Seorang Bani hari ini terlihat sangat berbeda dg style Broken White, jeans, kaos, jas semi formal beserta sepatu semua nya branded.
Harga semua itu semakin melejit tinggi kala pemakainya adalah seorang Alvino muda.
Hari ini dia benar2 terlihat keren dan tampan, sangat tampan paling tampan sedunia diantara deretan pria yg Fauziah kenal selama ini.
Yg terlihat nyata bukan lewat televesi atau pun internet atau bahkan poster majalah.
Postur tubuh dan wajah bak bintang sebuah Drakor membuat Bani sangat beruntung.
Entah turunan dari siapa hingga dia menjelma menjadi pemuda setampan itu, idola para gadis dan Rahara dari segala penjuru.
Si tampan kini turun dari sebuah mobil mewah kelas atas, mungkin bisa di hitung jari siapa saja di belahan negri ini yg memiliki kendaraan level dewa tersebut.
"Tok....Tok..Tok.."Bani mengetuk pintu rumah itu dg pelan.
"Iya...Sebentar"terdengar sahutan dari dalam, Bani tak menjawab hanya berdiri hingga pintu tersebut terbuka.
Seketika netra yg sempat di terpa badai itu melebar sempurna kala melihat seorang gadis cantik berdiri di hadapannya. Memakai Midi dress warna senada, Broken White, dress yg bertabur mutiara menambah kan kesan mewah nan anggun, Hells Nude membuat kaki nya terlihat semakin jenjang sempurna.
Rambut hitam bergelombang di sasak dalam sanggul acak acak, membuat leher langsingnya terekspos diantara bagian atas gaun yg sedikit terbuka itu.
Apa lagi lingkaran kalung mutiara kecil dan anting anting yg seimbang, menambah kilau mewahnya sang Rahara.
Menjelma layaknya bintang wanita dalam sebuah drama Korea apalagi dalam polesan make up Flawles.
Mereka serasi, bahkan sangat serasi bisa di katakan Couple Goals mungkin, serasa menikmati sebuah drama romantis.
Keduanya terpaku dalam netra yg saling beradu mereka larut dalam ketakjupan dan rasa ketaksaan.
Tidak ada kata2 keduanya berlomba menjahit mulut, situasi itu berlangsung sekian detik hingga kedua hati tersadar dari khayalan sesaat, impian menuju keturunan ketujuh.
Tapi tetap tidak ada kata2 dari mulut keduanya hanya sedikit lengkungan kecil dan tatapan cinta itu sepertinya cukup. Cukup untuk melangkah maju menuju tempat dan moment yg tak akan terlupakan sepanjang sejarah percintaan mereka.
Fauziah merasa sangat canggung, kondisi benar2 membuat nya tak mampu mencairkan suasana ini.
Gadis pemalu itu kelemahan Fauziah, dia menundukkan kepala bersembunyi di balik kecantikan nya dan kemewahan sebuah rasa.
Kekasihnya itu juga tidak berkata apa2 hanya focus mengemudikan mobil nya, mereka seperti dua insan yg berkencan untuk pertama kalinya.
Terlihat sangat canggung padahal sudah sekian purnama menjalin kasih, tapi mungkin karna pangling dan merasa berbeda dari sebelumnya.
Sesekali mata Fauziah melirik ke arah kekasihnya, tapi tetap wajah itu datar lain dari yg di kenal.
Membuat sang gadis serasa ingin berteriak memecahkan kesunyian keparat ini, wajah cantik mendadak mengusut.
Beberapa detik berlalu Fauziah kembali pada kenyataan, ini tak seharusnya, semestinya bukan seperti ini.
"Kakak..."pekik gadis itu langsung, sontak sang kekasih yg berlagak serius dan fokus terjingkat nyaris membanting stir.
"Eh ..Sayang kenapa?"ucap Bani gelagapan.
"I hate this situation, bi?"gadis itu memanyunkan bibirnya.
"Situation? why? dear?"Bani mengedikan bahunya, pura pura bingung
"udah lah, berhenti sok keren gitu.."gadis itu memangku tangan nya ke dada dan membuat Piramida pada jelly kenyal itu.
"Haha, sayang...Kamu ingin memujiku?"ucap Bani pelan seperti suara seduktif menggelikan.
"His, apaan? yg ada bikin kesal?"
