Di suatu sore, kota metropolitan di penuhi lalu lalang kendaraan yg tak pernah ada habisnya.
Hiruk pikuk, kesibukan para mahluk penghuninya, berjejal di sekitar trotoar hilir mudik silih berganti, entah itu yg sedang mencari suaka, ataupun sekedar bersuka ria.
Fauziah tersentak, mata bulat nya kian bersinar memandangi apa yg tertera di hadapannya, satu kata yg terlintas di benak gadis ini saat pertama kali menjejal kota, yaitu busy, kesibukkan nya seperti tidak ada siang, sore, malam dan waktu berlalu dengan sangat cepat.
"Maaf pak, apa ini yg di namakan kota?"gadis yg polos itu bertanya tanpa malu dan ragu.
"Iya, apa nona baru pertama kali datang kekota ini?"sang supir tersenyum.
"Iya pak, sebenarnya saya sempat ingin melanjutkan S2 disini tapi karna keterbatasan ekonomi, memaksa saya untuk bekerja saja disini"mata indah nya nampak sendu.
"Tidak apa apa, strata satu juga sudah bagus, dan maaf sebelumnya, nona dari desa terpencil jarang loh anak anak kalangan bawah apa lagi desa terpencil seperti itu mendapat pendidikan yg layak, tapi nona bisa meraih gelar itu, ya meski dalam segala keterbatasan"pria itu melirik kaca tengah kendaraan, di dapatinya Fauziah tersenyum manis mendengar perkataan nya barusan.
"Iya saya bersyukur pak, semoga kota ini ramah dg saya ya pak, seperti bapak"
"Bisa aja nona ini, insaallah jika kita berlaku baik maka yg kita dapat juga baik, namun sebaliknya, yg terpenting disini itu semangat dan jaga diri sebaik baiknya"
"makasih pak, sudah seperti orang tua saya saja, nasehat bapak sangat mendalam hihi"kekehan Ziah membuat sang supir merasa nyaman, serasa berhadapan dg putri nya sendiri.
Kendaraan mahal itu terus melaju, memasuki sebuah perumahan sebut aja 'Green Village'.
Seperti sudah mengenal no polisi kendaraan itu, security yg berjaga di depan palang perumahan itu tidak bertanya sama sekali, malahan mereka menyapa dg ramah sang supir, seperti seseorang yg memang tinggal dan sangat dikenal di tempat itu.
Sesuai namanya Green village, menampilkan sebuah hunian yg cukup asri dan nyaman di pandang mata.
Akhirnya berhentilah mobil itu tepat di depan rumah yg akan di huni Fauziah mulai hari ini.
Sang rahara malang menatap jendela, memandangi pemandangan rumah barunya, dia takjup semua di luar ekspektasi nya sendiri.
Jika di banding kan dg rumah rumah warga yg ada di desa jelas itu tertinggal jauh dari rumah ini.
Hunian itu menampakkan sebuah bangunan sederhana tapi terlihat mewah, berlantai satu, di desain dg modern, eksterior, di rancang dg memperhatikan aye catcing bangunan, sehingga terlihat apik dan sangat menarik.
"Ayo nona, kita sudah sampai"ucap ramah sang supir, Ziah sedikit terkaget, sempat hanyut dalam keindahan rumah barunya itu.
"Terimakasih pak"sang gadis melangkah turun perlahan dari mobil itu dibantu oleh sang supir untuk membuka pintunya.
"Thanks for everything, bos, sampai jumpa lagi"terdengar suara yg tiba2 datang mendekat, serasa tidak asing lagi dg suara itu, sang gadis bergidik, itu serasa nyaman namun membuat getaran yg aneh di dada sana.
"Ok, good luck bro, ingat jangan macam macam ha!"jawab sang supir, ini supir benar benar supir milenial kayaknya, dia tampak canggih di usianya yg tak muda lagi itu.
Mulut Ziah nyaris membentuk huruf O besar kala mendapati hal demikian, benar benar supir yg patut di pertanyakan ini mah.
Apa semua supir tua di kota besar se keren ini? pikir gadis yg polos itu kemudian.
namun tak kala mengejutkan lagi, sosok yg ada di samping nya saat ini, sekenak hatinya saja, menggandeng tangan sang gadis dan membawanya melangkah ke arah rumah tsb.
