Hartawan membuka handle pintu ruangan CEO, tanpa mengetuknya terlebih dahulu, sang pemilik yg sedang berada di dalam sedikit kaget dg kedatangan tuan itu.
"Eh papa..? ada apa? kenapa papa belum pulang?"Alvino muda tersenyum tipis.
"Rencana nya sih iya, tapi papa mau bicara dulu sama kamu"Hartawan melangkah ke arah sofa ruangan Bani yg empuk yg berada di bagian sudut ruangan tsb dan menghempaskan pantat nya, bersandar dg santai.
"Apa ada yg begitu penting pa?"tanya Bani kemudian, seraya menghampiri sang ayah.
"Papa sudah bertemu Fauziah tadi di ruangan manager"
"Lalu,gimana menurut papa?"tanya Bani penasaran
"Ya dia baik, cantik, sopan, papa sangat menyukainya, tapi ada hal lain yg membuat papa sedikit khawatir"Hartawan menampakkan wajah serius, membuat Bani bingung.
"Apa pa? apa soal kebohongan yg Bani buat?"
"Bukan itu, tapi Farel"
"Farel, kenapa dg dia? apa hubungan nya dg Farel pa?"Bani semakin bingung.
"Fauziah sangat cantik, daya pikat nya sungguh luar biasa, aura positif dari dalam dirinya membuat orang lain mudah untuk menyukai nya"papa menjeda pembicaraan Bani semakin bingung.
"Lalu, apa salah nya dg itu, bukankah itu bagus? artinya Bani gak salah pilih kan pa?"
"Papa kawatir Farel jatuh cinta dg gadis itu suatu waktu nanti, dan membuat keretakan antara kamu dan Farel nantinya"ucap sang ayah, menatap Bani serius.
Tapi CEO baru itu malah tertawa.
"Hahaha, jadi itu yg papa khawatirkan? papa ini, gak mungkin lah, Farel itu profesional dalam pekerjaan nya, jadi gak mungkin dia bisa suka sama Fauziah, lagian Farel juga sepertinya kurang tertarik dg para gadis? buktinya setiap Bani kenalin sama gadis2 jangan kan menemui gadis itu melihat photonya aja dia ogah, jadi gak mungkin lah dia bisa suka Fauziah"Bani menyanggah omongan sang ayah.
Menurutnya pikiran tuan Alvino begitu konyol.
"Bani kamu menyukai Fauziah karna apa?"kembali mantan presdir itu menekankan pertanyaan nya.
"Ya karna Fauziah lain dari gadis2 yg pernah Bani temui pa, dia bukan sekedar cantik, tapi entah lah Bani menggilainya sejak pertama kali Bani melihatnya waktu itu, sulit di jelaskan pa entah sejak kapan cinta itu hadir dalam hidup Bani"tutur Bani serius, sedikit mengenang wajah Fuaziah dari awal bertemu hingga sekarang.
"Nah itu dia, lain dari gadis lain, bukankah yg kamu kenalkan sama Farel kemaren2 itu gadis lain? bukan Fauziah kan?"Hartawan menatap serius, pangeran utama mulai sedikit paham dg maksud dan tujuan perkataan ayahnya itu.
"Jadi maksud papa, tidak menutup kemungkinan Farel bisa menyukai Fauziah? karna Fauziah berbeda dg beberapa gadis yg ada disini, Bani aja bisa begitu menggilainya apa lagi Farel? itu maksud papa?"
"Ya itu, papa kawatir kalau benar itu terjadi hubungan kamu dan Farel akan merenggang, papa sangat tidak menginginkan itu"Hartawan memegang pundak sang anak.
"Lalu apa yg harus Bani lakukan pa?"
"Kenalkan Fauziah ke pada Farel sebagai calon istri kamu"ucap papa tegas, mata Bani melotot baginya itu sangat tidak memungkinkan saat ini.
Secara pangeran kedua tidak pernah mengetahui kalau Bani memiliki kekasih.
Bahkan yg dia ketahui Bani jomblo akut sama dg nya.
Demi menghormati keinginan Fauziah yg tidak ingin hubungan nya di ketahui siapapun selain keluarga Bani dan keluarganya sebelum resmi menyandang status seorang istri Albani Alvino.
"This impossible pa, Fauziah tidak akan menyukainya, Bani juga sudah janji sama Ziah tidak akan mengasih tau siapapun kecuali keluarga kita tentang hubungan Bani dg Ziah, lagian sangat beresiko juga terhadap semua rahasia yg Bani sembunyikan selama ini dari Fauziah"jawab Bani, menolak usulan sang ayah.
"Apa yg salah, Farel itu saudara kamu juga kan?"
