Clara tidak habis pikir apa sebenarnya yang dia lakukan sehingga membuat Andre bersikap berbeda kepadanya.
Rekaman kejadian tadi seolah masi berputar dan cukup mengganggu pikirannya. Clara memikirkan itu sambil makan cemilan yang disediakan Kuin.
Kuin keluar dari kamar mandi, menyalakan musik, dan mengambil Hp. Lalu memandang kearah Clara.
"Hoi! Kamu ngapain bengong Clar?"
"Oh ngga kok."
"Huh.. Clara.. kamu lupa aku siapa? Cerita kek.. tentang Andre kan?"
Clara melihat Kuin dengan seksama. Dia merasa percuma menutupi masalahnya dari Kuin. Mereka sudah bersahabat begitu lama tidak mungkin Kuin tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya.
"Huh.. Iya kamu bener Kuin, aku lupa siapa kamu. Percuma juga aku nutupin ini dari nenek Baba."
*Nenek Baba adalah nenek peramal yang ada di serial kartun dragonball, salah satu serial kartun favorit anak tahun 90an.
"Heyyy! Enak aja.. muka cantik macem Dian sastro gini disamain sama nenek Baba." Kata Kuin tidak terima, yang disambut tawa oleh Clara.
Melihat Clara yang tertawa akhirnya Kuin malah terbawa, dan akhirnya mereka berdua malah tertawa bersama.
Puas tertawa, Clara menceritakan semua kejadian yang terjadi antara dia dan Andre. Setelah cukup lama, akhirnya diapun menyelesaikan ceritanya, ditanggapi anggukan-anggukan ringan oleh Kuin.
"Heh, apa ngangguk-ngangguk?"
"Hehe.. ga ada biar mirip detektif aja."
Clara kehabisan kata mendengar jawaban konyol sahabatnya ini.
"Hehe.. bercanda Clar, biar ga terlalu serius. Tapi cukup aneh ga sih kasusnya?"
Clara menjadi geli sendiri mendengar kuin mengatakan kata kasus.
"Kamu sembunyiin dimana komik Conan edisi terbaru?"
Begitulah, mereka berdua adalah penggemar Sinichi Kudo, karakter detektif cerdas dalam serial detektif Conan.
"Hehe.. Ketauan ya, itu ada dalem lemari."
Clara memutar matanya kesal. Bisa-bisanya dia menyombong disaat dirinya sedang curhat.
*Di tahun 2000an koleksi komik adalan kebanggaan tersendiri
Kuin mencoba untuk membedah urutan-urutan kejadian yang terjadi.
"Maaf-maaf, hehe.. ya tapi emang aneh si, kamu kan bilang dia tiba-tiba jadi gitu setelah pulang sekolah, awal masuk semester dua, senin kemarin kan?"
"Padahal hari itu mestinya ga ada yang spesial, dan bukannya hari itu justru pertama kali dia nunjukin senyumnya?"
"Kejadian hari itu ga ada yang spesi... Eh, kecuali fakta si Nando suka sama kamu dan nyatain perasa.. an.. nya? Loh jangan-jangan?"
Mendengar analisa Kuin, Clara mengingat kejadian demi kejadian hari senin kemarin. Terbayang kejadian pagi itu saat Andre, dengan enggan bercerita bahwa dirinya dan Nando dulu satu SMP.
"Oh bener-bener, dia sempet ngasi respon kurang nyaman si, kemarin waktu cerita tentang Nando yang dulu satu SMP sama dia."
"Ah.. berarti bisa jadi itu alasan dia berubah ke aku. Karena dia ga suka Nando gabung sama kita" jawab Clara polos.
Kuin yang mendengar jawaban polos Clara ini hanya geleng-geleng kepala.
"Kamu ternyata punya kelemahan juga ya."
"Kalo karena masalah itu, seharusnya sikap dia ke aku sama Ay berubah juga dong, tapi nyatanyakan nggak, gak berubah sama sekali malah."
"Eh iya, hmmmm.. terus? Ah ini masi sebuah misteri yang belum terpecahkan berarti.."
Clara meletakan tangannya didagu bak detektif yang sedang berpikir.
TAK! kepalanya dijitak oleh Kuin.
"Ih... Kamu tu kalo polos jangan kebangetan dong!" Cecar Kuin kesal.
"Ih sakit tau. Malah jitak-jitak. Kan bener ini misteri."
Clara menjawab Kuin dengan polosnya, dibalas dengan gelengan kesal oleh Kuin.
