Fauziah telah menghabiskan semua sarapan yg ada di meja tempat duduk nya sekarang ini.
"Baik bangat ya perusahaan ini? baru tau aku kalau ada perusahaan yg begitu mengistimewakan karyawan baru sampai2 disiap kan sarapan segala, ha beruntung bisa kerja di sini, jadi penasaran siapa sih CEO nya?"Fauziah bergumam sendiri, sedikit merasa aneh kenapa di perlakukan istimewa di kantor itu, tapi mengingat kata office girl tadi ini perintah atasannya membuat Ziah sedikit memahami dan berasumsi kalau itu memang sudah kebijakan perusahaan.
Padahal sebenarnya sang kekasih lah dalang di balik itu semua, Fauziah yg polos memang tidak mengetahui hal itu.
Tiba2 suara handle pintu berbunyi Ziah sedikit terjingkat, menyadari pasti sang manager yg datang dia merapikan diri dan berdiri menyambut nya.
Masuk lah 2 orang laki2, yg satu masih muda dan satu lagi paruh baya siapa lagi kalau bukan Farel dan Hartawan, Ziah menunduk.
Gelagat tuan Alvino mengangguk angguk puas dg seluruh penampilan mantu nya yg terlihat tak asing lagi, seperti pinang di belah dua, namun belahan lain telah hilang dan ini penggantinya, Hartawan seperti menemukan sosok lampau dari paras anggun ini.
"Benar seperti yg saya duga, dia bahkan aslinya lebih cantik, Bani benar2 memberikan calon mantu idaman saya ini sepertinya, ha sayang sekali susah membuat mu mengerti nak, kenapa harus berbohong kepada si cantik ini?"batin Hartawan.
"Oh ya papa? eh maksud nya pak Presdir ini Fauziah sekretaris baru saya, dia baru mulai kerja hari ini"Farel sedikit salah bicara.
Di depan karyawan lain peraturan mereka memang seharusnya berbicara formal termasuk Farel ke pada Bani juga Bani kepada papanya.
Kalau sudah tidak ada karyawan lain disekitar baru mereka berbicara layaknya saudara, dunia kerja mengharuskan seperti itu meskipun ayah dan anak namanya atasan tetap atasan.
Kakak beradik atau sahabat sekali pun seperti itu harus profesional agar di hargai para bawahan mereka itu lah salah satu konsep AA.
"Ya, hallo saya Hartawan, Presdir di kantor ini"pria itu mengulurkan tangan, Fauziah membalasnya dg menunduk dan santun.
"Saya Fauziah, senang bisa bertemu langsung dg bapak"jawab Fauziah dg mantap dan mengangkat wajah yg sedari tadi menunduk.
Hartawan mengangguk angguk, sementara Farel bergegas ke arah meja dan membuka laptop nya.
"Oh ya Fauziah, apa kamu sudah sarapan?"tanya Hartawan, membuat Fauziah terkaget seorang Presdir begitu perhatian kepadanya.
"Hmm iya pak sudah, terima kasih, tadi office girl yg mengantarnya kesini, perusahaan ini yg paling ramah yg pernah saya tau, bapak begitu perhatian terhadap karyawan baru, saya sampai takjub, sekaligus bangga bisa bergabung dg perusahaan ini"oceh sang rahara.
Hartawan tersenyum paksa sedikit kaget dg pernyataan barusan.
"Ini pasti kerjaan Bani, ha anak itu, memang pandai, kasihan calon mantuku yg polos ini, ingin rasanya membawa dia pulang, ha sayang nya Bani ku itu terlanjur berbuat sejauh ini, tapi liat aja Bani papa tidak akan tinggal diam dan membiarkan kamu membodohi gadis ini lagi"batin Hartawan.
Tuan Alvino sedikit merenung sepertinya gadis itu bisa menangkap dari raut pria paruh baya tersebut.
"Maaf pak, apa bapak baik2 aja?"
"Ya saya baik, ok kalau gitu saya ke Farel dulu, permisi"jawab Hartawan seraya tersenyum meninggalkan Fauziah.
Sang new secretaris itu, berdecak kagum pada presdir yg menurutnya sangat ramah dan perhatian terhadap karyawan nya, tidak tau saja kalau Presdir itu sebenarnya calon mertuanya yg selama ini ingin sekali dia temui.
"Nih pa semua nya udah Farel cetak, tinggal papa bawa pulang aja,ok!"ucap Farel kepada Hartawan sembari memberikan cetakan photo2 tsb.
Fauziah tidak menaruh curiga karena memang tak mendengar percakapan mereka, tempat nya berdiri cukup berjarak dari meja Farel itulah sebabnya Fauziah tak mendengar ucapan mereka.
"Huuh Presdir yg baik, ramah lagi, coba punya mertua seperti itu keren bangat si hahaha"batin Ziah, yg terus menatap Presdir itu.
"Ok Farel papa pergi dulu, jagain sekeretaris kamu itu, habis nya dia cantik jangan sampai kamu malah suka sama dia"tuan Alvino berbisik ke pada pangeran kedua mencoba mengingatkan lewat sedikit godaan, karna bisa perang dunia seandainya Farel menyukai Fauziah.
"Ya iyalah orang dia sekretaris pilihan Bani mana ada yg jelek udah pasti cantik, papa tenang aja, aku profesional kok ok!"Farel tidak berani berjanji hanya bisa berkata demikian karna tidak menutup kemungkinan suatu saat kecurigaannya kepada Fauziah memang benar adanya tentang jati diri gadis itu sebenarnya.
Hartawan mengangguk angguk.
"Ok papa pulang dulu, kerja yg rajin ok!"
