"Bagaimana kamu ini nak? apa kamu tidak bertanya dulu sama Fauziah? dia mencintaimu atau tidak?"pak Kudus meneriaki anak nya setelah sampai dirumahnya yg besar.
Terbesar di desa itu, pak Kadus termasuk orang terkaya di kampung, warisan leluhur nya yg tidak ada habis nya itu lah yg membuat dia di kenal dg julukan tuan tanah.
Pantas sang istri merasa bangga dan seenak nya melempar penghinaan ke pada keluarga Fauziah yg hanya petani biasa.
Berjarak hanya beberapa kilometer itulah membuat fauziah begitu mengenal Al, hingga sekolah di tempat yg sama.
"Iya nak kami merasa malu"tambah buk Miranti yg kini matanya sembab karna tangis.
Al hanya diam seribu bahasa, tatapan nya kosong seperti tiada kehidupan, wajah tampan nya tampak kusam, penampilan nya begitu lusuh jauh berbeda dari yg pernah Fauziah kenal dulu, rapi, keren, sedikit menggemaskan.
Tapi itu semua seperti nya kini telah jauh bahkan Al tampak lebih kurus dan tak terurus.
"Apa kamu tau? dia sudah mempunyai calon suami? dan sekarang dia tidak ada di desa ini, dia bekerja di kota bersama calon suaminya itu"pak Kudus kembali mengoceh.
"Katakanlah nak apa yg harus kami lakukan sekarang?"sahut buk Miranti dg sendu.
Al yg duduk terdiam di sofa mahal mereka berbentuk klasik itu, berdiri melangkahkan kaki perlahan ke arah jendela rumah.
"Al mengetahui semua nya Bu, bahkan jauh sebelum Fauziah berangkat ke kota"lirih Al dg tatapan yg kosong tertuju pada halaman rumah mereka.
"Lalu kalau kamu sudah tau kenapa kamu selalu ngotot ingin kami melamar nya? kenapa kamu masih mengharapkan dia?"ucap pak Kudus mengencangkan suara dan melebarkan matanya.
"Karna dia mencintai Al pak, tidak ada laki2 lain yg dia cintai seperti cintanya ke pada Al, laki2 itu hanya pengobat luka yg telah Al torehkan ke padanya"jawab Al dg pelan.
"Itu kan pendapat kamu, belum tentu Fauziah seperti itu, semuanya hanya perasaan kamu yg terlalu mengharap kan Fauziah"sambung pak Kudus sedikit melotot.
"Gak pak, ini kenyataannya"lirih Al lagi
"Kalau memang seperti itu, apa pernah kamu bertanya kepada Fauziah tentang perasaan dia yg sebenarnya? bahkan bapak perhatikan kamu tidak pernah bertemu dia lagi beberapa tahun belakangan ini?"
"Al mempunyai prinsip pak, melihat ibu yg membenci Fauziah membuat Al enggan untuk menyatakan cinta kepadanya secara langsung, Al lebih memilih mendiam kan dia, mengkode, bertitip salam, bahkan menelp, di mata Fauziah cinta Al kepadanya seperti itu bukan sungguhan karna setiap dia menginginkan Al berterus terang di hadapannya langsung, Al selalu menolak dan memilih menjauhinya, ya tentu dia merasa sakit hati dan beranggapan Al hanya bergurau, itulah sebab nya Fauziah sampai jatuh ke tangan anak kota itu"tegas Al.
Yg ternyata tidak pernah mengutarakan cintanya kepada Fauziah, justru membicarakannya kepada orang lain, hingga satu desa mengetahui.
Ketidak berdaayaan Al tak lain karna sang ibu yg membeci Fauziah waktu itu, dan mengambil langkah tidak akan berpacaran atau mengikat Fauziah di usia mereka yg masih remaja dan memilih langsung melamar Fauziah saat keduanya dewasa. Dan menggapai cita2 masing2 di saat itu ibunya sudah luluh dan menerima Fauziah dg ikhlas, itu pemikiran sederhana Al sebenarnya, yg Fauziah sendiri tidak mengetahui nya dan salah paham hingga saat ini.
"Itu berarti kesalahan ada pada kamu, kamu yg membiarkan Fauziah dalam dilema ini, kamu yg menggantung nya, sekarang apa? Fauziah benar2 akan menjadi milik orang lain, dan kamu hanya bisa meratapinya"oceh pak Kudus, semakin kesal.
"Gak itu bukan salah Al, tapi salah ibu"buk Miranti kembali berucap lirih, air mata mengalir di pipinya.
"Itu bukan salah ibu, jelas Al yg salah, mereka sudah lama lulus SMA, bahkan telah menyelesaikan pendidikan di universitas juga, tapi kenapa anak mu ini tidak menyatakan cinta juga ke pada Fauziah dan memilih diam bahkan menjauhinya?"tegas pak Kudus menatap istrinya yg tersedu sedu.
