Chereads / amarah bahagia / Chapter 51 - Keraguan cinta.

Chapter 51 - Keraguan cinta.

"Maafin aku"lirih Ziah kemudian, Al menggeleng dan menghapus air mata gadisnya.

"I am ok! come on my best friend"ucap Al kemudian, wajah sendu nya mengisyaratkan luka terpendam nya selama ini.

"No, jelas ini perbuatan ku, aku akan bertanggung jawab Al, promise"Ziah menggenggam jemari Al dan menatap nya lembut.

"Really?"Al menatap Ziah dg lekat

"Yeah, promise"Ziah tersenyum membalas tatapan Al.

"Kamu cantik sekarang"goda Al, senyum menyeringai yg khas nampak di wajah lusuh itu.

"Seriously?"Ziah tersenyum hangat

"Melebihi Bidadari"Al tersenyum nakal, gadis itu seperti tersipu.

"Bisa aja ya?"Ziah mendorong Al dg sikutnya dan tersenyum malu.

"Sembuh lagi ya? Please jangan sakit2 lagi"pinta Ziah dan menatap Al dg lekat

"Apa kamu terluka melihat aku sakit?"Balas Al.

"Bukan, tapi jantung ku ditusuk benda tajam, seperti Trisula Sakti"

"Aaaa ha ha"keduanya pun saling tertawa lepas, seperti lepasnya rindu.

"Mau kah kamu memelukku?"Mohon Al kemudian, Ziah pun terdiam sejenak lalu tersenyum manis dan memeluk sahabat nya itu dg cinta bukan sepertinya hanya pelukan seorang teman ya memang hanya itu saja.

"Makasih Ziah, jangan pernah tinggalin aku lagi please"ucap Al kemudian di pelukan gadis itu, membuat Ziah merasakan dilema dalam sedalam lautan.

Mana mungkin meninggalkan seorang Alvino muda yg selama ini ia sangat cintai dan sebaliknya, ah tapi biarlah demi kesembuhan Al ikuti aja dulu apa mau nya dia.

Berharap nanti kalau dia sembuh total dan akan menjelaskan semuanya, sekarang belum saat nya kondisi tuan tanah muda belum lepas dari kritis bahaya kalau membahasnya.

"Aku akan bersama kamu sampai kamu benar2 sembuh Al, dan aku berjanji selama itu tidak akan meninggalkan kamu ok!"jawab Ziah kemudian lagi lagi melemparkan senyum indah yg melelehkan hati tuan tanah muda.

Padahal jika di telaah omongan Ziah hanya sampai sembuh berarti setelah itu dia pasti pergilah, sayang nya Al tidak menyimak dg benar omongan gadis itu.

"Thanks"

"It's time to dinner ok!"ucap Ziah kemudian, gadis itupun berdiri dan berniat mengambil makanan untuk Al, tapi langkah nya terhenti saat pergelagan tangannya di pegang erat oleh tuan tanah muda itu.

"Sebentar lagi, aku masih ingin menatap wajah kamu, jangan lagi pergi, aku mohon"pinta Al, Ziah benar2 kembali di rundung kegalauan dahsyat, apa semua ini? Apakah cinta akan tumbuh kembali?

Kenapa jantung Ziah seakan berhenti berdetak, suasana hati semakin kacau, Al seperti nya lupa kalau gadis itu punya kekasih, atau pura2 lupa dan ingin kembali merebut cintanya.

Ziah terpaksa menurut dan menatap mata laki2 itu dan kembali berhamburan memeluknya, apa arti semua ini? Apa Ziah mulai ingkar? Atau hanya sekedar memberi kenyamanan pada sahabatnya itu.

"Apa kamu begitu hancur dg kata2 aku di telpon waktu itu? Aku minta maaf tak seharusnya aku berkata seperti itu, aku di kuasai emosi dan amarah, sahabatku sangat mencintaiku tapi balasan ku apa?Aku membuatnya seperti ini? Ini jelas gak adil untuk kamu"lirih Ziah, matanya berkaca kaca.

"Lalu seperti apa keadilan itu? Tunjukkan Ziah apa keadilan itu?"Al merengganggkan pelukannya agar bisa menatap gadis itu dari dekat, Ziah merasa kikuk dan gugup tatapan itu belum pernah ia temukan sewaktu dulu bersama Al.

Kenapa hari ini mata itu tulus tanpa dusta?Fauziah tenggelam disana merasakan duka yg membuat Al nyaris tiada.

"Aku akan memperbaiki semuanya"ucap Ziah kemudian hingga matanya kembali berkaca kaca.

"No, aku yg akan memperbaiki semuanya, ini bukan salah kamu, jadi mulai hari ini stop, don't worry dear, hm"jawab lembut tuan tanah muda.

"Kalau gitu aku ambil makanan buat kamu ya"ucap Ziah kemudian, melepaskan genggaman tangan Al, tuan tanah muda pun mengangguk patuh, Ziah tersenyum.

*

"Maafin tante Cana, kalau tante bisa memilih lebih baik kamu yg jadi menantu tante, tapi apa boleh buat tante tidak mungkin egois Al sangat mencintai Fauziah, dan kamu tau sendiri kan bagaiman hancur nya putra tante, tante harap kamu tidak menaruh dendam sama kami"ucap Miranti membujuk Kencana yg kecewa, mencoba menenangkan gadis itu.

Semudah itukah dia berbicara? Kencana yg merasakan sendiri derita yg ia terima akibat perbuatan egoisnya itu.

