Ruangan Aula lantai 3 telah di penuhi oleh seluruh karyawan AA, berbagai tanggapan dan kecurigaan muncul.
Tanpa pemberitahuan sebelumnya tiba2 semuanya harus di kumpulkan hari ini, menjadi tanda tanya besar bagi seluruh karyawan.
Ada yg berbisik bisik, ada juga yg memasang wajah cemas, semua duduk dg rapi di kursi2 yg telah di sediakan.
Tak lama sang Presdir yg gagah dan tegas datang bersama para manager dan jajarannya dg wajah datar penuh tanda tanya, sang presdir sedikit memberikan senyuman kepada semua yg telah hadir di ruangan itu.
Sembari menduduki kursi paling depan yg telah di sediakan, lengkap dg pengeras suara diatas mejanya, semua mata tertuju pada presdir tersebut yg tiba2 datang tanpa pemberitahuan padahal yg mereka tau bapak Presdir sedang isitrahat dan di gantikan sementara oleh putranya.
Tapi hari ini seakan penuh tanda tanya tentang apa yg sebenarnya akan terjadi pada AA.
"Hei bos, sebenarnya apa yg terjadi? kenapa bapak Presdir tiba2 hadir? dan bikin pengumuman hari ini?"Farel bertanya pada Bani yg kini tersenyum gak jelas di samping nya melipat kan tangan ke dada memandang sang ayah yg begitu gagah.
Mereka seakan seperti staf biasa, disaat yg lain duduk di kursi paling depan keduanya justru bisik2 berdiri di belakang seakan mereka bukan siapa2 di perusahaan tsb.
Bani dan Farel memang pimpinan paling aneh di AA, maklum mereka pimpinan paling muda di perusahaan tsb, meskipun tak di pungkiri AA melejit pesat di bawah pimpinan mereka.
Tidak ada yg menyadari keduanya berada di belakang karna mata hanya tertuju pada bapak Presdir saat ini.
"Hoi bos, lu jawab gue, senyum2 gak jelas, apa lu gila?"Farel kembali bertanya dg nada sedikit kesal.
"Berisik lu, dengar aja tu bapak Presdir ngomong, nanti lu juga tau?"jawab Bani dg mata tertuju ke depan.
Pangeran kedua sangat tidak menyukai jawaban itu membuat nya diam menahan emosi nya, ingin rasanya menelan direktur itu hidup2.
"Selamat pagi rekan rekan semua"suara Presdir mendiamkan semua suasana yg gaduh.
"Kalian pasti bertanya tanya, kenapa saya membuat pengumuman mendadak dan mengumpulkan rekan2 semua di ruangan ini?"ucap bapak Presdir dg jelas dan tegas.
"Baiklah untuk menjawab pertanyaan kalian saya langsung saja"Presdir itu terdiam sejenak dan menarik nafas kembali melanjutkan.
"Saya Hartawan Alvino, selaku Presdir sekaligus pemilik saham AA company, serta pimpinan anak perusahaan dan juga group2 yg tergabung di dalamnya baik luar maupun dalam negri mulai hari ini menyatakan memundurkan diri dari semua jabatan2 dan seluruh yg berkaitan dg AA company"Hartawan terdiam sebentar, setelah dg tegas mengucapkan kalimat2 yg membuat semua terperangah tak percaya entah berapa pasang mata melotot tajam dg mulut ternganga.
Ada juga yg berbisik bisik, kenapa Presdir memundurkan diri secepat ini padahal masih kuat ide2 nya masih cemerlang belum saatnya untuk mundur?
Pasti ada alasan di balik semua nya, bukan karyawan saja yg terkaget bukan main tapi para atasan pun sepertinya juga begitu karna sebelum nya belum pernah ada tanda2 kalau sang Presdir akan memundurkan diri dan ini begitu gila bagi mereka.
Dan di saat semua berbisik bisik suasana mulai gaduh, sang direktur justru terlihat santai berdiri tanpa beban memangku tangan ke dada.
Sang manager yg sedari tadi ikut terperangah melirik ke arah Bani dan menyaksikan kalau teman nya itu tidak kaget sama sekali justru senyum2 gak jelas.
"Eh bos, lu udah tau ya tentang ini semua sebelum nya?"tanya Farel lirih.
Bani mengangguk, dg senyuman yg masih melekat di wajah tampannya.
"Kenapa lu gak cerita sebelumnya?"Farel sedikit geram.
"Ini namanya surprise buat lu"jawab Bani enteng.
"Buat gue? mana mungkin yg ada ini bencana!"Farel melotot, Bani hanya cengengesan.
"Lagian si papa kenapa gak cerita kalau mau resign secepat ini? gue jadi sedih, perasaan gue gak enak"upat Farel lirih.
"Diam lu, nanti gue jelasin, papa belum selesai ngomong tu, lu dengar baik2"oceh Bani kemudian.
