Chereads / Cinta yang salah / Chapter 12 - Part 12

Chapter 12 - Part 12

Aku sengaja membohongi kak Verra.

Kak Verra menarik tanganku dan langsung menyuruku masuk ke dalam mobil.

Tangisnya benar benar pecah di dalam mobil.

Kak Verra tersedu sambil menatapku.

"Apa itu benar Ran? Jawab sejujurnya Ran."

"Tolong katakan ini ada kebohongan Ran." Pinta kak Verra.

"Tidak kak, aku tak berbohong kak." Ujarku menundukkan kepalaku.

"Katakan sambil menatap mataku, Ran." Pinta kak Verra.

Aku menatap kak Verra.

"Benar kak, aku tak berbohong."

"Aku benar benar di jodohkan orang tuaku." Ujarku menahan tangis.

"Apakah kamu menerima perjodohan itu Ran." Tanya kak Verra.

Aku hanya menganggukkan kepalaku pasrah.

Aku terpaksa melakukan ini demi masa depanmu kak.

Aku yakin kita akan bertemu lagi di masa depan kak.

"Kak Verra, maafkan aku."

"Kita bisa tetap menjadi sahabat kak, aku akan mengujungi kakak jika dapat libur panjang." Hiburku padanya.

"Dengan membawa calon suamimu?" Ujar kak Verra.

Kalimat itu cukup merobek hatiku.

Aku yang memulai semua ini, tapi aku yang merasa terluka.

Aku hanya bisa menangis, tapi kurasa tangisku ini tak ada arti bagi kak Verra.

Karena yang dia tau, aku telah menghianatinya.

"Bolehkah kakak memelukmu, calon istri orang." Tanya kak Verra.

"Kak." Ujarku.

"Jangan mengatakan itu kak, aku mohon kak." Ujarku lalu menarik tubuh kak Verra dan memeluknya dengan erat.

"Aku mencintaimu calon istri orang lain." Ujar kak Verra sambil mengelus kepala ku.

"Kak aku mencintaimu kak, percyalah kak." Ujarku.

"Iya Rania, kakak percaya." Ujarnya melerai peluka ku.

Kak Verra menghidupkan mobilnya dan mulai mengijak pedal gas.

Aku tak tau akan di bawa kemana oleh kak Verra.

Tapi aku yakin kak Verra tak akan pernah melukaiku.

Kak Verra sangan menyayangiku, jadi tak mungkin dia berbuat hal jahat padaku.

Tebakkan ku pun benar, kami berhenti di depan asrama.

Kak Verra tak akan menyakitiku ataupun mau melukaiku.

"Bisa kau turun sekarang Ran?" tanya kak Verra.

"Baiklah kak." ujarku.

Setelah aku turun dari mobil kak Verra ku pikir dia akan memarkirkan mobilnya di tempat biasa.

Ternyata tidak dia memutar arah mobilnya dengan cepat dan pergi begitu saja.

Mau kemana kak Verra malam malam seperti ini.

Dia tak pernah pergi selarut ini.

Aku berusaha menelpon kak Verra.

Tapi itu sia sia kak Verra tak pernah mengangkat panggilanku.

Ku chatting melalui Whatsapp pun tak di baca, akhirnya aku SMS kak Verra.

Menanyakan kemana dia pergi.

Tetap tak ada respon darinya.

Kini aku benar benar khawatir dengan kak Verra.

Bagaimana kalau dia melakukan hal bodoh dan berakibat fatal.

'Ya tuhan, kemana kak Verra.' tanyaku dalan hati.

'aku benar benar bodoh, kenapa harus berbohong hal seperti itu.' omelku pada diri sendiri.

Jam telah menunjukkan pukul 2 dini hari.

Tapi kak Verra tetap tak terlihat, pikiranku makin kacau memikirkan kemana perginya kak Verra saat ini.

Aku tetap menunggunya di depan pintu kamarku.

Dengan harapan bisa melihatnya pulang sekarang.

Tapi hasilnya nihil, hari semakin lama semakin menuju pagi.

Lalu kemana perginya wanita ku itu.

Kini jam menunjukkan pukul 3 dan aku benar benar ngantuk.

Aku tak dapat melawan kantukku, dan akhirnya aku tertidur.

Ya aku tidur di kamarku tapi posisiku menghadap luar dan pintu kamarku tak ku tutup.

Jadi kalau kak Verra melihatku mungkin dia akan membangunkanku.

Tak terasa ini sudah siang.

Aku mengucek ucek mataku yang baru terbangun dari tidur.

Sontak aku teringat kembali akan kak Verra.

Aku berlari menuju kamar kak Verra dan melihat kamar itu terkunci.

"Kamu Rania?" Tanya perempuan itu.

"I..iya aku Rania. Kakak siapa?" Tanyaku

"Oh iya aku sahabat Verra. Aku tinggal di seblah kamar Verra." Jelasnya.

"Ohhh..  oke kak ,btw tau gak kemana kak Verr." Tanyaku.

"Aku kesini pun di suruh Verra kesini untuk memberika mu surat ini." ujar perempuan itu sembari memberikan surat tersebut.