Fauziah menelan saliva dalam dalam, mata bulat nya melebar, apa ini mimpi? perih pipi Fauziah saat di tepuk, berarti ini nyata, membuat rasa canggung tingkat angkasa, mulut begitu bungkam, lidah kelut bahkan tak ingin terangkat.
"Nah my Arzanetta, ini rumah baru kamu hmm, bagus tidak? suka tidak?"seseorang itu dg antusiasnya dan senyum yg lebar menunjukkan seisi rumah kepada gadis yg telah berubah beku ini.
Namun yg terjadi gadis itu tak melirik sama sekali, ada hal yg jauh lebih indah dari sekedar interior rumah ini, seperti semua keindahan tidak ada artinya di bandingkan yg satu ini, wah apa itu?
Yap tatapan polos dari mata bulat bersinar menyilaukan dunia itu, fokus pada objek yg tengah tersenyum indah di hadapannya.
Dia lah seseorang itu, laki laki dg tinggi tak lebih dari 183 cm, memiliki postur tubuh ideal, berotot kencang, lengan Kokoh namun tidak berlebihan semua terlihat pas.
Kulitnya putih bersih, mata coklat sedikit besar tak berlebihan, wajah nya terlihat mulus bak kulit bayi, dia persis idol k-pop yg sangat di gemari gadis ini, kalau istilah nya sih dalam dunia k-pop sendiri itu di namakan cowok yg cantik.
Kendati demikian bukan berarti dia punya kelainan atau seperti perkiraan sebut aja kasar nya banci, alias laki laki kewanitaan, tidak itu anggapan yg salah toh saat ini idol k-pop banyak yg sengaja merombak wajah mereka demi mendapatkan wajah mulus dan menjadi cowok yg cantik, jangan salah mereka tetap laki laki macho, dg postur tubuh gagah nya.
Hanya saja memberi perawatan pada wajah itu wajar bukan, siapa wanita di dunia yg tidak menyukai laki laki berwajah bersih, mulus tanpa noda seperti itu, ada yg beranggapan itu termasuk cerminan laki laki yg setia, bulsyet dah.
Namun laki laki yg di hadapan Fauziah saat ini, bukan penggila k- pop, dia seperti ini memang bawaan dari lahir, entah bisa jadi sang nenek berselingkuh dg orang Korea sehingga dia tumbuh menjadi bibit unggul itu sendiri, entahlah.
"Sayang are you ok?"sedikit gugup laki laki itu mencoba menyadarkan gadis yg ada di depannya saat ini.
"Sayang..?"panggilnya lagi, suara itu khas memanja seperti yg sudah sudah, hanya fauziah terlalu lebai deh kali ini.
"Eh hey, fauziah??"kali ini mencoba melambaikan tangan di wajah gadis itu, tetap diam tak berkedip, benar benar bikin gemes.
Di kecup nya lagi bibir kenyal itu sepintas, barulah gadis konyol ini sadarkan diri dan berkedip.
"Haha..."pria itu kemudian tertawa tertahan mendapati gadis polos nya yg bersikap malu malu seperti kucing yg baru ketemu.
"Ih ...menyebalkan "gadis itu bersemu merah merona, bibirnya melengkung sebuah senyum tersipu.
"Duduk dulu deh, kamu capek sepertinya nih"goda sang pria, dia membawa gadis itu duduk di sofa yg terlihat modern, berwarna coklat terang, cukup empuk menjabarkan kalau itu sofa mahal.
"Nih minum"si pria menyodorkan minuman ke arah gadis itu, meski di terimanya dia masih kurang fokus kesadaran nya belum penuh terkumpul.
"Makasih.."Ziah sedikit lega setelah meneguk minuman tadi dalam satu tarikan saja, sepertinya gadis ini tadi kehausan makannya kehilangan keseimbangan .
"Kenapa haus ya?"laki laki itu kembali menggoda, menggelitik hati Fauziah serasa ingin meremasnya.
"Kalau gak bicara juga aku cium lagi nih?"sebuah ancaman yg menggelikan bagi gadis pemalu ini.