"Haha"Bani tertawa renyah, gurat terindah dan gerakan paling memikat melingkup seluruh kehidupan gadis itu.
Fauziah tersipu malu, wajah nya yg berseri tambah berseri, dia gadis hidup di jaman apa? bukankah hal biasa kalau memuji pasangan sendri?
"Mau sampai kapan, kamu malu2 sama aku hm?"
"No, aku gak malu"Ziah memalingkan wajah nya, Bani tersenyum manis mendapati sikap gadis nya itu.
"Ayo senyum, nanti aku curi kecantikan mu itu, jangan sampai aku lupa diri nih? tadi itu nyaris saja aku lupa hidup, serasa di surga bertemu seorang bidadari, hah"rayuan warung, duh receh sekali apaan ini? Fauziah tidak akan termakan hal semacam itu.
"Ya aku tau, aku juga paham, kalau kecantikan ku melebihi seorang ratu hm?"ketus Fauziah, sombong dan manis.
Bani tersenyum miring, tak lagi melanjutkan membuat senyap sesaat.
Sebelum akhirnya sampai di sebuah mansion yg cukup mewah, membulatkan mata sang gadis.
"Sayang, ini rumah siapa? kenapa kita malah kesini?"tanya Ziah seraya melirik rumah besar di hadapan nya, bukan besar lagi itu mewah serasa memandangi kastil negri para putri raja.
Sesaat gadis ini terdiam merenungi seolah tak asing dg tempat ini, tapi kacau rasa itu seperti sebuah mimpi atau dia mengalami semacam DeJavu.
"Ya Allah, serasa pernah hidup dan mencintai tempat ini? entah kenapa aku memiliki ikatan batin dg tempat ini? perasaan apa ini ya Allah? ini bukan milikku? siapa aku?"batin sang gadis, seketika menggenang namun tak sampai tumpah, anggap saja keharuan sesat.
"Boleh aku mengajukan syarat sama kamu sayang?"ucap Bani dg pelan dan tenang
"iya, apa?"Ziah mengerinyit.
"Kamu tidak boleh bertanya apa2, kamu cukup ikutin aku, sabar, tenang dan percaya sama aku ok!"jelas Bani, meski bingung gadis itu mengangguk pelan.
Merekapun turun dari kendaraanya dan melangkah menuju rumah tsb, tapi bukannya masuk kedalam rumah Bani malah membawa Fauziah ke arah belakang rumah yg kondisnya sangat gelap.
"Kak mau ngapain kita kesini? kamu mau mesum ya? mana gelap lagi?"protes sang gadis.
"Sssthuuut.."Bani meletakkan 2 jarinya di ujung bibir sang gadis.
"Diam, kan kakak udah bilang jangan banyak tanya"ucapnya kemudian, Ziah terpaksa mengikut saja dan pasrah pada kekasihnya, pria itu kemudian tersenyum manis menatap sang Rahara
mengangkat tangannya ke atas lalu menjentikkan jari dua kali.
Seketika lampu2 di sekitar tempat tersebut menyala satu persatu.
Speechless, sebuah taman yg luas dg rerumputan hijau, lampu berwarna putih sedikit meredup, Kerlap kerlip cahaya kecil di sela2 ranting, dan para rumput.
Sebuah karpet merah terbentang di antara rerumputan itu, beberapa tangkai Mawar Putih berserakan di pinggiran karpet.
Dari ujung karpet 2 kursi dan meja yg telah tertata lengkap dg isinya, perhiasan kuntum2 Mawar Putih, di tambah lagi balutan kain2 brukat mewah yg menambah kesan romantis malam yg manis.
Pria tampan itu tersenyum sangat manis, menawan menggetarkan iman, meluluhlantahkan sebuah idealisme.
Gadis itu terperangah dan nyaris menjatuhkan ke dua bola mata.
"Waw bi? ini aku tidak mimpi kan?" jemari nya yg melentik menepuk pipi dan itu terasa perih ini bukanlah mimpi.
"Mau aku gigit, biar sadar?"goda sang kekasih dan senyum nakal nya, sang gadis kemudian menyenggol pinggang Bani dg sikutnya.
"His dasar mesum"ketus Ziah, Bani tertawa kecil.
"Ayo, my beautiful girl, masih ada yg lainya"Bani mengulurkan tangannya, Ziah menyambut dg lengkungan yg melelehkan sebuah baja.
