini.

Sebuah tempat romantis dg sedemikian decorasinya, hampir persis waktu itu saat Alvino muda menyiapkan sebuah Dinner romantis mereka.

Apa semua ini? Fauziah pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya namun ada banyak perbedaan.

Saat itu dia sangat bersuka cita tapi kali ini malah berduka cita.

Fauziah mengurai air mata, perih sangat menyayat, bayangan Alvino muda menari di ingatannya.

"Bagaimana Zi? Kamu menyukai ini?"Tanya Al kemudian, senyum indah melengkung di bibir laki2 itu.

"Kak..."Lirih Ziah, air mata bahkan mengalir dan terus mengaliri pipinya.

Al Wijaya bukan membuat gadis itu bahagia justru merasakan kesakitan dan luka yg tak ada darahnya.

"Sorry....Zi..Kamu panggil aku apa?"Tuan tanah muda kali ini menatap Ziah heran.

Ziah tersentak dan menyeka air mata yg terlanjur tumpah itu.

"Oh gak, aku, oh ya, this surprise to me, thanks"lidah gadis itu keluh dan tidak tau lagi harus berucap apa? Akan kah dia kembali mengutuk tuan tanah muda atau mengutuk dirinya sendiri yg seperti nya gagal mempertahankan cinta dan masa depannya.

**

Di kediaman tuan tanah, terlihat para orang tua dari Fauziah dan Al Wijaya sedang berembuk apalagi yg mereka bicarakan kalau bukan perihal pernikahan.

"Semoga malam ini anak2 kita bisa menyelesaikan masalah mereka ya buk, saya sangat berharap mereka kembali seperti dulu, dan kita akan segera menikahkan mereka setelah ini."Oceh Miranti di hadapan Sarah yg tersenyum secara paksa.

Apalagi sang anak terus menolak keinginan nya, bagaimana lagi, Al sudah terlanjur menyentuh Fauziah bagaimana cara agar tak menikahkan mereka yang ada kedua keluarga akan menanggung malu.

Itu lah alasan kenapa Sarah begitu ngotot untuk menikahkan anaknya dg putra tuan tanah meski bersikeras di tolak oleh sang putri.

"Semoga mereka bahagia dg keputusan kita ini, dan kami bertekat akan melangsungkan acara lamaran Minggu depan, apa bapak sama ibuk setuju?"pak Kudus menatap lekat buk Sarah dan pak Kadir, yg kini tengah meragu, bagaimana tidak ini menyangkut kebahagiaan sang putri, rasa sesal di masalalu yg membuat putri mereka tersiksa juga turut andil dalam perjodohan paksa ini.

"Kami serahkan segala keputusan nya kepada bapak dan ibu saja, kalau memang itu yg terbaik kami akan ikut saja, toh ujung ujung nya anak kita pasti akan menikah bukan?"Jawab pak Kadir dg rasa pahit yg mendera lidahnya saat ini.

"Tapi buk Miranti, apa ibu yakin? Apa yg terjadi pada anak kita tidak ada orang lain yang mengetahuinya selain kita berdua?"Sarah menatap Miranti dg rasa khawatir.

"Buk Sarah tenang aja, saya yakin tidak ada yg mengetahui hal itu, cukup kita aja yg tau, ibu tau kan bagaimana reputasi keluarga kami, kami juga tidak ingin ini di ketahui siapapun, percaya lah buk."Jawab Miranti seraya menggenggam tangan Sarah yg memperlihat kan raut kegelisahan di wajah sendunya.

**

"Zi...Ini untuk yang kesekian kalinya aku bertanya, maukah kamu kembali merajut asa bersama ku? Menjalin kembali apa yang tak sempat kita raih waktu dulu?"Tuan tanah muda saat ini sedang bersikeras merayu dan membujuk Fauziah, gadis itu hanya diam terpaku tidak pandai bagaimana cara menerangkan lagi kondisi hatinya saat ini.

Bahkan saat Al menyentuh tangannya dan menggenggam jemarinya, dg cara berlutut di hadapannya, Fauziah tetap diam saja.

Kata2 itu bukan Bunga, tapi Sembilu menusuk tajam, Fauziah menangis, tapi bukan karna keharuan, dia hanya sedang di landa dilema yg terus menggoda hatinya.

"Ingat, sempat kamu menolak anak tuan tanah itu, ibu tidak akan pernah menganggap kamu sebagai anak, dan ibu akan membuang kamu jauh jauh dari kehidupan kami, mengerti?"Itulah sepenggal ucapan Sarah yg sekeras batu, memaksa putri nya untuk mengikuti apa yg ia inginkan.

Jelas perkataan itu menjadi duri dalam daging Fauziah, sungguh seorang ibu lebih berharga dari apa pun di dunia ini.

"Ya my sweet love..."Dalam lamunan nya, kata2 itu keluar begitu saja, Fauziah tidak sadar dg ucapanya yg terus teringat hanya separuh hati yg tertinggal di kota sana, Fauziah benar benar gagal fokus.

