"Helena...Helena..."teriak Alvino muda, langkah tegas itu sedikit berlarian menuju dapur istana megahnya.
"Oya Nani? kenapa? kok panikan?"Helena menghentikan pekerjaan mencuci piring, mematikan keran lekas menemui sang pangeran.
"Tolong siap kan rantang ya, cepat jangan lama2"perintahnya kemudian.
"Rantang? buat apa?"Helena bingung tidak biasa nya Nani meminta rantang.
"Itu siapin bekal, buat mantu noh dia lagi kelaparan gak ada makanan di rumahnya"
"Ok baiklah!"Helena sudah dapat cerita dari Bani kalau Fauziah memang sedang berada di kota nya dan segera mengambil rantang di lemari tempat penyimpanan, tangan nya begitu lincah mengisi setiap anak rantang2 itu dg beberapa makanan.
"Ngomong2 Nani, kenapa gak ajak menantu Helena ke restoran aja buat makan?"tanya Helena sambil menyusun kembali rantang nya.
"Gak lah Helena ini udah malam, lagian di luar juga sedang hujan, Fauziah juga tidak terlalu suka makanan restoran dia lebih suka makanan rumahan kayak gini"jelas Bani.
"Oh gitu, baik lah"jawab Helena seraya tersenyum mengangguk angguk, lalu mengulurkan rantang yg telah siap diisinya itu.
"Makasih Helena, aku pergi dulu"Bani langsung menghilang dari hadapan Helena tanpa membiarkan Helena menjawabnya, wanita tua itu hanya menggeleng gelengkan kepala.
Mobil satu di antara seribu itu telah keluar dari kandangnya, terlihat hujan begitu deras, hingga jalanan di depan tampak sedikit kurang jelas, tapi Bani tetap mengencangkan laju kendaraan itu, gerbang mansion mewah itu tertutup sendiri saat mobil sang tuan melintasi nya.
Hujan semakin deras saja, banyak genangan2 air di sepanjang jalan yg di lalui pangeran utama itu, sepertinya kalau hujan tak juga reda akan menyebabkan banjir di kota itu.
Jalanan sepi tidak seperti biasanya mungkin juga karna hujan, hanya beberapa kendaraan terlihat lalu lalang, biasanya jalanan begitu padat hingga macet, tapi malam ini Alvino muda bisa melaju dg lancar tanpa kendala kendaraan lain.
"Tok...tok.."suara ketukan pintu.
Ziah yg sedari tadi duduk di sofa tamu langsung bangkit dan membuka pintu rumahnya.
"Kak, wah kok tumben gak rapi? udah berasa pulang ke rumah istri aja ya?"Ziah menyindir Bani, yg biasanya selalu tampil dg style yg rapi dan keren.
"Ya anggap aja begitu, maklum hujan jadi pengen cepat2 pulang, kangen istri di rumah, gak sempat dandan jadi nya,.gak apa lah ya, istri juga tau baik dan buruk nya suami kan?"Bani cengengesan, mata Ziah melotot tajam, lalu menutup pintu kembali.
"Sayang....Jangan ngambek aku hanya bercanda, ayo lah..."Bani teriak2 sambil mengetok ngetok pintu dg keras.
Gadis itu kembali membuka pintu dg mulut yg di manyunkan dan wajah nya terlihat masam.
"Kok sekarang, adek ku ini gampang ngambek ya?"Bani mencoba merayu Ziah kembali.
"Kalau macam2 mending pulang deh, gak suka sama orang yg otak nya mesum"rungut Ziah.
"Gak lah, kakak cuman bercanda, mana berani macam2, janji deh gak gitu lagi ok!"
"Ya, masuklah sekarang mau berdiri di luar aja?"jawab Ziah dg nada malas, Bani bergegas masuk membawa rantang di tangannya.
"Nih sayang, aku bawain rantang buat kamu"Bani menyodorkan rantang itu kehadapan Ziah, Ziah sedikit bingung.
"Tumben kakak bawa rantang? ini kakak dapat dari mana?"cetus Ziah, sembari melirik2 dan memutar mutar rantang yg ada di meja, tempat duduk nya saat ini bersama Bani.
"Kamu buka aja, pasti bakalan suka, aku yakin"jawab Bani dg semangat, Fauziah lantas membuka rantang itu dan langsung sumringah saat melihat semua makanan yg ada di depannya mulut sang gadis pun ternganga.