"Tapi ini gak adil, papa gak cerita sama sekali perihal ini sebelumnya, gue sakit hati"
"Ah udah lah, nanti lu serang tu papa, mintak penjelasan sama dia, sekarang lu diam, ini belum kelar"sang dirketur mendiamkan managernya, pria itu masih kesal hingga mengerucutkan bibirnya, matanya kembali tertuju pada sang Presdir.
"Dan saya telah menyerahkan seluruh kuasa dan ke pemimpinan saya sekaligus kepemilikan semua yg berkaitan dg AA company ke pada putra kandung saya satu satunya pewaris sah AA company yaitu Albani Alvino"lanjut hartawan tegas.
Semua semakin kaget, bukanya tidak terima mereka juga mengetahui Bani memang pewaris satu2 nya yg jadi pertanyaan kenapa secepat ini bahkan Bani masih terbilang terlalu muda untuk semua ini.
Apa yg terjadi dg Presdir sehingga secepat ini mengalihkan kepemilikan perusahaan? pertanyaan itu hanya Bani dan Hartawan lah yg tau jawaban nya.
"Gue tau kalau AA memang akan di pimpin oleh lu sepenuh nya, karna lu pewaris sah, tapi yg gue bingung kenapa secepat ini bencana datang dalam kehidupan gue?"lirih Farel menatap Bani dg kesal.
"Hahaha, siap2 lu, jangan macam2 sama gue"Bani tersenyum sinis, dg jatuhnya AA company ketangan nya dia bisa lebih leluasa menguasai Farel dan semakin bersikap gila terhadap pangeran kedua tsb.
"Saya berterima kasih kepada rekan2 semua selama ini telah membantu saya dalam memajukan AA, tanpa kalian AA tidak akan mampu berdiri sampai sejauh ini, dan saya berharap dg CEO baru ini rekan2 semua tetap memiliki visi dan misi yg sama dg sebelumnya guna semakin memajukan perusahaan kita ini, dan untuk CEO baru kita silahkan anda maju ke depan"presdir bertutur dg tegas dan di akhiri dg tersenyum.
Bani melangkah kedepan dengan penuh percaya diri memperlihat kan kewibawaannya semua mata tertuju kepada nya dan sedikit terkaget kalau direktur mereka itu berada di belakang sedari tadi tanpa mereka sadari.
Farel yg sadar semua melirik ke arah mereka ikut maju kedepan mengambil posisi duduk yg sebenarnya.
"Saya sangat berterima kasih kepada bapak Presdir telah mempercayakan AA secepat ini terhadap saya, saya Albani Alvino siap dg semua amanah yg telah di berikan kepada saya dan akan menjalankan nya dg sebaik baik mungkin dan saya berharap rekan2 semua menerima keputusan ini dg seluas luasnya dan membantu saya dalam menjalankan semua amanah ini, tanpa kalian AA bukan apa apa, terima kasih banyak"tegas Bani, kembali duduk di kursi disamping ayahnya.
Semua kembali gaduh bisik2 di antara para penggosip mulai menyeruak di ruangan itu.
Para gadis2 penggila Bani terperangah semakin mengagumi CEO baru itu, sudah lah tampan, keren, pintar, dan sekarang dia sah menjadi CEO sekaligus pemilik perusahaan gadis mana lagi yg akan menolak?
"Dan untuk pers, kita sengaja tidak undang hari ini, dan pasti akan di adakan di lain hari dan di waktu yg tepat, sekian pengumuman ini dan saya harap rekan2 semua menerima keputusan ini dg bijaksana, terima kasih"tutup Hartawan tegas seraya memandangi Farel memberikan kode untuk membubarkan para karyawan.
Manager itu meraih pengeras suara yg ada di mejanya.
"Rekan2 semuanya bisa meninggalkan ruangan dan kembali ke ruangan kerja masing2, terima kasih"ucap Farel tegas.
Semua membubarkan diri, suara gaduh semakin terdengar, para pimpinan menyalami Bani mengucap kan selamat. Pangeran kedua sedari tadi menunggu ruangan itu sepi rasa penasaran nya dan semua pertanyaan itu ingin langsung di utarakannya kepada Hartawan.
"Pa apa semua ini? kenapa Farel gak di kasih tau dulu sebelumnya? ini gak adil? apa Farel udah gak penting lagi buat papa gitu?"upat Farel kepada hartawan, Bani nyengir2 gak jelas mendengarnya.
"Kamu tanya sama kakakmu ini, dia yg membuat papa bungkam dan tidak memberitahu kamu tentang semua ini"Hartawan sedikit mendorong Bani yg sedang tersenyum di sampingnya.
"Ya kalau gue kasih tau, lu gak bakalan mati matian kerja keras buat menggaet bule Jerman itu, ya secara lu kan gak suka gue jadi CEO disini"jawab Bani
"Apa bule Jerman?"Farel berpikir sejenak, mencerna dalam dalam.
"Owh jadi ini maksud dari semua itu, lu ada maunya ya hmm, gue ngerti sekarang lu ngasih janji yg besar ke gue ternyata lu juga ada maksud nya, jadi ini tantangan papa iya kan? pantas lu lebih bahagia saat kita menang di bandingkan gue dasar licik lu ya"oceh Farel mengangguk angguk dg kekesalan.
