Chereads / amarah bahagia / Chapter 17 - Surat cinta Al Wijaya.

Chapter 17 - Surat cinta Al Wijaya.

Senja yg redup, rintik2 hujan mulai membasahi sang semesta, terasa hening tiada angin, seperti hati yg mulai meragu.

Hanya karna tetes demi tetes luka akan membuat nya rapuh seiring waktu yg terus melaju .

Beberapa hati mungkin sedang terperangkap di tempat ternyaman nya, tapi beberapa hati juga mungkin terperangkap di tempat yg bukan tujuannya.

Manusia merencanakan hal2 yg menurut nya terbaik, tapi Tuhan lebih mengetahui kebaikan yg sesungguhnya untuk dia nikmati.

Tinggal raga itu sendiri bagaimana ingin menyikapinya, jika dia bersyukur maka semakin dipermudah jalannya, begitu juga jika sebaliknya.

Seorang gadis kecil berlari di jalanan komplek Green Village yg sesaat sunyi mengaluni redupnya senja.

Ia membawa selembar kertas di tangan nya, senyum lucunya memancarkan sebuah Nirmala bagian kecil dunia.

Berlarian sembari beryanyi nyanyi, tanpa peduli gerimis membasahi tubuhnya setetes demi setetes.

"Tok tok tok"gadis kecil itu mengetuk pintu rumah Fauziah, tak lama suara pintu pun berbunyi pertanda yg punya rumah membukanya.

"Eh iya sayang? ada apa ya?"jawab ziah, tersenyum membelai rambut gadis lucu itu

"Kakak, aku ngantar sesuatu untuk kakak, orang nya bilang ini sangat penting jadi kakak harus membacanya sendiri "jelas gadis kecil itu sembari menyodorkan selembar kertas yg di bawanya.

"Dari siapa ini dek?"Fauziah heran, zaman sekarang kok masih pake surat2 segala?

"Gak tau kak? kakak liat aja nanti, aku buru2, sampai jumpa kakak cantik"gadis itu pergi berlarian meninggal kan Fauziah yg kebingungan.

Namun hati menggelitik kala menyaksikan isinya di sebuah sudut kamar.

"Hujan meredah lah, biarkan aku segera berbicara kepada gadisku, kami terlalu lama terpaku dalam keheningan ini.

Berharap masa di mana kami bisa saling bertatap meluap kan kegundahan hati ini, jarak bukan lah jauh, kenyataan nya dia masih tampak di depan mataku.

Tapi suara ku tak di dengarnya karna derasnya hujan ini, kali ini berhenti lah walau sebentar, dengarlah pintaku ini.

Gadis ku kesempurnaan bukanlah milik ku, tapi cinta ini ku pastikan tidak akan kurang dari kata sempurna.

Kembalilah cinta, impian kita telah tertunda begitu lama, izinkan aku mengukir senyum di bibir lembutmu, menciptakan binar dan sinar di mata indahmu.

Menggenggam halus nya jemari mu dan membimbing tangan mu menuju ibadah yg panjang yg kita nantikan selama ini.

Mungkin ini terlambat tapi bukankah janji tetap harus ku tepati? kita pernah terhalang dinding pembatas yg kokoh, tapi kini telah berhasil aku runtuhkan.

Kau membutuhkan penjelasan kemana aku selama ini percayalah kemanapun sejauh apapun sekuat apapun takdir cinta ku akhirnya akan berlabuh hanya padamu.

Sungguh banyak cinta yg datang dan pergi silih berganti tak ada yg mampu menggenggam tanganku seperti kau mengikatku meski itu tanpa seutas tali.

Gadisku dengarlah keinginan suci ku ini, kembali lah pada hati mu yg sesungguh nya berhenti lah menipu hati mu itu.

Karna sebanyak apapun cinta yg datang kepadamu tapi di ujung sudut terdalam hati mu aku tidak akan pernah hilang.

Dan akan terus bersamamu meski akhirnya kau tak memilihku.

Tapi saat ini aku berharap kau mau menerima ku kembali sebagai cinta mu yg abadi dan berjuang bersama meraih ridho ilahi.

Balas lah aku cinta dan mimpimu AL WIJAYA"seketika gadis itu terperangah nyaris saja menjatuhkan bola mata, betapa pun tidak sebuah nyawa serasa kembali ke raga setelah mati dan terkubur.

Tak berasa kertas putih bertinta hitam itu lepas dari genggamannya, menyentuh lantai dan tersenyum memuaskan diri di tempat pijakan itu sendiri.

"Anak tadi seperti nya tinggal tidak jauh dari komplek ini? aku harus menyusul nya, pasti Al ada bersama dia"batin Ziah yg mulai sadar dari tangis dan lamunannya.

Kemudian gadis ini berlarian keluar rumah tak peduli gerimis membasahi tubuhnya di tengah jalanan yg sepi kocara kacir kesana kemari mencari tuan nya si surat.

Tak lama mata indah itu terpaku pada sosok di sebrang jalan sana seorang pria berkulit putih, cukup tinggi dan rambut gondrong, sedikit karismatik sih pria ini.

Ziah terdiam sejenak, lalu menarik nafasnya dalam2 dan menghempaskan nya dg kasar.

"Al Wijaya..."teriak Fauziah.

yg punya namapun melirikkan mata nya ke arah sumber suara.

Fauziah berlari menghampiri pemuda tsb, dg nafas dak jantung yg tak beraturan.

Al menatap gadis itu dg tatapan penuh cinta penuh harap.

Nafas rahara ini seakan terhenti netranya terkunci pada satu objek di depannya yg selama ini begitu jauh dan sangat sulit di gapainya.