"Wah..Kak, kamu dapat dari mana? kayak nya enak semua nih? masakan rumahan aku suka banget"Ziah tersenyum senang.
"Ya iyalah, itu Helena yg masak pasti enak"Bani kelepasan bilang Helena, menutup mulut nya dg telapak tangan dan mencoba tetap tenang agar tak dicurigai.
"Helena?"Ziah bingung, dan butuh penjelasan menatap Bani tajam penuh curiga.
"ya...Helena itu mama aku, belakangan mama suka nonton sinetron yg ada tokoh Helenanya, karna menurut aku mama sama cantik nya dg Helena makanya aku memanggil mama Helena, gitu hehe"Bani sedikit gugup, tapi tetap mencoba tersenyum meski di paksakan.
"Owh, jadi ini mama yg buat? harus segera aku makan nih pasti enak, masakan mama mertua hahaha"Ziah kelewat senang hingga percaya dg semua alasan Bani, Bani lega lalu menarik nafas nya dalam2.
"Coba aja sayang, kamu habisin semua ya"ucap Bani kemudian.
"Kakak gak ikut makan?"
"Kamu aja yg makan, kakak udah makan tadi, masih kenyang nih"
"Baiklah, aku makan sendiri aja "Ziah langsung menyantap makanan itu dg lahap tanpa melirik Bani, Bani yg duduk di depannya hanya tersenyum senang melihat kekasihnya makan dg begitu lahap.
"Haa akhir nya kenyang juga hu, enak masakan mama mertua, nanti aku mau belajar lah sama mama bikin semua ini"oceh Ziah setelah mengosongkan semua isi rantang dan merapikan nya kembali.
Bani tersenyum paksa mendengar kata2 Fauziah, ada rasa tidak tega juga membohongi gadis polos itu.
"Ya udah kamu kan udah selesai makan nya, kakak pulang dulu ya?"ucap Bani, sambil berdiri ingin segera pulang.
"Kak tunggu"Ziah menghentikan langkah Bani dg memegang tangannya.
"Iya, sayang apa lagi? ini udah malam, kakak harus pulang, nanti kamu malah bilang kakak otak mesum lagi karna ingin lama2 disini"upat Bani.
"Makasih ya kak, aku senang kakak udah repot2 bawain ini semua buat aku, sampein makasih aku juga buat mama masakannya enak Ziah suka"ucap Ziah senang menatap dg senyuman indah.
Bani yg sedari tadi berdiri, merasa bersalah dalam hatinya karna telah berbohong sejauh ini dg gadis polos nya itu.
Kembali berhamburan memeluk Fauziah erat, rasa bersalah itu membuat batin Bani berkecamuk berusaha tetap tenang dalam pelukan orang terkasih nya.
"Kak...Kenapa? kamu baik2 aja kan?"sang gadis bingung dan kaget, pelukan erat Bani lalu di balas nya sambil mengusap punggung sang kekasih.
"Gak pa pa dek, hanya ingin peluk kamu aja, rasa nya tidak ingin jauh dari kamu, kakak takut kehilangan kamu sayang, jangan pernah tinggalin kakak, kakak gak sanggup jika hidup tanpa kamu"ucap Bani lirih.
Ziah memperat pelukannya, batin Ziah mulai bergejolak kembali seakan peperangan yg tak pernah usai rasanya begitu sesak.
Tidak tau mimpi dari sang cinta pertama Al Wijaya bahkan isi surat nya masih terngiang di telinga meskipun mimpi nya telah usai.
Gadis itu mencoba yakin mimpi itu hanya orang ketiga antara hubungan nya dg Bani, mencoba menggoyahkan cinta nya terhadap Bani.
"Kak, aku gak akan pernah ninggalin kamu, disini aku ada karna kamu, kalau bukan kenapa aku disini? kamu tidak perlu lagi meragukan ataupun berpikir tentang perpisahan kita, karna itu takkan pernah terjadi, aku mencintai kakak sangat mencintai kakak ok!"ucap Ziah lembut, menenangkan hati sang pangeran yg gelisah.
Pria itu menatap ziah dg tajam netranya saling beradu, wajah Bani perlahan mendekati gadis itu, Fauziah terdiam tidak berkata apa2 netranya ikut hanyut menikmati tatapan indah dari sang kekasih.
Jantung kian berdetak dg irama yg kencang nafasnya memburu mengapa wajah sang pangeran?