"Iya iya, aku ngomong..Jang...Jan..ha ssshshet dah, aku bingung harus ngomong apa?"bibirnya mengerucut manja.
"Apa?"pria itu berkerut kening.
"Kak..kamu ..ummmph...ha entahlah"Ziah mengalihkan pandangannya, gadis ini didera rasa malu tingkat tinggi, atau canggung se level dg langit.
"Begini deh, perkenal kan aku Albani alvino, pacar kamu dan kita jadian dari 5 tahun lalu, dan kamu cintaku, kamu hidup ku, kamu segalaku, apa LDR-an membuat kamu lupa sama aku sayang hm"laki laki itu membelai lembut rambut Fauziah, ya ampun sang gadis makin tersipu di buatnya, sudah lah kepiting direbus di wajah gadis ini sekarang.
"Jinjja?"mata sang gadis mulai bersinar, dan itu sebuah pemandangan indah yg sangat dirindukan oleh Bani seorang.
"Maukah memelukku kali ini?"
"Pertanyaan macam apa itu? jelas mau lah, haha"benar benar si Fauziah nih bikin gemes, sudah lah tadi sok jual mahal, diam kaku, eh sekarang keluar deh kegilaan nya, habis lah rasa canggung itu.
Berakhir dg pelukan erat, sangat erat, betapa tidak mereka saling merindukan, 5 tahun berkasih bertemu hanya bisa dihitung dg jari 3 kali mungkin dg ini.
Sentuhan angin berbeda dg sentuhan dia, jelas sebuah moment mengharukan, sesaat mata gadis itu penuh dg genangan2 keharuan .
"Aku sayang kamu my Arzanetta yg paling cantik sedunia, kangen kamu dek"lirih Bani kemudian dalam dekapan yg tak kunjung merenggang.
"Terimakasih, aku nyaman, sangat nyaman, pelukan yg selalu aku rindukan, kamu akhirnya bukan mimpi lagi, kamu di hadapanku, aku sayang kamu, kamu laki laki terkeren sedunia, kangen kamu kak"kata kata yg sama dalam dekapan yg sama.
Bersuka cita lah kedua insan yg sedang di mabuk cinta ini, sebelum dinding pemisah itu datang entah dari arah mana.
mereka merenggangkan pelukan itu, dan kini saling bertatap.
"Kamu semakin cantik sekarang, Fauziah remaja ku berubah menjadi gadis Korea beneran, kebanyakan niruin mereka ya? ummph"senyum khas laki laki ini mematikan, godaan nya yg receh itu sedikit menghibur, hingga gadis nya bisa tersenyum.
"Tapi aku sampai pangling Lo liat kamu, kamu karyawan biasa atau oppa CEO, kamu keren, rapi, jas, kemeja, hei ada dasi juga, tuan sepatu anda juga terlihat mahal, baru pulang dari kantor kah, atau mau kekantor lagi?"Ziah menarik narik lembut dasi pria itu.
Sebuah kekehan kecil terdengar samar dari bibir sang pria.
"Apa kamu menyukainya?"dia kembali membelai lembut rambut hitam lurus mengkilau sang gadis.
"Jelas tidak, tapi iya deh, kenapa? apa ini tuntutan pekerjaan?"gadis ini seperti mencurigai sesuatu, Bani menyembunyikan kegugupannya dg anggukan pelan dan mereka kembali berpelukan erat, jelas mata pria ini mulai tidak fokus seperti mengkhawatirkan sesuatu.
"Baik lah dek, aku mau pulang dulu, nanti malam aku kesini lagi, kita dinner ok!"
"ya baiklah, hati hati ya kak?"Fauziah melambaikan tangannya di depan pintu, dilihatnya sang kekasih ternyata mengenakan sebuah kendaraan roda dua, tak tanggung tanggung itu bukan seperti kendaraan biasa, itu moge, yg hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja, tentunya karna harga nya yg melejit jauh menembus langit ketujuh.
Namun gadis polos ini beranggapan itu hanya sebuah kendaraan biasa sama seperti yg lainnya, yg pernah ada di desa, begitulah sederhana fikiran gadis lugu sepolos Fauziah.