Chereads / amarah bahagia / Chapter 44 - Kebenaran Arza.

Chapter 44 - Kebenaran Arza.

Pak Kadir dan keluarga saat ini sedang dilanda gundah sekaligus kemarahan mereka mengetahui semua yg terjadi terhadap putri kebanggaan mereka kebenaran yg selama ini di tutupi oleh Ariska terpaksa di ungkapkan nya demi keselamatan Al.

Ariska menyadari semua ini tidak lah benar karna ternyata Al memang mencintai Fauziah sangat dalam lebih dari yg pernah di ketahui nya.

Ariska terpaksa mengungkap semua yg terjadi di masa lalu kepada paman dan bibinya tsb.

"Semoga Bani bisa membujuk Ziah, ibu sangat berharap Ziah sadar dan kembali ke tempat di mana seharusnya dia berada"ungkap Sarah, matanya berkaca kaca menahan betapa hancur dan sakitnya hati seorang ibu yg di khianati oleh putri nya sendiri.

"Bibi, kasian Bani, dia seolah menjadi pelampiasan Fauziah selama ini, dan disaat seperti ini kita masih saja menyulitkan dia, jika dia mengetahui hal ini dia pasti hancur bahkan mungkin tidak bisa memaafkan kesalahan kita"lirih Ariska, penyesalan tampak diwajahnya saat ini.

"Kamu sebagai kakak, seharusnya menasehati adik kamu, dia lebih muda dari kamu fikiran nya masih dangkal, kamu tau dia mencintai Al dan sebaliknya bahkan kamu tau dosa besar yg mereka lakukan, tapi kenapa kamu masih mendukung hubungan Ziah dan Bani, semua ini tidak akan terjadi seandainya kalian tidak mengambil keputusan sendiri sendiri tau kan akibatnya jadi seperti ini"Sarah menyesalkan perbuatan Ariska.

"Ya bi, Ariska salah, Ariska baru sadar, Ariska pikir Al dan Ziah hanya main2 tidak beneran cintanya mereka masih remaja waktu itu, dan akibat dari kesalahan mereka malam itu tidak ada pada fisik Ziah, dia sepertinya baik2 saja dan bisa menjalani kehidupan dan masa depannya kembali, jadi menurut Riska Al laki2 yg tidak tepat untuk Ziah waktu itu, apalagi di bandingkan Bani dia jelas lebih baik dari Al"Ariska menundukkan kepalanya.

"Lihat sekarang kenyataannya mereka saling mencintai kan? Mereka saling membutuhkan, ya Allah anak anak ku kenapa jadi seperti ini, aku sudah mengajari mereka untuk jangan merahasiakan sesuatu dari ku tapi lihat apa yg terjadi saat ini"Sarah hampir tersungkur dg sigap pak Kadir menahannya.

"Sudah cukup, sekarang ibu istirahat dulu, ayo ayah bantu dan kamu juga Riska cepat masuk kamar jangan ada lagi perdebatan ini, saat ini Ziah sudah dewasa dia pasti akan memilih jalan keluarnya sendiri, kita harus tetap tenang "tegas pak Kadir lalu membopong buk Sarah yg tampak lemah ke arah kamarnya.

Tiba2 terdengar suara ketukan pintu, Ariska menyeka air matanya.

"Cepat kamu lihat siapa yg datang, paman mau mengantar bibi dulu"suruh pak Kadir kemudian Ariska mengangguk, pak Kadir pun membawa istrinya.

"Assalamualaikum"ucap seseorang tsb dari balik pintu rumah pak Kadir.

"Waalaikum salam"jawab Riska seraya membuka pintu, Ariska terheran seorang laki2 tampan berdiri di hadapannya gayanya sangat rapi dan terlihat seperti orang kaya yg berasal dari kota.

"Maaf anda siapa? Dan ada keperluan apa?"Tanya Riska kemudian.

"Maaf anda kak Riska kan?"Jawab laki2 itu sepertinya mengenal Riska senyum tulus mekar di wajah nya, Ariska mengerinyit heran.

"Ya, apa kita saling mengenal?"

"Kak aku Rizzi, apa kakak masih ingat aku?"

"Ha, Rizzi? Maaf aku benar2 lupa, sebaiknya masuk dulu deh"jawab Riska heran dan merekapun duduk di kursi butut nya keluarga pak Kadir.

"Apa benar kakak tidak mengenaliku lagi?"Rizzi kembali meyakinkan menatap Ariska, namun Ariska yg berusaha mengingat tetap lupa akan laki2 itu.