Wajah pria itu kian dekat hingga gadis ini memasrah apapun yg di lakukan sang kekasih seolah tak bisa di tolak nya kali ini.
Dia menutup mata indah nya itu, nafas yg memburu terasa menghangat kan wajah keduanya.
Sang pangeran mulai menyadari Ziah yg pasrah lalu tersenyum, menatap sang gadis yg menutup mata dan membiarkan dia berbuat apapun tanpa perlawanan.
Sang pangeran lantas sedikit menyentuh bibir lembut gadis itu dg ibu jarinya dan langsung menjarak setelah mengambil sesuatu dari sana.
"Ada sisa makanan di bibir kamu sayang, tuh? gimana sih? udah gede masih aja makannya berantakan begini"oceh Bani, mengejutkan Ziah yg lekas membuka matanya.
Pangeran itu memperlihat kan benda yg di ambil nya tadi dari bibir sang kekasih, gadis itu tersipu, pipi nya yg merona alami semakin merona hingga seperti kepiting rebus.
"Apa Bani menyadari nya tadi ya?"batin sang gadis.
"Ih kakak, kan tinggal bilang aja, kenapa harus bereaksi seperti itu?"rungut nya dg memanyunkan bibir, kesal sekaligus malu.
"Loh reaksi apa sayang?"Bani mengernyitkan kening, pura2 polos padahal sebenarnya Bani menyadari kepasrahan Fauziah terhadapnya.
"Ya kayak tadi itu?"gumam Ziah dg mulut manyun nya.
"Apa kamu mikirin hal lain ya dek? atau jangan2 otak kamu yg mesum?"tuduh Bani membulatkan matanya menatap Ziah tajam.
"Ih apaan sih? sana pulang lagi, aku capek mau istirahat"jawab Ziah sambil mendorong tubuh Bani keluar rumah nya, Bani terus terusan menggoda gadis itu, membuat wajah nya semakin memerah.
"Cepat pulang...."Ziah mendorong Bani keluar rumah nya dg paksa lalu segera menutup pintu.
Sang pangeran cengengesan tidak tersinggung sama sekali dg kelakuan gadis itu.
Bani tau gadis itu berusaha menyembunyikan rasa malunya, Bani segera pergi dari rumah itu dg berlarian kecil ke arah mobil nya.
Hujan di luar juga sudah mulai mereda, di mobil yg melaju dg kecepatan sedang Bani tersenyum2 sendiri kala mengingat kejadian tadi.
Sementara gadis itu terduduk di balik pintu rumah, menonjok nonjok kepala wajahnya masih bersemu merah.
"Aduh Ziah, bodohnya dirimu, bikin malu aja, lagian kenapa bisa jadi aneh gitu? ya Tuhan ampuni Ziah"Ziah bergumam sendiri mengutuk dirinya yg hampir tak terkendali.
"Lagian si kakak ngapain coba? ha...Lama2 kalau gini terus bisa kebablasan juga kita nya, gak itu gak boleh terjadi, ya Allah lindungi kami, lagian kenapa kakak ganteng bangat? ha sulit sekali menolak nya, ha gak tau lah, aku bisa gila kalau gini terus"Ziah berceloteh dan kini sudah berada di ranjang empuknya sambil memeluk guling.
Masih terbayang wajah Bani yg tadi begitu dekat dg nya, dari dekat Bani kelihatan lebih tampan membuat Ziah hilang kendali dan hampir lupa diri.
"Ya Allah, jika dia jodohku pertemukan kami di saat yg indah itu, biarkan hati dan cinta itu tetap suci, namun jika tidak hilangkan dia, hilangkan sepenuhnya dari hati ini, ya Allah aku bingung kenapa masa lalu terus datang apa yg sebenarnya terjadi padaku, ya Allah terangkan lah jalan ku, bantu aku mencari jawaban dari kegundahan hati ini, sungguh keraguan ini membuat ku lemah tak berdaya, berikan aku kekuatan ya Allah, amin"
Ziah merenungi diri di atas sajadahnya masih penuh teka teki dg kehidupan nya apa lagi Al terus hadir dalam mimpinya.
Apa sebenarnya yg akan terjadi? kenapa percintaan gadis ini tidak pernah mulus?
apa yg membuat nya dan Al tidak bisa bersatu dari dulu, kenapa saling menyiksa jika saling cinta.