Kencana hanya mencintai dg tulus tapi balasannya jelas tidak setimpal, dan Miranti seharusnya bertanggung jawab.

Apa boleh buat Al sendiri yg menentukan hidupnya, jika Miranti memberikan semua aset keluarga pun tidak akan mampu mengobati luka Kencana saat ini, Kencana diam menangis hati nya benar2 sakit.

Ribuan benda tajam menghujam jantung nya, kenapa tidak sekalian Miranti melempar tubuh Kencana ke lembah dalam agar gadis itu tak merasakan lagi kepedihan ini?

"Maaf buk, apa ada makanan, Al ingin makan"suara Ziah mengagetkan Miranti dan Kencana, Miranti tersenyum paksa melihat gadis itu, Kencana memalingkan wajahnya dan menyeka air mata.

"Ya sayang, ibu ambil dulu ya"Miranti bergegas ke arah dapur, tanpa melirik Ziah sama sekali Kencana pergi dari hadapan gadis itu.

"Apa kamu sakit hati dg keberadaan ku?"Ucap Ziah dg nada dingin, membuat Kencana menghentikan langkahnya, dan terdiam membelakangi gadis itu, Ziah berbalik menatap punggung Kencana dg sikap tenang dan berkelas.

"Maaf, jika pertemuan kita di awali dg cara seperti ini"ucap Ziah lagi, Kencana pun mencoba tenang dan berbalik ke arah Fauziah menatap gadis itu lekat.

Menunjukkan keberaniannya, Fauziah harus tau Kencana bukanlah pecundang dia memang naif, tapi soal cinta jangan harap gadis itu menyerah begitu saja.

Ke dua gadis cantik itu memang tidak saling mengenal secara langsung, hanya orang2 yg berada di sekitar merekalah yg turut andil sehingga mereka saling mengetahui meski tak pernah berjabat tangan untuk saling berkenalan ataupun berteman.

Seoalah keduanya sedang dalam sebuah peperangan yg ada es nya, sangat dingin.

"Kalau begitu perkenalkan, aku Kencana, Kencana Durga, putri tunggal tuan Albar Durga, sekaligus pewaris sah keturunan Durga"tegas Kencana, seraya mengulurkan tangan nya, Fauziah tersenyum tenang dan membalas tangan lembut itu.

Bukan hal lain lagi baginya menghadapi ribuan kesombongan orang kaya, Fauziah sudah kebal dg hal itu, Fauziah sekarang memang bukan Fauziah lemah seperti dulu yg gampang di tindas.

"Oh ya, makasih atas penjelasan nya"jawab Ziah senyum indahnya menjadi senjata mematikan bagi Kencana.

"Dan kamu sudah tau kan siapa nama aku, dan darimana aku berasal"tambahnya lagi.

"Apa mau kamu?"Tanya Kencana sinis, mata sembab Kencana menatap tajam ke arah Fauziah, gadis itu hanya tersenyum.

Semakin membuat Kencana ingin merobek robek mulut manisnya itu.

"Nothing"jawab Ziah dg santai, Kencana semakin geram, kalau bukan ingat Al Kencana mungkin sudah menjambak rambut gadis itu dan mendorong nya ketembok atau bahkan mencincang cincang nya hingga dia lenyap dari bumi ini.

"Kalau gitu aku permisi"ucap Kencana kemudian yg tidak mau melanjutkan perdebatan mereka.

Kencana cukup dewasa dia berhasil menahan emosi, menjaga tuan tanah muda selama ini membuat Kencana menjadi gadis tangguh dan kebal bahkan sangat pandai mengontrol emosinya.

Dia juga berusaha ikhlas melepaskan cinta dan harapan nya saat ini.

"Aku akan mengembalikan dia sama kamu"ucap Ziah kemudian

Kencana menghentikan kembali langkahnya dan berbalik ke arah Fauziah.

"Thanks, but, i don't care"ketus Kencana, Ziah tetap menanggapi gadis itu dg senyum manisnya.

"Aku tidak butuh belas kasihan dari kamu"sambung nya dg ketus, tapi Ziah tak menaruh kekesalan dia tau Kencana terbakar akibat ulahnya dan berniat memadamkan api yg terlanjur membesar itu.

"Buat apa berbelas kasihan sama kamu? Aku hanya kasihan pada sahabat ku, dia bodoh tidak menyadari kalau ada seorang gadis cantik dan manis yg sangat mencintainya dg tulus tanpa pamrih, aku ingin menyadarkan dia akan hal itu, itu saja"jelas Ziah, ke dua mata mereka saling beradu.

"Maksud kamu?"Kencana mengerinyit.

"Aku sungguh2"jawab Fauziah, dia paham Kencana tau maksud perkataannya hanya saja pura2 meminta kejelasan.

Kencana terdiam sejenak, mencerna dalam2 omongan Fauziah, dan akhirnya menyerah pada gadis itu dan berlalu dari hadapannya.

Kencana memilih kembali kerumah orang tuanya, tidak mungkin tetap disana sementara Fauziah telah menggantikan posisi nya.

Mana mau seorang Kencana menjadi obat nyamuk disana tapi meski begitu masih terselip harapan dari perkataan Ziah tadi semoga dia jujur dan membuktikan perkataannya.

Ini di anggap janji sesama perempuan oleh Kencana sendiri meski kelingking mereka tidak saling berkait untuk perjanjian itu.

Fauziah menangkap dg jelas sebuah harapan yg hampir di kubur Kencana yg bangkit kembali karna perkataannya tadi.