"Sayang nya Farel hadir di kehidupan Bani saat Bani sudah berpacaran dg Fauziah, Fauziah lebih dulu memasuki hati Bani pa, bahkan jauh sebelum Bani bertemu dan bersaudara dg Farel, bahkan sebelum Farel hadir di kehidupan kita papa juga sudah mengenal Ziah terlebih dahulu iya kan? Ziah belum mengenal Farel dari awal, dan begitu sebaliknya, akan ada masalah besar dan pertanyaan2 yg akan menyudutkan Bani nantinya dan itu bisa memisahkan Bani dan Fauziah"
Hartawan mengangguk membenar kan perkataan anak nya itu, resiko nya akan semakin besar jika Fauziah mengenal Farel sebagai saudara bani.
Bisa2 pangeran kedua memberitahu siapa dia sebenarnya di saat Bani belum siap akan semua itu.
Seandainya meminta Farel untuk ikut dalam sandiwaranya akan lebih rumit lagi untuk Fauziah memasuki perusahaan dan Fauziah pasti akan curiga tentang jati diri keluarga Alvino.
Sang mantan presdir itu menimbang segala resiko dan kemungkinan itu, semakin rumit bahkan seorang Presdir ternama dan berkelas seperti Hartawan sangat sulit memecahkan masalah yg terlanjur di buat oleh putranya itu.
"Ya kamu ada benarnya juga nak, akan lebih baik Fauziah mengetahui dulu jati diri keluarga kita baru mengenalkan Farel kepadanya"papa mengangguk tapi masih bingung jalan apa yg harus di pilih selanjut nya untuk menyelamatkan kekawatiran yg melanda hati nya itu.
"Udah lah pa, papa gak usah khawatir soal itu, Bani juga yakin Farel gak mungkin bisa suka sama Fauziah, jadi papa tenang aja ya, Bani tidak akan membiarkan itu semua terjadi ok!"Bani berusaha menenangkan kegelisahan.
"Ya semoga aja kamu benar nak, tapi pesan papa, apapun yg terjadi kamu dan Farel jangan sampai retak ya nak, papa terlanjur menyayangi Farel sama seperti kamu papa tidak ingin melihat kalian terpecah karna seorang gadis"papa menepuk punggung Bani pelan.
Hatinya masih meragu entah kenapa perasaannya menaruh kecemasan seperti itu, tapi tetap berusaha menenangkan diri mungkin ini hanya kekawatirannya yg terlalu berlebihan.
"Ya pa, Farel dan Bani selamanya saudara sekaligus sahabat, kita berdua sama2 akan berjuang untuk membuat papa bangga, dan tidak akan mengecewakan papa ok!"Bani tersenyum memeluk papa nya, Hartawan pun sedikti tenang.
"Ya sudah, papa pulang dulu, kangen sama omelan mama kamu"ucap papa kemudian seraya tersenyum.
"Ya terus aja tiap hari kalian berduaan, sekarang papa kan udah bebas dari penjaranya AA ini, tapi ingat Bani gak mau di kasih adek bayi lagi, Bani yg bakal ngasih bayi ke kalian ingat itu"oceh Bani, menggoda hartawan.
"hahahaha....Kalau itu papa gak janji"Hartawan tertawa, Bani juga ikut tertawa, suasana dan kekawatiran mereka seakan sirna dg sedikit godaan dari Bani tadi.
"Ya sudah papa pulang dulu"papa menepuk pelan pundak Bani, Bani tersenyum.
"Hati hati pa"ucap Bani yg melihat kepergian Hartawan keluar dari ruangan.
*
Sementara Fauziah dan Leena yg berada di ruangan sekretaris sedang sibuk mempelajari hal2 dan tugas yg harus di lakukan oleh seorang sekretaris.
"Baiklah Fauziah apa ada pertanyaan lagi?"Leena merapikan berkas2 dan file2 yg tadi di perlihatkan nya kepada Ziah.
"Gak ada mbak, insaallah Fauziah paham semua nya"Fauziah menggeleng.
"Ok kalau gitu saya tinggal dulu ya, nanti kalau ada yg ingin kamu tanyakan lagi atau yg membuat kamu ragu telpon saya aja dan semua no telpon kantor sudah tertera di meja kamu"Leena bersiap merapikan pakaian nya dan berdiri ingin meninggalkan Fauziah di ruangan itu.
"Eh tunggu mbak?"Fauziah menghentikan langkah Leena.
"Iya "Leena menatap Ziah penasaran.
"Boleh Ziah meminta sesuatu?"
"Ya"Leena menampakkan wajah bingung
"Ziah ingin belajar berdandan sama mbak Leena, boleh gak?"Ziah mengatupkan ke dua tangannya memohon seakan sudah lama mengenal Leena, menurutnya Leena sangat stylish dalam berpenampilan dan ingin menjadi cantik sepertinya, padahal apa lagi kekurangan Fauziah kenapa dia belum percaya diri juga.