Farel mengangguk, Hartawan melangkah keluar sekali lagi Fauziah memberikan senyuman manis nya dan Hartawan juga membalas Fauziah dg ramah, hingga Hartawan pun sudah hilang dari pandangan Fauziah.
"Tadi pak Farel, sempat memanggil dia dg sebutan papa, berarti Presdir itu ayahnya pak Farel, berarti dugaan aku selama ini salah mengira Farel adalah Rizzi, ayah Rizzi bukanlah seorang Presdir aku masih ingat ayah nya hanya pemilik toko bukan presdir perusahaan, lagian dulu ayah nya Rizzi gak sekeren ini juga hmmm, berarti Farel memang orang lain yg kebetulan mirip saja ya ya ya"batin Ziah menimbang semua kejadian yg ia saksikan hari ini.
"Hallo Leena segera keruangan saya sekarang"perintah Farel kepada sekretaris lama nya lewat tlp yg ada di mejanya itu.
Tak berselang lama datang lah Leena, Fauziah menyalami Leena, Leena hanya membalas dg senyuman.
Gadis itu memakai dres formal berwarna navi terlihat sexi krna dres formal yg ia kenakan terlalu ngepas di tubuh nya, heels nya yg tinggi menjadi penunjang penampilan sekretaris senior itu.
Fauziah memperhatikan setiap gaya dan langkah Leena yg melenggok lenggok sexi bak super model di red karpet.
"Ya pak, ada yg bisa saya bantu?"
"Ya Leena, mulai hari ini kamu kembali menjadi sekretaris direktur utama, dan sebelum itu, tolong kamu bantu sekretaris baru saya mempelajari hal2 yg harus di lakukan seorang sekretaris disini?"
Leena terperangah senang dg pernyataan manager itu, karna memang sudah lama Leena ingin menjabat kembali sebagai sekretaris direktur apalagi sekarang Bani sudah sah menjadi CEO.
Tujuan nya untuk kembali mendekati CEO baru itu akan bisa di wujudkannya kembali dan lebih leluasa menggodanya walaupun Bani tidak menyukai nya sama sekali tapi Leena orang nya pantang mundur dia akan terus berusaha sampai titik darah penghabisan.
"Fauziah, sekarang kamu bisa ikut dg Leena untuk mempelajari tugas2 kamu disini dan semua yg berkaitan dg AA"ucap sang manager kemudian kepada Fauziah yg kini berada di depannya bersama Leena.
Kedua darah cantik itu melenyap dari hadapan sang manager.
Farel pun menarik nafas kasar menyandarkan tubuh nya di kursi kebanggaannya itu, memutar mutar kursi sambil berpikir.
"Seandainya Fauziah memang Arza? apa yg akan terjadi pada ku nantinya? haa Arza, Arza kapan aku bisa lupa sama kamu?kenapa kamu tiba2 menghilang?"
Farel sepertinya sangat kacau memikirkan semua hal berkaitan dg Arza gadis dari masa lalunya yg sangat mirip dg Fauziah.
Arza juga mempunyai tempat tersendiri di hati Farel entah apa hubungan mereka sebenarnya hanya waktu yg bisa menjawab nya.
Farel lantas mengambil ponsel di saku ny, jemari Farel begitu lincah menekan tombol panggilan di ponsel nya itu.
"Hallo, ibu, apa kabar?"Farel ternyata menelp ibunya, yg berada di kampung.
"Iya nak, ibuk baik2 aja, kenapa kamu?tumben nlp jam segini? bukanya ini masih jam kerja?"jawab ibu nya dari balik tlp itu dg nada yg lembut.
"Gak bu, Farel cuman teringat ibu aja di kampung, Farel mau ambil cuti Bu, Farel kangen sama kampung, Farel pengen pulang bu"
"Loh, kok mendadak gini nak? apa kamu punya masalah?"tanya ibu heran, tak biasanya Farel meminta pulang tanpa alasan, biasanya Farel pekerja keras tanpa lelah.
Jika pun rindu dg sang ibu Farel mengirimkan supir untuk menjemputnya ke kampung, supaya Farel tidak sampai cuti dari kantornya, tapi sekarang apa yg terjadi dg farel?
"Gak ada apa2 buk, Farel sudah lama gak pulang, Farel hanya kangen bu itu aja kok, ibu gak perlu kawatir ya"jawab Farel, menyembunyikan ke gelisahan hatinya.
"Kamu tidak ada masalah kan sama pak Hartawan?"tuduh ibu lagi.
"Tidak bu, aku dan papa baik2 aja, malahan sekarang semua kepemilikan AA sudah beralih ketangan Bani bu, sekarang Farel disini memiliki tanggung jawab lebih besar lagi"
"Lah itu kamu tau tanggung jawab kamu banyak tapi kenapa malah berpikir untuk cuti?"ibu semakin heran.
"Ya sesekali gak pa pa lah bu, nanti Farel benar2 di lupakan sama orang2 disana gara2 jarang pulang"
"ya sudah, terserah kamu, jadi kapan kamu mau pulang kampung nya?"
"Nanti Farel hubungi ibu lagi soal itu ok!"
"Ya baiklah"jawab ibu.
"Ya sudah Farel kerja dulu ya bu, Farel sayang ibu"
"Iya sayang, baik2 disana ya nak"
"Iya bu"Farel kemudian mematikan tlp dan kembali menarik nafas dalam2.
Mencoba melupakan hal2 yg mengacaukan pikiran nya tadi, tapi apakah bisa sedangkan Fauziah kini lalu lalang di depan matanya bahkan sangat dekat dg nya.
Apa sanggup Farel menghadapi Fauziah kedepannya? Farel hanya mengusap wajah nya dg kasar, lalu meraih laptop nya untuk memulai segala tugas dan pekerjaannya meskipun dalam ke adaan fokus yg terganggu.