Chereads / Cinta yang salah / Chapter 14 - Part 14

Chapter 14 - Part 14

"Maaf aku gak sengaja." suara itu membuatku mengalihkan pengelihatanku ke arahnya.

"Gak apa apa kok, aku baik baik saja." ujarku sambil beranjak dan berjalan meninggalkannya.

"Hey siapa namamu, namaku Nur aku kelas 11 pertanian."

"Oh iya, namaku Rania." Jawabku singkat.

"Salam kenal Rania. Nanti kamu akan mengambil jurusan apa?" Tanya basa basinya.

"Mungkin tata busana." Ujarku.

"Ohh sangat bagus, kamu pandai mendesain ya?" Tanya nya lagi.

"Tidak terlalu, aku pamit dulu ya mau ke mading." Pamitku.

"Ayo ku temani." Ujarnya sambil mnuntunku menuju mading.

Sesampainya di mading aku mencari namaku di ratusan nama siswa dan siswi yang tertera di mading.

Butuh waktu beberapa menit ku mencarinya.

Akhirnya ku temukan namaku.

Namaku tertera di kelas X.C tak ada satupun nama yang ku kenal di kelas itu.

Nampaknya aku harus mencari teman dari nol.

"Udah ketemu namamu?" Tanya kak Nur.

"Heehehe iya kak." Jawabku.

"Kelas sepuluh apa?"

"Sepuluh C kak."

"Oke kebetulan kakak yang akan membimbing kalian. Bukan hanya kakak ada 3 teman kakak lagi." Jelasnya.

"Ohh,, di mana kelas 10 C kak?" Tanyaku.

"Ayo ikuti aku." Ajaknya.

Aku mengikuti kak Nur, kami berdua saling diam.

Sesampainya di kelas.

"Terima kasih kak." Ucapku tulus.

"Sama sama." Jawabnya.

Aku berlalu dan memilih bangku paling belakang dan sendirian.

Karena aku belum mendapat teman.

Hari pertama MOS pun berakhir.

"Rania." Sapa seseorang di belakangku.

Aku menoleh ke arah sumber suara itu dan ku lihat kak Nur.

"Kamu ini, kakak panggil kenapa gak jawab sih dek." Tanya kak Nur.

"Hehehe iya kak maaf, aku kira manggil orang lain." Jawabku.

"Apa disini ada orang lain bernama Rania?" Tanya kak Nur.

Aku tak menjawabnya, aku hanya menaikkan bahuku dan sedikit memggeleng.

Senyum kak Nur merekah, senyumnya mengingatkan ku pada sosok kak Verra.

Seketika ku palingkan wajahku ke arah pepohonan di taman sekolah.

Aku mengingat sosok itu lagi, aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk melupakan kak Verra tapi hasilnya nihil.

Aku tetap saja mengingat sosok itu.

Tanpa ku sadari air mata mulai mengalir dengan sendirinya.

Aku benar-benar merindukannya, kenapa dia harus menghilang seperti ini kenapa tidak bisa menjadi sahabat.

"Dek, kamu memangis? Kenapa? Kakak berbuat salah ya sampai membuatmu menangis?" Pertanyaan beruntun itu di lontarkan kak Nur padaku.

Wajahnya nampak cemas dan juga nampak merasa bersalah.

"Ehh, maaf kak aku gak apa apa kok." Jelasku padanya.

"Kakak melakukan sesuatu yang salah ya dek?" Tanya kak Nur memastikannya lagi.

"Enggak kak." Jawabku sambil tersenyum menghapus bulir bening yang mengalir di pipiku.

Ku lirik kak Nur, wajahnya nampak bingung melihatku yang seperti ini dengan tiba-tiba.

Aku pun tak tau kenapa tiba-tiba bisa mengingatnya.

Senyum kak Nur benar-benar mengingatkanku pada kak Verra.

"Dek ayo pulang, jangan nangis disini nanti kakak di marahin guru, dikira kakak bully kamu." Ajak kak Nur dengan wajah cemas dan menoleh kanan kiri memastikan tak ada guru yang melihatku menangis.

"Ayo kak." Ujarku dan menarik tangan kak Nur.

Kami berjalan dan kini sudah di parkiran sekolah.

Tiba-tiba langkahku terhenti dan baru sadar kalau aku menarik tangan kak Nur.

"Mau kakak antar atau bagaimana?" Tanya kak Nur padaku.

"Tak perlu kak, aku pulang sendiri saja." Ujarku dan melepas tangan kak nur.