Keduanya bergandengan tangan, menapaki kenyataan memberi cahaya dalam kegelapan, memulai nya perlahan.
Fauziah kembali di buat takjub gugurnya butiran2 kecil seperti salju dari langit, apa semesta merestui?
Membelai lembut mereka dalam alunan musik romantis menghanyutkan, Fauziah melepaskan genggaman Bani berlari kecil kedepan, memutar tubuhnya menengadahkan wajah kelangit. Membentangkan kedua tangannya, menikmati setiap siraman salju yg tak mendinginkan tubuh senyum merekah tak ingin bersembunyi atau bahkan lenyap dari sana.
"I love you Albani Alvino"teriak Fauziah sangking senangnya dg kejutan tsb.
"Love you more, Arzanetta"jawab Bani pelan dan terus tersenyum pada kekasihnya itu.
Bani kembali menggandeng tangan sang kekasih hingga ke ujung karpet.
Alvino muda menarik kursi untuk Fauziah mereka kini telah duduk saling berhadapan, manis nya cinta tampak jelas di kedua mata yg kini beradu tanpa ingin berpaling lagi.
"Nah sayang, sebelum kamu mau ngoceh panjang kali lebar sama aku, akan lebih baik kita makan dulu, kalau perut kita terisi, apapun yg akan kita bicarakan akan lebih baik, dan ingat peraturan nya tidak boleh mencela makanan dan jangan berbicara saat sedang makan, ok sayang!"nasehat yg lembut jatuhnya juga dari pria sejati tentunya.
"Baiklah, sayang"Ziah mengangguk, lalu menadahkan tangan berdoa sebelum menyantap makanan dan minuman yg ada di depannya saat ini.
Memang Ziah benar2 mengikuti apa yg di perintahkan Bani,cmereka makan tanpa ocehan, hanya sendok dan garpu sesekali saling memecah keheningan malam nan romantis itu.
"Alhamdulillah, aku selesai"cetus Ziah setelah menghabiskan makanannya, diapun kembali melirik Bani yg telah lebih dulu kelar dg makanan nya, senyum itu belum lenyap dari mereka.
"Sayang, ayo kita pulang"ajak Ziah, dg polosnya.
"Apa haha"Bani benar2 tidak habis fikir dg kekasih nya itu.
"Kenapa apa aku lucu?"Ziah mengerinyit dg polosnya.
"Untuk apa kamu dandan secantik ini hm?"jawab bani, dia mendekat dan menunduk pada tengkuk sang kekasih.
"Ya untuk kakak lah, ini kan dinner romantis kita, kakak juga kok yg ngasih gaun cantik ini buat aku, pertanyaan macam apa sih itu? his dasar aneh memang"gerutu Ziah.
"Lalu kenapa langsung ngajak pulang?"
"Hmm gak, cuman mau basa basi aja"Ziah kembali tersipu malu, pipi cantik itu seperti kepiting rebus.
Bani benar2 dibuat gemas dg tingkah kekasih nya yg malu2 itu selalu malu2 padahal mereka sudah lama saling mengenal tapi ya watak Fauziah emang seperti itu.
Itu termasuk hal yg membuat bani mencintainya dg sangat.
"Mau berdansa dg ku?"Bani melangkah ke arah Fauziah Dan mengulurkan tangannya, Fauziah tersenyum lalu berdiri dan membalasnya.
"Sangat mau"ucap Ziah dg pelan.
Suasana semakin romantis kala keduanya berdansa mesra, kedua tangan sang gadis terulur pada tengkuk kekasih tampannya.
Tangan pria itu berada di pinggang ramping sang gadis.
"Kenapa menatap ku seperti itu sayang?"kata Ziah kemudian setelah beberap menit mereka hanya saling diam dalam sebuah tatapan.
"Aku baru tau, kalau Bidadari yg aku curi dari ibunya 5 tahun lalu itu benar2 cantik"jawab lembut sang pria.
"Oh ya, Pangeran pencuri itu juga sangat tampan, menggenggam hatiku begitu erat hingga aku tak mau lepas darinya"balas Ziah, Bani tersenyum manis.
"Aku mencintai mu Arzanetta"Bani menatap kekasihnya dg lekat, dia memulai mencari jawaban dari kegundahan hatinya.
