Chereads / amarah bahagia / Chapter 19 - Berkumpul.

Chapter 19 - Berkumpul.

"Mama....Mama....Mama"pagi sekali Alvino muda sudah teriak2 memanggil sang ibu kebiasaan yg tidak juga berubah hingga sekarang.

"Iya sayang...Sebentar"jawab nyonya Alvino dari kejauhan.

Pangeran utama mutar2 tak tentu arah di kamarnya dg bertelanjang dada, sementara handuk melingkar di pinggangnya pertanda dia baru selesai mandi.

"Apa lagi kali ini Bani? dan kenapa tuh masih pakai handuk gitu?"jawab sang ibu yg sudah berada di kamar anak manjanya itu dg nada sedikit kesal.

"Mana pakaian baru Bani ma? hari ini Bani harus pake, ada acara penting kan?"jawab Bani memelas.

"Ya mana mama tau? kamu kemaren gak ada tuh mintak di beliin pakaian baru? lagian pakaian kamu banyak yg belum di pake, pake itu aja?"jawab mama dg nada sedikit meninggi.

"Ya gak bisa lah ma, mama tau kan Bani gak bisa ngasal kalau soal penampilan, apalagi ini hari bersejarah Bani, mana mungkin pakai baju lama, rusak lah reputasi direktur"rungut Alvino muda.

"Huuu sok sok an, mikirin reputasi, kelakuan sendiri belum di benarin, pacaran aja dg berbohong, sampai milih gadis ngasal, pakaian aja kamu gak bisa ngasal tapi soal pasangan hidup kamu malah gak mikir soal reputasi kamu"ketus sang ibu menyindir putranya itu.

"Jangan mulai deh ma, yaudah Bani bisa telat, mama keluar aja, Bani mau pake baju dulu"Bani mendorong sang ibu dg lembut, keluar dari kamarnya.

Nyonya Alvino menggerutu kesal meninggalkan putra utamanya itu.

"Bani....Sudah dandannya, ayo turun...Sarapan sayang nanti kamu telat"Nyonya Alvino meneriaki sang anak dari bawah tangga istananya itu setelah tadi disibukkan dg membantu para asisten menyiapkan sarapan.

"Iya sebentar lagi ma.."Jawab Bani dari atas.

Wanita itu lantas beranjak menuju meja makan, disana tuan Alvino terlihar sudah duduk sambil membaca koran menunggui anaknya, dg pakaian yg sudah rapi layak nya seorang Presdir, pria paruh baya itu terlihat berwibawa sekali hari ini.

"Morning pa!"Alvino muda mulai mencongol batang hidungnya.

"Morning boy.."tuan Alvino menutup koran nya dan memberikan kepada asisten yg sedari tadi di meja makan ikut membantu nyonya rumah menyiap kan sarapan.

"Mama sayang? bagaiman penampilan Bani? bagus gak?"Bani berlagak di samping ibunya, memperlihat kan style nya hari ini.

"Bagus...Ganteng kok"jawab sang ibu sembari duduk di meja makan itu.

Dan Bani pun ikut duduk dg wajah sumringah, mereka menikmati sarapan dg tenang tanpa berbicara.

Hanya sendok dan garpu serta pisau pemotong roti yg memecah keheningan ruang makan yg mewah itu.

keluarga Alvino menerapkan adap makan seperti itu, dilarang berbicara kalau sedang menikmati makanan di meja makan.

*

Fauziah sedang sibuk mempersiapkan diri di rumahnya mulai dari berdandan dan memilih serta mencocokkan beberapa pakaian formal yg ia miliki untuk di pakai ke kantor di hari pertama nya itu.

Tak lupa sepatu dan tas menjadi pelengkap penampilannya, celana bahan berwarna hitam di padukan dg atasan berwarna merah, rambutnya yg lurus di buat dg gaya ponytail tak lupa anting2 mutiara yg membuat penampilan Fauziah semakin manis dan terkesan imut.

Fauziah siap menghadapi dunia perkantoran hari ini dg langkah yg pasti dan senyuman tulus di bibir indah nya.

"Semua sudah beres, tinggal berangkat, order taxi online dulu"gumam gadis itu di depan cermin meja rias kamar, lalu mengambil ponselnya, namun ponsel itu keburu berdering duluan.

"Hallo sayang, kamu berangkat bareng aku aja ya, tunggu aku disana, sebentar lagi aku nyampek ok!"oceh Bani dari balik telepon itu.

"Tapi kamu kan harus kerja juga sayang, biar aku naik taxi online aja ya"

"Gak bisa gitu, lagian tempat kerjaku masih searah kok jadi gak pa pa lah sekalian kita bareng"

"Ya udah deh, terserah kamu aja"jawab Ziah sedikit lemas, sebenarnya Ziah hanya ingin menjauhi Bani untuk sementara waktu.

Mengingat kejadian semalam membuat Ziah sedikit menaruh rasa cemas, dan yg terbaik menjauh dulu beberapa saat sampai menemukan jalan agar semua bisa normal dan di kendalikan lagi.

Dada Fauziah masih terasa sesak kala mengingat hal itu, dan merasa lebih canggung lagi kalau seandainya Bani masih mempertanyakan nya.

Tak butuh waktu lama, Bani telah mendarat di rumah Fauziah, tapi kali ini hanya mengenakan scoter biasa agar Fauziah tak mencurigainya, itupun pinjaman dari security Mansion Alvino.

Mengingat kendaraan Bani tidak ada yg di bawah standar semua terlihat mewah dan pasti akan membuat sang gadis menghujani nya dg ribuan pertanyaan.