"Fauziah..."pemudah itu memanggil nya lembut senyum merekah di bibir tipis nya.

"Al..."jawab Ziah, matanya kini mulai berkaca kaca.

Fauziah tidak tahan dg semua hasrat dan juga beban yg di tanggunya karna laki2 itu.

Fauziah berhamburan memeluk nya erat sambil terisak isak, Al sedikit tersentak membalas lembut pelukan itu dan membelai rambut sang gadis lembut penuh cinta.

"Kemana aja kamu selama ini? kenapa begitu lama aku menuggu kata2 itu? kenapa harus dg surat? apa yg harus aku lakukan sekarang Al katakan? apa?"Ziah berucap lirih di pelukan Al, suara nyaris tersedak akibat uraian isakan isakan yg berusaha meredah.

"Al disini Ziah, aku ada di setiap detak jantungmu, aku tidak kemana mana"jawab Al lirih, lalu mencium wanginya rambut Ziah.

"Lalu apa? sekarang apa yg harus aku lakukan?"Ziah menangis semakin menjadi.

"Ayo kita pulang Ziah, orang tua ku telah melamarmu untukku, penderitaan kita akan berakhir Ziah?"jawab Al yg melepas kan pelukannya, memegangi kedua tangan Fauziah dg erat.

"Masih mungkinkah kesempatan ini Al? lalu bagaimana dg gadis itu?"Ziah menghapus air matanya namun masih sedikit tersedu sedu.

"Tidak ada gadis lain, hanya kamu, tidak ada yg lain, percaya lah, dan ikutlah bersamaku"jawab Al dg lantang.

Ziah mengangguk, tak lama kemudian petir dan kilat bersamaan menyambar suara keras nya membuat Fauziah takut, dan kembali berhamburan memeluk Al.

Al tersenyum dan membalas pelukan itu, hingga akhirnya hujan deras pun turun mereka berlarian kecil mencari tempat untuk berteduh.

Ziah berlari lebih kencang dan melepaskan tangan Al yg sedari tadi di genggamnya, hingga akhirnya Ziah sampai pada sebuah pondok kecil di pinggir jalan dan berteduh disana lalu tersadar Al tidak ada di belakang nya.

Ziah bingung mencari keberadaan al sekaligus panik, Al tidak muncul di hadapannya hilang bak di telan bumi.

"Al...Al ...."teriak Ziah, namun Al tidak kelihatan sama sekali.

"Al..."Ziah berteriak kencang, dan menangis histeris.

"Al..."teriak Ziah yg langsung bangkit dari tidurnya, keringat bercucuran di wajah mulusnya, nafas nya memburu dg cepat, terengah engah seperti habis berlarian panjang tapi nyatanya Ziah tertidur dari tadi.

"Astagfirullah, mimpi lagi ya Allah, apa yg terjadi padaku?"ucap Ziah lirih dan nafas yg masih tersengal.

Di luar langit begitu gelap, hujan turun sangat deras petir menyambar sahut sahutan membuat Ziah semakin takut hingga tubuh nya bergetar hebat, menggigil duduk dg menyembunyikan kepala di kedua lututnya dan telinga yg di tutup dg kedua telapak tangan.

Ziah benar2 tidak tau harus berbuat apa dan tiba2 ponsel Ziah pun berdering membuat Ziah sedikit terjingkat kaget.

"Halo kakak"Ziah menangis, suaranya bergetar karna juga rasa takut.

"Ziah sayang, kamu gak pa pa kan? kenapa suara kamu seperti menangis sayang? ada apa?''jawab Bani dari ujung tlp itu, yg sedang duduk santai di ranjang nya.

"Kak Ziah takut"lirih Ziah

"Takut apa? apa ada yg jahatin kamu?"Bani mulai meradang ke kawatiran nya mulai muncul hingga bangkit dari tempat nyaman nya itu.

"Gak kak, hujan nya deras, angin nya kencang, udah gitu suara petir membuat Ziah takut kak, Ziah takut sendirian disini kak.."

"Apa hujan? angin?"Bani bingung karna dia tidak menyadari kalau di luar hujan turun deras akibat rumah mewah nya yg sudah menggunakan peredam suara hingga hujanpun kurang terdengar.

Bani pun membuka pintu balkon dan benar hujan deras turun di sertai angin dan kilat yg menyambar bani lekas menutup pintu nya kembali.

"Gini sayang, kamu tenang, tarik nafas dalam2 lalu keluarkan, tenangkan hati dan pikiran kamu, pejamkan mata dan berdoa sama Allah, apun yg terjadi serahkan kepadanya"nasehat Bani menenangkan Ziah yg ketakutan.

Ziah lantas melakukan hal itu, membaca doa2 yg di hafalnya hatinya sedikit lega ketakutan mulai berkurang di wajah.

"Gimana sayang udah baikan belum?"ucap Bani dari dalam tlp.

"Udah kak, makasih kak"jawab Ziah pelan.

"Kamu udah makan belum?"tanya Bani kemudian.

"Belum kak, Ziah baru bangun tidur"

"Apa mau kakak antar makanan kesana?"

"Gak usah kak, ngerepotin, apalagi di luar hujannya deras nanti kakak sakit"

"Lalu mau makan apa adek sekarang, pasti gak masak kan tadi, mana sempat masak orang langsung tidur iya kan?"oceh Bani kemudian.

"Ya gak makan kak, Ziah juga gak lapar kok"

"Gak boleh gitu, kakak kesana bawain makanan buat kamu titik gak ada kata nolak ok!"

"Tapi kak?"belum sempat Ziah bicara tlp nya keburu di matikan Bani, membuat Ziah hanya terdiam dan menggelengkan kepala lalu manarik nafas dan menghempaskan nya kasar.