Tujuan utama seorang Alvino muda menciptakan moment romantis ini, selain membuat Fauziah nyaman dan bahagia.
"Aku juga sangat mencintai mu, my Bani Alvino"jawab Ziah tulus tanpa paksaan, Bani melihat betul hal itu dari sorot mata Fauziah tapi dia masih perlu meyakinkan keraguan itu.
"Apakah itu benar, Arza?"Bani kembali mengulik, memastikan hatinya, memanggil Fauziah dg panggilan khusus yg hanya orang2 yg dipilih Ziah lah yg bisa memanggil nya dg nama itu.
"Sangat benar, dan selamanya akan tetap sama"sorot mata itu tak berubah sama sekali.
Bani belum merasa puas juga, kegundahan yg melanda hatinya akhir2 ini, rasa takut kehilangan kekasihnya, meski tak tampak di depan Fauziah hati pria ini sangat pintar dalam bersembunyi.
"Aku mencintai mu sayang, sangat mencintaimu"kali ini nada Bani melirih.
"Ya aku juga sayang"jawab Ziah seakan tidak pernah bosan mengucapkan kata2 itu di hadapan orang terkasih nya, namun Bani masih saja gundah.
"Apa aku satu satunya, dari sudut manapun, apakah ada yg tersembunyi?"Bani mencoba menambahkan pertanyaannya.
"Iya sayang hanya kamu, dari sudut manapun tetap kamu, jika ada yg tersembunyi itu akan di lenyapkan oleh kamu "lirih Ziah di telinga Bani, Bani merasa ada yg aneh menggrogoti hatinya, debaran itu semakin kencang, ingin sekali mempercayai kata2 itu, tapi tidak masih belum cukup, Bani memikirkan kata2 terbaik agar Fauziah tak curiga dan tetap merasa nyaman.
"Dg kamu yg mulai berani menatap sedekat ini aku merasa cinta di antara kita semakin dalam, tidak ada hal lain yg akan mengganggu kita, termasuk masa lalu, apakah itu benar sayang?"Bani benar2 bermain dg kata2 nya.
"Ya itu sangatlah benar sayang, jika masa lalu telah lama berakhir kenangan indah apapun itu akan kalah oleh masa depan kita, karna yg kita jalani saat ini lah yg paling berharga bukan apa yg telah berlalu, dan kamu tau, aku mempunyai janji masa lalu biarlah hilang tapi masa depan patut di perjuangkan, dan aku akan memperjuangkan masa depan ini, yaitu kamu, untuk yg pertama dan Insaallah menjadi yg terakhir dalam sisa umur ku"jelas Ziah dg pelan tapi pasti.
Menatap Bani penuh kejujuran, mata itu sedikitpun tidak memikirkan hal lain selain dirinya.
Alvino muda mulai mereda keraguan dan kegundahan perlahan mundur dari dirinya meskipun masih bersisa dan Bani ingin menuntaskan itu.
"Aku bangga aku sangat beruntung mendapatkan kamu, padahal dulu aku menyatakan cinta hanya lewat gurauan sesaat, tapi lihat apa balasan yg kudapat sebuah cinta yg begitu kuat, tapi jika saat ini kamu tidak bersamaku dan orang lain melakukan hal yg sama, apa cinta kamu akan berlabuh padanya?"ucap Bani berusaha tetap tenang dan santai, padahal dada itu terasa sesak dg semua introgasi ini.
Fauziah tersenyum tanpa curiga sedikitpun lagi lagi si polos ini wajah cantik nya semakin berseri.
"Kamu tau kan? jodoh, maut, rezeki itu Tuhan yg berkuasa, sekuat apapun masa lalu menghujam, menerjang, kembali hadir, melukai bahkan membawa cinta seluas samudra, itu tidak akan merubah keadaan, dan kamu tau aku berharap dan terus berdoa, kamu menjadi jodohku, bukan yg lainnya, bukan itu masa lalu, yg kemaren, yg barusan, atau yg esok, aku tetap pada cinta kamu, dan jika memang Tuhan memisahkan kita dan kita tidak berjodoh aku akan tetap mencintai mu, sekarang buang rasa ragu itu, jauhkan dia, anggaplah ujian cinta, dan tatap mata Arza dan katakan apa Arza berbohong?"jelas Ziah begitu yakin.