"Wah, kak ini motor mu? keren sekali haha"Fauziah mencoba mengejek Bani, dia sedari tadi duduk di kursi teras menunggui Bani kini berdiri melangkahkan kaki ke arah pria tersebut sambil melirik lirik scoter yg di bawa sang kekasih.

Sangat tidak setimpal dg style yg di kenakan Bani yg kerennya melebihi seorang Presdir, pangeran itu nyengir2 gak jelas, seperti menertawai dirinya sendiri.

"Ya dong, gimana kamu suka?"

Ziah melirik penampilan Bani yg super keren bak seorang Presdir Korea itu, membuat nya tertawa bukanya menaruh curiga.

"Haha kak kak, gaya mu kayak oppa CEO, tapi lihat kendaraan mu? hahahaha"Ziah tertawa puas mengejek kekasih nya itu, Bani hanya bisa senyum nyengir.

"Ya jangan gitu lah gini2 ini milikku bukan pinjaman lagi kayak kemaren hehehe"

"Ya baik lah, mana helm nya nanti aku telat lagi?"desak Ziah, banipun langsung memakaikan nya.

"Are you ready, my girl?"

"yes, i am ready"teriak Ziah yg sudah melingkarkan tangan nya di pinggang sang kekasih.

Dg laju nya mereka meninggalkan halaman rumah Fauziah, di perjalanan pun mereka saling tertawa dan kadang teriak2 seperti 2 sejoli yg baru jatuh cinta.

*

"Ok sayang, sekarang kita udah sampai, kamu kerja yg rajin ya?"scoter Bani telah terparkir tepat di depan gerbang menuju kantor, Fauziah pun turun, dan menyerah kan helm nya kepada Bani.

"Makasih ya sayang, aku kerja dulu,.sampai ketemu lagi "ucap Ziah seraya tersenyum melambaikan tangan nya.

"Ok sayang"Bani tersenyum dan membalas lambaian tangan Fauziah.

Fauziah pun melangkah pergi dari hadapan sang kekasih.

Sesekali dia melirik ke belakang melihat Bani yg setia menungguinya hingga masuk ke dalam kantor, dan setelah Fauziah benar2 hilang dari pandangan nya barulah Bani tancap gas menuju parkir khusus para atasan.

Dg perasaan lega Bani bergegas memasuki kantor melewati pintu darurat, agar tak bertemu dg gadis itu, beberapa karyawan yg telah datang merasa heran melihat kelakuan sang direktur tapi mereka tidak berani mempertanyakan hal itu.

"Pagi semua...."sapa Bani kepada para karyawan nya yg sedari tadi bisik2 menggosipkan ke anehan sang direktur.

"Pagi juga pak"jawab mereka menunduk kan kepala sekaligus heran, tumben2 nya direktur yg biasa bersikap datar dan dingin kali ini menyapa dg begitu ramah.

Semua nya kini ternganga melihat kelakuan Bani melangkah menuju ruangan kebanggaan nya.

Sang manager pun datang menertibkan seisi koridor kantor untuk duduk di meja masing2, seperti seorang guru yg baru masuk ke kelas nya menertibkan murid2 nya yg nakal.

Farel pun melangkah menuju ruangan nya, dari kejauhan sana Fauziah sudah menunggu kedatangan sang manager, dg senyuman ramah, membuat Farel mempercepat langkah nya menatap Ziah dari dekat penuh dg rasa penasaran tentang soal jati diri sekretaris barunya itu yg menurutnya sangat mirip dg orang yg pernah di kenal beberapa tahun lalu.

"Selamat pagi pak"sapa Ziah dg sopan dan tersenyum ramah.

"Ya pagi"jawab Farel menatap gadis itu penuh ke kaguman hingga jantungnya serasa berdebar.

"Si bos dapat cewek ini di mana ya? cantik sekali, persis seperti Arza, tapi ah? masa iya? Arza? mana mungkin Arza tak mengenali gue sama sekali?"batin pangeran kedua itu menatap gadis cantik imut dan manis yg ada di depannya saat ini.

Farel sedikit terjingkat saat deringan ponsel mengagetkan lamunan nya.

"Hallo..ya bos"jawab Farel seraya memasuki ruangannya dan mengkode Ziah untuk mengikutinya, gadis itu pun menurut.

"Kumpulin semua karyawan lu, suruh berkumpul di lantai 3 sekarang"perintah meluncur dari balik telepon itu.

"Tapi kenapa bos?"Farel mengerinyitkan keningnya.

"Banyak tanya lu, kerjain aja apa yg gue perintahkan ok!"

"Ok baik bos"

Farel mematikan ponsel nya, dan kembali berdering.

"Lu cepat amat matiin nya?"Bani meneriaki Farel dari balik tlp itu.

"Ya bos suruh cepat ngumpulin orang, ya gue mau samperin semua nya lah"

"Sekretaris baru lu gak usah di ajak, suruh dia nungguin lu di dalam ruangan itu aja, dan perintahkan si Neni office girl kesayangan lu itu untuk menyiapkan sarapan dan segelas susu almond, paham"perintah Bani dg tegas, membuat Farel bingung.

"Tapi untuk siapa bos? gak usah repot2 gue udah sarapan tadi dirumah?"

"Bukan buat lu, tapi buat sekretaris lu itu, gila kali gue mikirin lu udah sarapan atau belum?"oceh Bani kesal.

"Perhatian bangat lu sama dia?"

"Lu tanya sekali lagi gue pecat lu"Bani membentak Farel dan mengancam nya.

"Baik lah bos, siap di laksanakan"jawab Farel memelas dan bingung dg kelakuan Bani yg mengistimewakan sekretaris baru nya, tapi saat ini belum ada jawaban untuk pertanyaan nya, hingga Farel hanya menarik nafas kasar dan memanggil Neni secepat nya.