Chereads / amarah bahagia / Chapter 49 - Pertemuan.

Chapter 49 - Pertemuan.

Fauziah menghela nafas panjang, setelah mobil yg di tumpangi nya sampai di desa tempat ia di lahirkan.

Sesaat matanya menatap kosong ke arah jendela melirik rumah besar tuan tanah, masih seperti dulu tidak banyak yg berubah.

Seperti pertama kali Fauziah menginjakkan kaki waktu itu dia dan anak tuan tanah masih menduduki bangku SMP, masih membekas bagaimana sambutan hangat Miranti saat Al pertama kali membawanya ke sana sebagai sahabat.

Hingga akhirnya cinta keduanya membuat Miranti buta dan mengusirnya, tak lupa tamparan keras yg secara tidak langsung menyakiti ruang terdalam gadis lugu itu, semua nya mana mungkin bisa hilang dari benak Fauziah.

"Terimakasih banyak ya pak, sudah mengantar saya dg selamat"ucap Ziah kemudian kepada supir nya, senyum indah terukir di bibir tipis yg menawan itu

"Sama sama nona"jawab sang supir dg senyum ramah.

Fauziah turun dari kendaraan mahal tersebut, berjalan perlahan, di tatapnya kembali rumah besar yg kini berada di hadapannya.

Apa ini benar? Apa keluarga itu masih mengingatnya? Apa akan di dengarnya lagi hinaan Miranti yg merusak relung terdalam nya.

Fauziah membuang jauh sampai ke dasar dasar lautan fikiran buruk itu mengingat kesehatan sang sahabat adalah hal yg utama.

Tidak peduli bagaimana tajamnya lidah Miranti toh tujuannya baik bukan ingin memiliki kembali tuan tanah muda, ataupun menjadi nyonya tanah di desa tsb.

Ragu dan gugup menjadi satu, detak jantung pun ikut berpacu, saat ini Fauziah benar2 berada di pintu utama rumah besar tuan tanah.

Tangan dan lengan kurus itu menjulur pelan ingin mengetuk pintu yg ada di depannya beberapa kali Fauziah mengurungkan niatnya karna kegugupan.

Hingga akhirnya Ziah kembali menghela nafas dan menghempaskan nya dg kasar, dg niat pasti Ziah mengetuk pintu itu perlahan.

"Assalamualaikum"ucap Ziah kemudian.

Sontak mata tuan tanah muda terbuka, menyiratkan sebuah harapan dan asa yg kembali.

Kenapa padahal suara Fauziah begitu pelan apa mungkin seorang Al benar2 mendengar suara itu atau kah dia berhalusinasi secara ruangan tempat nya terbaring saat ini begitu jauh dari pintu utama.

Seperti mendapati kehidupan baru seperti lolos dari maut Al bahkan langsung bangkit dari pembaringannya.

"Eh Al, ya Allah kamu bangun?"Pekik Kencana yg memang selalu setia berada disisinya, mata gadis itu membulat sempurna mulut ternganga seraya memegangi dan menggenggam erat jemari laki2 itu.

"Tante, tante...."Teriaknya kemudian.

"Iya sayang..Ada apa?"Miranti lekas datang dg langkah yg di percepat, mata Miranti seketika melebar, menyaksikan putra semata wayang nya bangkit dari tidur panjang nya.

Mata kosong dan sayu itu menatap sang ibu, Miranti menangis haru dan berhamburan memeluk tuan tanah muda, meskipun sang anak saat ini tidak berkata apa2.

"Al kamu bangun nak, Alhamdulillah"lirih Miranti, Kencana menatap mereka penuh keharuan.

"Ibu..."Lirih Al, tubuh kurus dan lemah, mata sayu dan menghitam, raut wajahnya begitu muram, membuat siapa saja terasa teriris kala melihatnya, entah sembunyi di mana ketampanan tuan tanah muda selama ini.

"Iya sayang, ini ibu, bagaimana perasaan kamu?"Tanya Miranti pelan, dia lantas menghapus air mata yg berjatuhan di pipi nya yg mulai menampakkan garis2 menua.

Al memutar bola mata yg kering dan gersang itu.