"Kak aku Rizzi, temannya Arza, beberapa tahun lalu aku sering mengantar Arza pulang dari sekolahnya, apa kakak juga tidak mengingat nya?"Rizzi menatap Ariska dg lekat dan berusaha mengingatkan siapa dia, Ariska berfikir dan menyipitkan mata berusaha mengingat masa lalu itu.

"Kamu si Hoodie Putih itu?"tebak Ariska kemudian, Rizzi tersenyum.

"Iya tepat sekali akhirnya kakak ingat juga kan?"

"Ya ampun itu sudah lama sekali, kemana aja kamu kenapa baru muncul? Aku pangling kamu ganteng sekali sekarang dan sepertinya kamu juga udah sukses ya"oceh Riska senyum nya melebar.

"Gak kok kak, ya Alhamdulillah aja deh, aku ke kota dan dapat pekerjaan yg baik disana dan inilah aku sekarang hehe"

"Tapi kenapa tiba2 kamu menghilang? Dan gak kasih kabar sama sekali?"

"Hehe maaf untuk itu?"Rizzi hanya terkekeh tidak mau memberikan alasan sebenarnya.

"Ya sudahlah udah berlalu juga, apa kamu mau minta Hoodie Putih itu lagi? Kalau ya aku ambil kan ni, kebetulan aku menyimpannya baik2"

"Gak kak itu kan udah aku kasih ke kakak, masak di kembaliin sih, sebenarnya aku kesini mau nyari Arza kak, apa dia ada?"Jawab Rizzi, matanya menatap Riska penuh harap, Riska terdiam sejenak.

"Sayang sekali Rizzi, Arza tidak ada"Ariska menggeleng.

"Gak ada? Kemana dia kak?"Rizzi mengerinyit.

"Setelah menyelesaikan kuliahnya Arza memilih bekerja di kota Rizzi, dia tidak betah lagi di desa ini, selain itu masalah keuangan keluarga yg semakin hari semakin sulit menjadi alasan untuk Arza segera mencari pekerjaan yg layak dan menafkahi keluarga ini, dan alhamdulillah sekarang dia mendapatkan pekerjaan itu sesuai yg di inginkan nya selama ini"tutur Arsika.

"Ke kota kak? Apa nama tempat kerjanya?"

"Kalau gak salah waktu itu dia bilang nama perusahaannya itu AA ya itu dia AA"oceh Ariska, sontak membuat Rizzi terbelalak kaget, dia tidak menyangka kalau Arza ternyata satu kantor dg nya.

"Apa kak? AA?"Rizzi kembali meyakinkan yg di dengarnya, Ariska mengangguk yakin dg jawabannya tadi.

"Kenapa apa kamu mengenal tempat itu"Ariska mengerinyit melihat reaksi yg di tunjukkan Rizzi.

"Ya kak, aku manager disana, itu perusahaan milik ayah angkat aku, itulah yg membuat aku sampai seperti sekarang ini kak"jawab Rizzi seraya melebarkan matanya.

"Berarti kalian satu kantor? Apa kamu gak ketemu sama dia disana?"Ariska bingung.

"Kak apa dia Fauziah?"Rizzi teringat akan sekretaris yg di cap nya mirip dg Arza itu.

"Iya, dia emang Fauziah, itu panggilan dia yg sebenarnya, pertemanan kalian yg singkat waktu itu karna kamu keburu menghilang ya Ziah tidak sempat bilang ke kamu kalau sebenarnya panggilan nya itu bukan Arza tapi Fauziah, dia senang di panggil Arza itu sebabnya dia mengenalkan dirinya sebagai Arza sama kamu"jelas Ariska.

Rizzi benar2 senang dan melega mendengar hal itu karna pertanyaan sekaligus tujuannya datang ke kampung itu hanya lah memastikan hal demikian.

"Baiklah kak, aku buru buru, aku harus pergi sekarang, makasih banyak kak, lain kali aku kesini lagi dan minum teh bersama kakak ok!"ucap Rizzi kemudian dan bergegas keluar dari rumah Ariska.

Membuat Ariska heran dg tingkah Rizzi itu diapun hanya membulatkan mata dan tidak habis pikir apa yg menimpa Rizzi.

Ariska terheran melihat Rizzi yg melajukan mobilnya dg cepat, Ariska juga tidak mengetahui hal apa yg pernah terjadi antara Rizzi dan Arza waktu itu karna Ziah tidak pernah menceritakannya.

Yg dia ketahui mereka hanya lah teman biasa dan itu terlalu singkat sehingga tidak banyak cerita antara Arza dan Rizzi.