•Jangan sebuat nama Verra di depan Nur, kamu bisa langsung menjadi musuhnya.•
Begitulah isi pesan WhatsApp-nya.
"Dari siapa ya?" ujarku.
Aku tak begitu menghiraukan Chat WhatsApp ini, karna ku pikir ini hanya chat Iseng.
Ku lanjutkan langkah kaki ku menuju kost an ku.
"Haa... Lelah sekali." Keluhku.
"Jadi sepi begini ya, kalau gak ada kak Nur." Ujarku.
*Dering ponselku pertanda panggilan masuk*
Kulihat siapa yang menelepon, tapi gak ada namanya.
"Hallo, ini siapa?" Tanya ku.
"Kamu apa kabar?"
"Ini siapa?" Tanya ku lagi.
"Aku bukan siapa-siapa, aku hanya merindukan suaramu. Bagaimana proses tunanganmu?"
Pertanyaan itu Benar-benar membuatku terkejut, ini pasti panggilan dari wanitaku.
"Kak.. ini kakak kan?" Ujarku dengan suara menahan tangis.
"Iya, ini aku. Aku merindukanmu wanitaku."
"Kakak dimana? Kenapa kakak menghilang begitu saja?" Tanyaku, dengan butir air mata yang mengalir.
Aku ter-duduk lemas, orang yang selama ini aku cari kembali.
Kembali menghubungiku, semua ini bagai mimpi bagiku.
"Aku ada di kota yang sama denganmu."
"Hah!? Dimana kak, kenapa kakak gak menemuiku?" Ujarku.
"Nanti, nunggu saat yang pas. Hatiku masih hancur kalau mengingatmu."
"Maaf kak, aku gak bermaksud." Air mataku semakin deras mengalir.
"Gak apa-apa, aku sadar kalau aku gak pantas untukmu."
"Jangan berkata seperti itu kak, kakak segalanya bagiku." Ujarku.
"Nanti kita ketemuan ya, mungkin seminggu kemudian kita bisa ketemu. Kakak mau kasih kamu kejutan."
"Baiklah kak, Rania tunggu ya." Ujarku dengan senang hati.
"Kakak tutup ya."
"Iya kak."
*Tuuutt...tuuutt...* Panggilan pun berakhir.
Ya tuhan demi apa, dia yang selama ini ku cari muncul kembali dia yang ku rindukan datang kembali.
Aku harap semua ini bukan mimpi, aku tak ingin semua ini hanya khayalanku.
Jika ini mimpi, aku harap aku tak terjaga dari tidurku.
Agar aku bisa bersama dengannya lagi.
Dengan berjalan gontai aku menyusuri jalan.
Di tengah perjalanan aku berpapasan dengan kak Nur, ku lihat kak Nur lalu ku lempar senyumanku padanya.
Tapi, jangan kan membalas senyumku melirik pun tidak.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengannya, kenapa dia menjauh dariku.
Kenapa sesakit ini dentan ketidak perdulian kak Nur padaku, padahal selama ini dia banyak menorehkan cerita indah di kehidupanku.
"Kak..." Panggilku.
Tapi tetap, tak ada respon kak Nur, dia terus berjalan tanpa sedikit pun memperhatikanku.
Apa aku harus mendapatkan perlakuan seperti ini terus dan terus.
****
Sesampainya di Kostan.
*Krekk* bu buka kunci pintu kamarku.
Ku lepas sepatu dan ku letakan tasku di atas meja belajar.
"Lelahnya..." Ujarku sambil melempar bokongku di kasur ternyaman ini.
Ku lihat langit-langit kamarku, membuatku teringat apa yang kini terjadi antara aku dan kak Nur.
"Kenapa aku terus memikirkannnya, padahal kak Verra sudah kembali. Tapi tantang kak Verra dengan mudahnya tersingkir karena perubahan yang kak Nur tunjukkan padaku." omelku sendiri.
Segera aku ku ambil ponselku dan mengetik nama "kak Nur" di pencarian kontak.
Lalu ku telpon dia.
Tapi, sudah 3 kali ku telpon hasilnya tetap sama.
Panggilanku selalu di tolak, akhirnya aku memutuskan untuk mengirim chat via Whatsapp kepada kak Nur.
•Kak... Kenapa sih kakak sekarang menghindariku? Apa salahku, seharusnya jika aku salah beri tau padaku agar aku bisa memperbaiki kesalahanku bukan malah menghindar begini.•
Chat pun ku kirim lalu ku kihat centang-nya sudah berubah menjadi warna biru berarti sudah di baca oleh kak Nur.
Ku letakkan ponselku di samping ku.
Dan ku rebahkan tubuhku, hari ini benar-benar rumit.
*Tringgg...* notifikasi pesan whatsapp.
•Kamu gak salah, kakak yang minta maaf. Karna ego kakak yang besar membuat kakak melukaimu.•
•Malam ini kakak ke kost mu ya... Ada yang ingin kakak ceritaka.•
•Baik kak, kesini saja.• balasku.