"Cana?"Lirih nya kemudian menyaksikan Kencana menangis bombai di samping Miranti.

Kencana mengangguk, keharuan tidak bisa di tutupi gadis itu, dia seperti berjalan di tanah tandus dan menemukan setitik air disana, cukuplah sesaat menutupi rasa hausnya begitulah keikhlasan cinta gadis itu.

"Apa kamu mau minum nak?"ucap Miranti kemudian, Al mengangguk pelan, Kencana menyodorkan segelas air putih ketangan Miranti.

*

"Siapa sih bertamu kok Maghrib begini?"Sesal ART tuan tanah, mulutnya bahkan mengerucut, sembari membuka pintu utama rumah besar itu.

Saat pintu nya terbuka, sang asisten pun terperangah, mulutnya terbuka nyaris membentuk huruf O, mendapati gadis cantik, rambut hitam lurus terurai, pinggang yg ramping kaki yg jenjang di balut hills Nude beberapa senti, Midi Dress mewah berwarna Pich, membuat kulit sang gadis semakin bersinar dia benar2 anggun dan menawan.

"Maaf, saya bertamu di jam segini?"Ucap Ziah kemudian, Ziah tidak mengenal sang asisten karna dulu saat berteman dg anak tuan tanah Ziah tidak pernah melihat ada asisten di rumah besar itu.

Karna Miranti adalah sosok yg rajin mengurusi rumahnya sendiri, tapi mungkin sekarang selain faktor umur nya Miranti juga malas mengurusi rumah lantaran putra kesayangannya sedang sakit.

"Owh ya, nona tidak masalah, apa anda tersesat?"Jawab asisten itu terbata bata wajahnya masih menyiratkan ketakjupan dg kecantikan Fauziah.

"Tidak saya temannya Al Wijaya, anak tuan tanah, saya dulu sering kesini hm"jawab Ziah, senyum indah terukir di bibirnya.

asisten tersebut terdiam, sejak kapan tuan tanah muda punya teman secantik ini? Selama dia bekerja disana tidak pernah mendapati gadis secantik itu datang kesana.

Ini pertama kali baginya, apa mungkin dia masa lalu yg di perdebatkan majikan nya dan yg telah merusak kebahagiaan tuan tanah muda dan membuat laki2 itu sakit tanpa tau penyakitnya apa? Sungguh penciptaan tuhan yg sempurna.

Kalau iya seperti itu pantas tuan tanah muda tergila gila, bahkan benar2 gila atau lebih dari sekedar gila, pikir wanita 35 tahunan itu yg sudah menjanda di usia mudanya.

"Bibi..?"Panggil Ziah kemudian, sembari melambaikan tangannya ke wajah sang asisten mendapati wanita itu terdiam tak berkedip.

"Owh yah, masuk aja cantik"jawab nya kemudian lagi2 dg terbata bata, apa Fauziah secantik itu saat ini? Hingga ART pun gugup berhadapan dg nya.

Memang sih Fauziah dewasa cantiknya kebangetan di tambah style2 mahal yg sengaja di berikan sang kekasih, selera tuan muda Alvino jangan di tanya lagi, sapi tetangga aja bisa dia bikin cantik apalagi calon istrinya.

"Makasih bi"Ziah tersenyum heran dg tingkah ART itu.

*

"Fauziah...."Ucap Al lirih, nyaris tak terdengar tapi Miranti tau dia berucap demikian.

"Tenang sayang, ibu janji Fauziah secepatnya akan berada di hadapan kamu ya, yg penting kamu sembuh ya nak ya"bujuk Miranti seraya menepuk tengkuk sang anak.

"Di luar seperti kedatangan dia bu?"Jawab Al pelan, dan wajah datar.

"Nak, kamu jangan ngomong yg aneh2 jangan bikin ibu takut nak"sanggah Miranti dia merasa sang putra mulai meracau secara memang mereka tidak mengetahui kedatangan Ziah.

Al hanya mengikuti naluri hatinya saja, apa benar Al dan Ziah berjodoh tanpa sadar Al mengetahui kedatangan gadis itu.

Kencana tertagun sekaligus kecewa, hati gadis itu kembali tercabik cabik, mendengar Al mengucap kan nama itu.