"Hahaha..Apa? yg benar aja?"Leena tertawa mendengar permintaan Fauziah menurutnya Fauziah sedikit konyol.
"Jadi gak boleh ya mbak?"Ziah sedikit berkecil hati.
"Bukan gitu, penampilan kamu sudah cantik, apa lagi yg mau di ajarkan?"Leena masih sedikit tersenyum.
"Apakah benar mbak, tapi apa gak kampungan ya penampilan Ziah? soalnya Ziah kurang percaya diri mbak?"jawab Ziah pelan.
"Gak, kamu gak kampungan, masalahnya ada di diri kamu karna gak percaya diri itu makannya kamu berpikir begitu"
"Tapi mbak sangat perfect di mata aku hihi"
"Kamu nyindir atau memuji itu?"Leena melotot.
"Gak kok, serius, kalau aku gak suka gaya mbak mana mungkin pengen belajar dandan sama mbak?"jawab Ziah memuji Leena, Leena seakan terbang ke langit mendapat pujian dari Ziah, dia pun semakin percaya diri dan semakin memperlihatkan penampilan nya yg sexi itu ke arah Fauziah.
"Benarkah, Fauziah?"pipi Leena merona, senyum melengkung indah di bibirnya.
"Iya mbak serius "Ziah meyakinkan, Leena semakin terbuai.
Tersenyum sambil mengangguk kan kepalanya, dan kemudian melenggok lenggok dg sexi di hadapan Fauziah.
Tiba2 datang seorang karyawan perempuan tanpa permisi langsung menegur Leena.
"Hee Leena jangan sok cantik lo!"ujar perempuan itu kemudian.
"Kenapa emang gue cantik, tanya aja sama karyawan baru ini, lo aja yg syirik sama gue"Leena berucap dg sedikit angkuh seraya membelai rambut panjang nya itu.
Ziah hanya tersenyum, dan bingung karna wanita yg datang gelagatnya sedikit jutek di mata Fauziah.
"Ya iyalah dia masih baru, takut kali sama lo?"ejek wanita itu lagi, Leena pun menoleh ke arah Fauziah, Fauziah langsung menggeleng pertanda tuduhan wanita itu salah.
"Terserah lo gue gak peduli"sergah Leena kemudian dg sikap angkuhnya.
"Eh tapi lo ngapain kesini?"tanya Leena lagi penasaran.
"Gue mau bergosip sama lo"wanita itu memelankan suaranya, tapi Ziah masih mendengarnya sehingga mengerinyitkan kening nya.
Tidak habis pikir ini masih jam kantor tapi mereka malah ingin bergosip bukanya bekerja, Ziah sangat tidak menyukai hal demikian.
Tapi Ziah tidak berani menegur siapa dia yg hanya seorang anak baru, kantor ini membuat Ziah heran sekaligus berfikir ternyata seperti ini kelakuan para karyawan di belakang atasan mereka.
Hobinya bergosip, dari awal Ziah masuk ke perusahaan itu, juga sering melihat beberapa karyawan berkumpul dan bergosip gak jelas.
Terrmasuk para pria2 nya juga, ini lah dunia perkantoran ternyata tidak sesimple fikiran Fauziah yg polos itu.
"Apaan?"jawab Leena, mendekat ke arah wanita itu.
"Lo pasti gak tau kan? tadi itu ada pengumuman penting, pak Presdir hari ini datang dia ingin memundurkan diri, dan telah menyerah kan semua aset perusahaan, semuanya pokok nya deh, kepada direktur sementara kita itu"bisik wanita itu sedikit memanyunkan bibir nya.
"Apa?"Leena ternganga.
"Tapi kenapa? kok cepat amat?"tanya Leena kemudian.
Fauziah juga kaget bukan main, baru saja dia bertemu dan menyapa Presdir itu tapi sekarang dapat gosip kalau sang Presdir memundurkan diri.
"Alasan nya sih gue gak tau, tapi dengar2 angin yg beredar katanya sih putra nya itu mau menikah"ucap cewek itu lagi tanpa penyaringan dan entah dari mana mendapat gosip demikian.
"Putra? putra yg mana? pak Farel?"tanya Leena lagi semakin penasaran.
"Ya bukan lah, itu si tampan idola kita direktur utama, yg sekarang sudah sah menjadi pemilik AA"lirih wanita itu lagi.
"What?"Leena kaget mata nya melotot tajam dan tidak terima.
"Gak gue gak percaya, direktur itu hanya milik gue, siapa wanita itu? berani nikung gue"Leena berapi api dan sangat marah.
Karna selama ini sudah bersusah payah mendapat perhatian sang direktur tapi jusru malah akan menikahi orang lain.
