"Kenapa gak pesan sendiri?"
"Yaudah sih. " ujar kak Nur beranjak dari tempat duduknya.
"Orang minta tolong pun gak mau." Rutuknya.
Aku hanya tersenyum melihat kelakuan kak Nur yang nampak kesal padaku.
"Eh, Ran. Kayaknya ada yang aneh deh sama kak Nur." Ujar Velin membuat senyumku seketika hilang entah kemana perginya.
"Maksudnya?"
"Inget gak kataku tentang kak Nur waktu itu?" Tanya Velin.
"Oh.. yang katamu kak Nur orangnya jutek, cuek dan senior killer itu ya?"
"Nah... Iya, kok kalo dengan mu kak Nur nampak seperti kucing kepada tuannya." Ujar Velin membuatku mulai berpikir tentang apa yang Velin katakan.
Tiba-tiba...
"Heh!! Kalian ngomongin apa!?" Ujar kak Nur mengagetkan kami berdua.
"Eh kak, gak ada kok. Iyakan, Ran?" Ujar Velin
Aku tak menjawab, aku hanya menebar senyum ke arah kak Nur.
"Duduk kak... Jangan kayak orang mau nagih hutang." Ujarku.
"Kebiasaan ya." Ujarnya sambil meletakkan dua mangkok bakso dan mulai mengambil posisi di sampingku.
"Kamu...Siapa namamu!?" Ujar kak Nur menunjuk Velin.
"Aku kak?" Tanya Velin.
"Iya kamu... Siapa lagi kalo bukan kamu."
"Velin kak." Ujar velin.
"Kamu mau berteman sama si gesrek ini atau hanya ingin memata-mataiku." Ujarnya sinis.
"Aku benar-benar mau berteman kok..." Belum sempat Velin menyelesaikan perkataannya, aku langsung memotongnya.
"Apa-apan sih kak!?" Ujarku.
"Bukan rahasia lagi dek, aku senior ter-dingin di antara teman-temanku. Jadi kalau aku tiba-tiba menjadi hangat ke junior pasti akan jadi gosip besar. Apa lagi cewek." Ujarnya sambil menatap sinis ke arah Velin.
"Jangan berburuk sangka kak, aku mohon." Ujar Velin memelas.
"Cukup kak. Aku gak ngerti kakak ngomong apa." Ujarku.
"Velin." Ujar kak Nur.
"Iya kak." Jawab Velin.
"Bisa tinggalkan kami, ada hal yang harus aku katakan pada si gesrek."
"Oh iya kak... Ran aku duluan ya." Pamit Velin.
"Gak... Kamu diem disana Vel." Ujarku.
"Aku lupa kalo ada janji sama seseorang, lagi pula aku kebelet mau buang air kecil, Ran." Ujat Velin.
"Oke... Tapi balik kesini lagi ya."
"Iya..." Ujar Velin yang mulai beranjak dari kursi dan melambai kepadaku.
Kini aku hanya berdua dengan kak Nur.
Aku masih berpositif thingking dengan kak Nur, karna kak Nur tak nampak seperti ku ataupun kak Verra.
"Jadi, apa yang mau kakak bicarakan?" Tanyaku.
"Masalah rumor yang beredar tentangku "
"Apa!? Aku gak tau apa yang kini bersembus di antara murid sekolah ini." Ujarku.
"Tentang aku yang sangat dingin pada semua orang dan sifatku yang menyimpang."
"Menyimpang?" Tanyaku.
*Teeetttt....teetttt....* Bell pertanda masuk pun berbunyi.
"Nanti kita lanjut lagi, kita harus segera ke kelas." Ujar kak Nur beranjak dari posisinya.
"Menyimpang kak?" Ujarku sambil meraih pergelangan tangannya.
"Nanti kita bicarakan lagi, Dek."
"Tapi kak..." Ujarku.
"Gak ada tapi, pokoknya harus."
"Baiklah." Ujarku ikut beranjak dan mulai melangkahkan kaki ku menuju kelas ber-iringan dengan kak Nur di depanku.
"Kak..." Panggilku.
"Iya." Ujarnya tanpa melihat ke arahku.
"Apa kakak kenal dengan Verra?" Ujarku.
"Verra? Di dunia ini begitu banyak yang memakai nama Verra." Ujarnya tak bergeming.
"Verra anak seorang kepala sekolah menengah pertama swasta di sini kak." Ujarku.
Tanpa menjawab kak Nur tiba-tiba berbalik ke arahku dan diam sejena, lalu kembali melanjutkan langkahnya.