Tatapan tulus nya akhirnya meluluhkan Bani, keraguan benar2 hilang seketika, tapi ada rasa yg begitu terasa sesak di dada seorang Bani yg tak mampu di tahannya.
Sampai2 Bani tanpa sadar, tanpa meminta izin, tanpa aba2, spontan dan reflek dg cepat meraih kepala Fauziah mendekatkan erat wajahnya dan melumat bibir yg indah yg telah banyak melontarkan kata2 yg membuat hati seorang Bani berdesir.
Sekaligus teguran keras tanpa sengaja karna telah meragukan cinta seorang gadis sepolos Fauziah.
Fauziah terdiam, darahnya seakan mengalir deras jantungnya berdegup kencang, pertama kali nya seorang Albani Alvino melanggar prinsip awal mereka.
Bahkan tanpa bertanya, Fauziah bisa apa semua terjadi begitu cepat dan tak bisa di tolak lagi.
Gadis ini terpaku dalam diam hingga Bani tersadar dan melepas jelly lembut itu, dan beralih memeluk Fauziah dg sangat erat.
Si gadis cantik tetap saja mengurai lengkungan senyum meski sedikit sesak karna kuatnya pelukan sang kekasih.
"Maafin aku sayang, maaf, aku lupa diri, aku melupakan prinsip awal kita, aku tidak tau kenapa aku melakukan itu, maaf sayang, maaf"lirih Bani suaranya serak karna airmata cinta mengalir di matanya .
Fauziah heran, bingung kenapa tiba2 Bani bisa sampai terisak seperti itu.
"Hei kak, kamu menangis?"Fauziah merenggangkan pelukan mereka dan meraih kepala kekasihnya itu, Bani menghapus air mata nya di hadapan Fauziah.
"Maafin aku sayang, maaf"Bani melirih bahkan berlutut di hadapan Ziah, gadis itu tertagun heran dg tingkah si tampan ini begitu lebai baginya.
"Sayang, ayo berdiri, tatap mata aku, kamu kenapa? pasti ada masalah kan yg kamu sembunyikan dari aku, ayo jujur"tegas nya Fauziah, seraya menarik narik kerah laki laki itu.
Bani pun berdiri menatap Fauziah dan mencari alasan, karna sebenarnya Bani menangis memang bukan karna tindakan nya yg menyalahi prinsip awal mereka.
Tapi karna rasa bersalah telah mencurigai kekasih yg sangat mencintainya itu dan juga karna beban yg akhir2 ini ada dalam fikiranya tentang ketakutan akan kehilangan sosok Fauziah yg telah di tunggui dari abad ke abad, musim ke musim.
"Gak ada masalah apa2 sayang, aku hanya takut aja, kamu marah, karna aku lancang sama kamu gitu"ucap Bani memelas.
tangis yg tadi dg paksa di hapusnya, berusaha membuat si percaya, sayangnya Fauziah sendiri sudah menaruh curiga dg sikap Bani hari ini.
Apalagi dari awal mereka datang Bani sudah terlihat sangat aneh baginya seperti seseorang yg mempunyai banyak beban fikiran.
Karna tindakan dan gerak geriknya tidak lepas seperti sebelumnya.
Namun apa boleh buat Fauziah terpaksa mengenyahkan jauh jauh fikiran
itu karna Bani enggan untuk jujur.
"Ya sudah, ayo kita pulang sekarang?"ajak Ziah berusaha menenangkan kecurigaannya.
"Kamu gak marah kan sayang?"
"Gak kok, aku gak mungkin marah" sang gadis tersenyum manis namun cahaya indah itu mendadak gersang.
Bani membalasnya dan kembali memeluk Fauziah dg erat dan membuat dirinya senyaman mungkin disana.
"Thanks my Arzanetta, kamu milikku dan selamanya seperti ini, jangan berubah sampai kapanpun, tidak ingin lagi kehilangan kamu untuk kesekian kalinya"lirih Alvino muda dalam dekapan yg tak ingin merenggang sekalipun.
"Pernahkah sebuah ikatan membuat trauma besar dalam hidupmu kak? atau kau pernah merusak ku sebelumnya? menyentuhku?entahlah, sikapmu yg seperti barusan tanda tanya besar yg ku jadikan sebuah kutipan, namun aku mencintaimu tanpa syarat, semoga tuhan memaafkan kita"batin seorang Fauziah.