Tidak begitu dg Al Wijaya, dia tampak bahagia meski mendapati sikap Fauziah yg dingin, jawaban iya itupun entah benar untuk nya atau tidak, yg jelas tuan tanah beranggapan kesemuan ini adalah nyata, Fauziah masih mencintainya.

"Makasih Zi, i love you "Al Wijaya tersenyum merekah, berhamburan memeluk Fauziah, namun gadis itu tak membalas, hanya air mata yg kembali mengalir di pipi mulus nya itu.

"Bani...."Pekik hati Fauziah, namun tak sanggup di luapkan, ancaman sang ibu meraja di atas cinta mereka, bagaimana Fauziah bisa menghindari ini semua.

"Hei sudah jangan menangis sayang, cukup haru haru nya, ayo kita duduk dulu"ucapan polos atau pura pura tidak sadar, Al Wijaya laki2 konyol, wanita itu bukan nya haru tapi hancur lebur.

Fauziah tersenyum pahit dan menyeka air mata yg di anggap haru oleh tuan tanah muda.

"Zi, maukan pakai cincin ini?"Al Wijaya kini menunjukkan sebuah cincin dari kotak Beludru Merah, cincin pertama yg indah, namun menjadi bencana besar bagi gadis itu.

Fauziah mengikuti keinginan tuan tanah muda, meski terasa berat Fauziah mengulurkan tangan kirinya, jelas Diamond itu masih melingkar pada pergelangan kecil itu, hati Fauziah merintih, rintihan dahsyat menembus angkasa, lalu menukik tajam ke palung laut terdalam terkubur disana.

Si cantik kini hanya bisa diam, menggigit lalu mengusap kembali luka itu.

"Cantik ...."Senyum ramah dan bahagia Al Wijaya di balas beku oleh Fauziah.

"Eh Zi...Gelang nya indah...Apa ini Diamond asli?"Tiba2 Al menanyakan gelang yg melingkar pada pergelangan Fauziah.

Ziah tersentak kaget dan membulatkan mata.

"Iya indah bukan? Ini Imitasi, tapi gak keliatan kan? Menipu, seperti aku hmm"Ziah tersenyum miring.

Kata kata nya seperti sindiran dan teguran keras namun Al menanggapi itu hanya sebuah guyonan semata.

Hati Al Wijaya benar2 di tutupi kabut dia tidak bisa lagi membedakan mana bahagia sungguhan dan mana yg terlihat palsu.

"Haha bisa aja kamu ya"anggap Al kemudian.

Al Wijaya buta atau tidak peduli padahal jelas ada inisial B disana, apa dia sengaja pura2 tidak tau seperti bocah tak berdosa.

Jemari tuan tanah muda terus membelai jemari kurus Fauziah, gadis itu menatap jijik ke arah tangannya itu, namun tak mau mampu menepis nya, ingin rasanya melempar jauh2 jemari itu, mencincang cincang nya seperti daging giling, dan dijadikan santapan hewan buas.

"Ini bekas apa?"Fauziah tersadar dari lamunan kesalnya ketika melihat jejak luka cukup lama dan sedikit memudar di tangan tuan tanah muda.

"Oh ini? Ini goresan cinta sayang, gadis yang sangat aku cintai menggigitnya dg sangat ganas waktu itu, menyisakan bekas bekas seperti ini"jawab Al, senyum nakal tertoreh di bibirnya.

Ziah terkesiap, ingat akan masa 10 tahun lalu, itu bekas gigitan manjanya, ternyata masih membekas hingga saat ini, benar2 luka yang abadi.

"Maafin aku"lirih Ziah dg wajahnya yg di tekuk.

"Gak, aku gak akan maafin kamu"

"Kenapa?"

"Ini sakit tau, tuh liat bekasnya ada sampai sekarang"

Ziah mengerucutkan bibir, terlihat sexi apalagi Lipstik Merah itu begitu menggoda, menggoyahkan dunia para pria.

tuan tanah muda bukan pengecualiannya, spontan bibir nya menyatu dg jelly kenyal merah merona ini, gadis itu terkejut bukan main, jantungnya berdegup kencang tapi bukan karna menggelitik tapi sebuah amarah besar.

"Plakkk"tamparan keras menyatu pada pipi tuan tanah muda, itu begitu keras sangat keras, tuan tanah muda sampai meringis kesakitan dan memegangi pipinya.

Tangan lembut itu ternyata begitu kuat meski terlihat ayu dan kecil.

Makannya tuan tanah muda jangan sembarangan nerobos palang orang lain, itu belum seberapa.

"Jahannam, laki2 gila dan menjijikkan"bentak Ziah, api wanita itu berkobar kobar membakar habis tuan tanah muda dg sangat bengisnya.

Fauziah menghapus bekas menjijikkan itu dg kasar, dia terus mengusap bibirnya itu dg jari jemari nya yg melentik indah.

Gincu Merah merona sampai berserakan tak tentu arah di wajah gadis itu, riasan Ziah berantakan, wajahnya hancur tapi tidak sebanding dg harga dirinya.

Kenapa reaksi Fauziah begitu berlebihan nya? Apa yg salah dg sebuah kecupan? Toh ini calon suaminya bukan? Benar2 nasib tragisnya tuan tanah muda.