"Gue juga sama, gue juga gak rela, mana tadi penampilan CEO baru itu keren abis, bicara nya, ketegasannya oh my God, mau nangis gue ngeliat nya tadi, sayang aja lu gak hadir di ruangan itu"oceh wanita itu dg gayanya yg lemas bicara soal ketampanan sang CEO, bahkan sampai memegang kening dg telapak tangannya.
"Ya tadi gue telat karna ada masalah di jalan, makannya gak sempat menghadiri pengumuman itu, eh tapi pak Presdir bilang gak kenapa dia resign secepat ini?"tanya Leena lagi.
"Gak ada"jawab wanita itu menggeleng.
"Bodoh lo, itu artinya gosip itu bohong, belum ada kebenarannya"Leena menjitak kening gadis itu.
"Ih apaan sih? kan gue cuman nyampein yg gue dengar"jawab wanita itu sembari memegangi keningnya.
"Ah, sudahlah sebelum janur kuning melengkung gue akan terus berjuang"cetus Leena kemudian dg semangat dan langsung melangkahkan kaki meninggalkan ruangan itu.
"Eh lo mau kemana?"wanita itu menghentikan langkah Leena dan Leena menoleh kebelakang.
"Ya gue mau keruangan gue lah, lo liat t udah ada yg gantiin gue disini"Leena menunjuk Fauziah.
Gadis yg sedari tadi bingung dg gosip mereka tersentak dan tersenyum memandang ke arah wanita tsb.
"Jadi sekarang lu di mana?"tanya cewek itu lagi.
"Ya gue menjabat lagi sebagai sekretaris nya sang CEO hahaha, kaget kan lo, ya iyalah, gue lebih leluasa mendekati dia sekarang di banding kan lo"letis Leena, wanita itu terperangah kaget, Leenapun dg santai keluar dari ruangan, wanita itu dg mulut yg masih tidak percaya dan tidak terima, perlahan mengikuti langkah Leena untuk keluar dari ruangan meninggalkan Fauziah yg sedang bingung melihat tingkah mereka.
"Apa sih hebat nya CEO baru itu? setampan apa sih dia? jadi penasaran aku?"batin Ziah.
"Eh berarti pak Presdir punya anak yg lain selain pak Farel, dan perusahaan jatuh ke tangan anak nya yg satu itu, tapi kenapa?pak Presdir yg baik itu cepat bangat lagi resign nya, hmm sayang sekali "batin Ziah seraya menggelengkan kepala nya karna bingung.
Tiba2 lirikan matanya terhenti pada daftar no telpon yg ada di meja, Ziah yg kepo membaca semua daftar itu dan terhenti pada no telp ruangan direktur utama.
Rasa penasaran dg omongan2 Leena dan temannya tadi yg bilang kalau direktur itu begitu ganteng dan keren sekaligus belum menikah.
Sisi lain dari Ziah pun keluar yaitu usil dan kepo tapi tidak suka bergosip, mengambil telp yg ada di mejanya dan menekan no tsb.
"Hallo...."yg di tlp menjawab dari ruangan nya yaitu Bani sang direktur, Ziah seperti mengenal suara itu tapi masih kurang yakin, bisa aja lewat tlp semua suara laki2 itu sama.
"Hallo...."jawab Ziah kemudian dg lembut.
Yg di tlp langsung sadar kalau itu suara kekasih nya, Bani sangat hafal suara Fauziah dia tidak mungkin salah mengenali suara itu.
"Maaf pak, saya masih baru, apa ini no telpon ruangan pantry?"ucap Ziah seraya tersenyum geli.
Bani semakin kaget, mengira ada apa ternyata Ziah salah pencet no tlp, CEO keren itu menarik nafas dalam2 sedikit mencoba merubah suaranya agar tak di kenali Fauziah.
"maaf anda salah sambung, ini ruangan CEO "ucap Bani yg berusaha untuk merubah suaranya.
"Owh, maaf kan saya pak, saya tidak tau, maaf pak sekali lagi"oceh Ziah lagi dg bibir yg tersenyum genit.
"Ok!"Banipun menutup tlp nya, mengelus dada nya yg sedari tadi begitu terasa sesak.
Ziah yg tidak mengetahui itu justru tertawa lebar karna berhasil mengerjai CEO yg menurut gadis2 disana sangat tampan itu.
"Ah biasa aja suaranya haha"
"Lebih ngangenin lagi suara si kakak hihihi, mungkin juga gantengan kakak di banding dia haha, cewek2 disini terlalu lebai karna CEO aja tuh pada ngefans coba kalau gak huuuh"Ziah mengoceh sendiri, lalu mengambil laptop nya dan memulai sebuah pekerjaan yg telah di ajarkan oleh Leena tadi dg senyum bahagia dan bersemangat.