"Ya tuh lu pintar"jawab Bani dg menunjuk Farel.
"Yah si papa, kenapa secepat ini sih?"keluh Farel pada Hartawan.
"Ini gak cepat anakku, justru papa memberikan kepercayaan kepada kalian, papa yakin kalau AA di pimpin oleh anak muda dan pintar seperti kalian akan lebih maju dan berkembang pesat lagi, papa juga bisa senang2 dirumah iya kan, buat apa punya 2 anak pintar tapi masih papa juga yg ngehendle semuanya kan gak adil?"papa menepuk punggung pangeran kedua pelan.
Farel mengerinyit tidak bisa berbuat apa2 lagi selain menerima dg ikhlas Bani sebagai CEO yg sah.
"Tapi tunggu, tadi kamu bilang Bani bikin janji? janji apa kalau papa boleh tau?"tanya tuan Alvino kemudian, manager itu menatap Bani yg masih cengengesan.
"Kalau usaha kita berhasil dan bule Jerman itu puas sama perusahaan kita Bani mau ngasih apa aja permintaan Farel, itu katanya pa!"jawab Farel memelas.
"Hmm apa aja? apa kamu sudah meminta janji itu?"tanya papa kemudian, Farel menggeleng.
"Minta aja semua aset perusahaan yg sudah papa wariskan kepadanya itu!"jawab papa memandang Bani, CEO baru itu melotot tajam tidak terima dg ucapan sang ayah.
"Ya gak setamak itu lah pa, bagaimanapun Farel tau diri kok, lagian Farel juga tidak punya niatan memperkaya diri dg memperdaya orang"Farel menatap Bani, seolah menyindir.
"Nyindir gue lu?"sergah Bani dg nada tinggi.
"Gak, tapi kalau kesindir itu sih urusan lu bukan gue"
"Gue lempar lu, mau gue pecat lu? sama CEO lu ngomong gitu?"gertak Bani semakin kesal.
"Nah liat tuh pa CEO baru kita sombong, belum apa2 udah mau pecat2 aja, gunain jabatan buat nindas orang, itu yg Farel kurang suka pa, dia belum dewasa2 juga"
"Sudah, sudah, stop, kalian berdua sama aja, sudah sekarang damai, dan pikirin biar AA ini semakin jaya dan maju di tangan kalian ok!, dan kamu Bani jangan ngomong ngasal lagi sama Farel, dia itu adik kamu, tanpa dia kamu gak bakalan sesukses ini ngerti"nasehat papa mendamaikan kedua nya, Farel tersenyum puas melihat Bani di tegur, Bani semakin kesal.
"Dan kamu farel, hormatin kakak kamu bagaimanapun dia jangan sekali kali berkata buruk kepadanya"Tegur papa ke Farel membuat Bani kali ini yg tersenyum.
Kedua nya pintar dalam urusan perusahaan tapi masih seperti anak kecil kalau sudah di luar itu, tapi meskipun begitu layaknya saudara kandung kedua nya memang sangat saling mendukung satu sama lain dan saling menjaga.
Farel juga tidak tamak terhadap kekuasaan dia cukup sadar diri kalau hanya seorang anak angkat, akibat terlalu akrab keduanya saling ngomong tanpa penyaringan tapi itu lah gaya persaudaraan mereka.
"Ya sudah papa mau ke ruangan Farel dulu, capek ngeladanin kalian berdua"oceh papa kemudian, kedua nya saling pandang kok tumben papa mau keruangan Farel ada apa?
"Ngapain pa?"keduanya bertanya serentak membuat mereka saling lirik.
"Gak ngapa ngapain, cuman mau liat man.."Tuan Alvino tidak jadi melanjutkan bicaranya yg hampir keceplosan, sebenarnya dia kesana ingin melihat Fauziah.
Karna sebelumnya Bani sempat cerita kalau Fauziah berada disana dan hari ini pertama dia masuk kantor.
Sepertinya tuan Alvino tidak sabar ingin melihat betapa cantik nya calon mantunya itu secara kemaren2 hanya melihat dari photo2 yg Bani tunjukkan.
"Man?apa pa? ngomong yg jelas?"desak Farel bingung, bani melotot ke arah papa, jantung nya berdebar kencang karna takut Farel mengetahui tentang Ziah.
"Gak itu maksud papa, Mancester City, club bola idola papa, ada kan photo para pemainnya di laptop kamu Farel papa mau cetak buat pajangan di ruang kerja rumah gitu"jawaban papa sedikit nyeleneh tapi masuk akal bagi Farel karna memang setaunya papa menyukai club bola tsb, dan dia juga memang menyimpan photo para pemain sepakbola itu di laptopnya.
"Baik lah, ayo pa"Farel lekas meninggalkan Bani dan diikuti tuan Alvino dari belakang, pria paru baya itu menoleh ke arah Bani mengedipkan sebelah mata nya menggoda sang anak.