"Al sudah menyatakan nya pak"jawab Al datar.
"Lalu apa kata Fauziah?"pak Kudus menatap anak nya.
"Ziah tidak bisa bersama Al lagi, itu yg dia bilang, Ziah telah memilih laki2 itu, tapi Al tidak yakin, itu dari hati terdalam Fauziah sendiri karna Al tidak melihat langsung, Al mengutarakannya lewat tlp pak, waktu itu"jawab Al, yg kini mengalihkan pandangan ke arah pak Kudus.
"Oh lihat buk anak kamu, dia bilang hanya lewat tlp, hmm sungguh pintar, bapak kehabisan cara kalau begini"pak Kudus kelihatan kesal mengatupkan giginya.
"Al, kami tidak tau harus berbuat apa lagi, tapi semua tergantung kamu, kamu harus berani mengambil keputusan sebagai seorang laki2, jangan lemah, jika kamu ingin meraih Fauziah kembali kejar dia, tapi jika tidak terima keputusan ibumu ini dan menikahlah dg jodoh pilihan ibu"ucap Bu Miranti mencari solusi, Al hanya terdiam.
Kembali membawa pandangannya ke arah jendela, terlihat sepasang merpati bernyanyi bahagia, Al menghembuskan nafas nya dg kasar.
"Sudahlah pak, Bu, biarkan Al sendiri yg mencari solusinya, untuk saat ini Al mau sendiri dulu"ucap Al kemudian, melangkah kearah kamarnya.
Miranti dan pak Kudus menggelengkan kepala tidak habis pikir dg keinginan anak nya itu, kenapa cinta mereka jadi serumit ini, karna dari awal sudah salah kedepannya juga akan semakin rumit jika tidak di luruskan.
Di kamarnya Al merenung mengingat masa lalu yg sebenarnya tidak begitu pelik tapi karna masalah sedikit semua jadi rumit.
flashback
"Pokok nya aku tidak akan mengembalikan ponsel ini, sebelum kamu jumpai Fauziah, dan mengatakan perasaan aku kepadanya"Al memaksa dg kasar Rani, teman Fauziah, wanita itu merungut mulut nya mengerucut dg kaki yg di hentakkan ke jalan dia melangkah dg sangat kesal.
"Fauziah, tolong aku, Al memaksaku"ucap Rani kepada Fauziah yg sedang asik mendengarkan musik lewat earphone ponselnya.
"Fauziah...Dengarkan aku..?"teriak gadis itu lagi karna Fauziah tidak mendengarkan perkataannya, hanya melihatkan mimik wajah yg sedang tidak ingin di ganggu, Ranipun menarik headset itu dari telinga Fauziah.
"Ih..Rani apaan sih? gangguin orang aja"rungut Fauziah kemudian.
"Itu pacar kamu, dia dg paksa mengambil ponsel aku"ketus Rani kesal.
"Pacar? pacar siapa? aku gak punya pacar, lagian masih sekolah udah pacaran aja pikir kamu itu?"jawab Ziah heran.
"Itu si Al, kalau aku gak nyatain perasaan dia ke kamu, dia gak bakal ngembaliin ponsel aku"tambah Rani kemudian.
"Mana dia? suruh dia sendiri yg datang kesini, beraninya tu anak, emang dasar gak pernah mau dewasa sedikit pikiran nya itu"oceh Fauziah kesal.
"Dia gak mau, ayo lah Ziah, tolong aku, hubungi dia dan bilang kalau aku udah kesini"ucap Rani seraya mengatupkan ke dua tangannya.
Ziah merasa kasihan lantas membuka ponsel nya, mengirimkan pesan kepada Al
"Besok aku kerumah kamu, kita bicara secara baik2, katakan semua yg ingin kamu katakan, jangan bawa orang lain dalam hubungan kita, sudah cukup berhentilah memaksakan kehendak mu itu, aku akan menjawab semua keraguan mu itu"pesan itu pun dikirim.
"Sudah, sekarang kamu kembali ke dia ambil ponsel kamu, aku udah kirim pesan nya langsung nih"ucap Ziah, Ranipun pergi dari hadapan Fauziah, Fauziah menggelengkan kepalanya bingung dg sikap kekanakan si Al .
"Kenapa kamu selalu seperti ini Al, kapan kamu akan berubah"Fauziah menyembunyikan wajah di sela2 lututnya.
Ibu mendengar sedikit keributan keluar menghampiri anak nya yg sedari tadi duduk merenung di teras.
"Kenapa nak"tanya ibu pelan.
"Eh ibu gak ada apa2 Bu"jawab Ziah sedikit tersentak.
"Tadi siapa yg datang?"
"Itu bu si Rani"Ziah tersenyum kepada ibunya.
Wanita itu menggeleng kecil dg kelakuan anak2 remaja itu, dan kembali kedalam rumah, Ziah menghempaskan nafas nya lalu masuk mengikuti sang ibu.