"Clara Clarisa Limanto yang terhormat, tolong deh spek otak kamu jangan di downgrade dong pas ngadepin soal kaya gini."
"Jelas banget kan kalo si Andre itu cemburu. Apa lagi?" Jawab Kuin kesal akhirnya.
"Hah." Clara masih tidak mengerti.
TAK! Kepalanya dijitak sekali lagi oleh Kuin.
"Awww.. ih apaan si Kuin benjol ni ntar kepala aku"
Clara yang kepalanya sudah dua kali jadi korban jitakan sahabatnya itu protes. Kuin yang sudah sangat kesal dengan kepolosan sahabatnya ini, akhirnya memutuskan untuk mengambil camilan.
"Tauk pikir sendiri.. aku mau ambil camilan lagi."
Kuin langsung keluar kamar, pergi turun untuk mengambil camilan. Clara yang ditinggal sendiri oleh Kuin, mulai memikirkan kata-kata Kuin tadi.
"Hmmm, jadi Andre suka sama aku makanya dia cemburu waktu aku bareng sama Nando.. eh"
Wajah Clara memerah. Akhirnya dia paham maksud dari penjelasan Kuin.
Clara mulai memikirkan kemungkinan yang dikatakan Kuin tadi. Begitu dia memasukan usulan Kuin tetang Andre menyukainya semua jadi masuk akal.
Tapi kenapa dia mendekati Ana sekarang, batin Clara.
Trrtttt.... Hp clara bergetar tanda ada pesan masuk. Ternyata itu pesan dari Nando.
Clar, nanti kadoku jangan lupa ya
Clara terkejut membacanya. Terlalu fokus memikirkan kelakuan Andre membuatnya lupa dengan ulang tahun Nando.
"Eh??? Eeehhh."
Mengingat hal itu Clara berusaha melupakan masalah Andre.
"Ah biarin aja deh Andre mau apa, toh dia juga sekarang ndeketin si Ana."
"Lagian kalo emang suka tapi ga pernah usaha."
"Huh.. begitu ada orang lain deketin aku, ngambek." Putusnya kesal.
***
Clara memikirkan hadiah yang tepat untuk diberikan pada Nando. Lama dia berpikir tiba-tiba Clara mendengar suara memanggil dari bawah.
"Clara.. ayo makan dulu nak."
Ahhh, suara tante.. hihi waktunya makan, batin Clara bahagia.
"Ok tante.. Clara turun!"
Clara menjawab dengan keras dan penuh semangat.
Clara sudah dianggap seperti anak sendiri di keluarga ini. Tidak heran dia menjawab dan melakukan hal-hal macam ini dengan santaj.
Mulai SD dulu rumah Kuin adalah rumah keduanya. Clara dan Kuin sudah seperti saudara kandung. Om dan tantepun tidak pernah membedakan Clara dan Kuin dalam hal apapun. Begitupun perlakuan papa dan mama pada Kuin.
Clara keluar kamar dan berlari turun ke ruang makan bawah. Disana tante dan Kuin sudah menunggu Clara di meja makan.
Clara duduk dihadapan tante dan melihat makanan yang ada diatas meja. Terkejut dengan hidangannya Clara berkata seolah terharu.
"Huaahhh... Tante ini kan semua makanan kesukaan Clara.".
"Haha, sengaja tante masakin ini."
"Kamu udah lama ga kesini sih. Kuin juga sering makan diluar sama si Robert, jadi tante ditinggal makan sendiri deh." Sambung Tante.
Clara yang merasa mendapat monen yang pas mulai menjahili Kuin.
"Ih dasar Kuin ini. Padahal makanan enak gini."
"Mestinyakan Robertnya diajak makan disini. Kan kasian tante. Kan tante kan?" Sambungnya.
Clara menjawab dengan ekspresi jail dan merajuk, yang dijawab oleh anggukan tante.
Melihat tingkah Clara, Kuin merasa tidak dapat tinggal diam. Dia memikirkan cara yang paling tepat untuk membalas Clara.
Sialan kamu Clar! Liat aja habis gini kamu, Batin Kuin kesal.
Agak lama berpikir, akhirnya Kuin menemukan cara untuk membalas Clara.
Clara merasakan aura negatif dari tempat disebelahnya. Clara menoleh memastikan. Dan benar saja, seringai jahat sudah menempel di paras Ayu Kuin.
Sebelum rencana Kuin mulai, Clara tergesa mencoba mengalihkan topik secepat mungkin.
"Tante! Clara laper yuk makan yuk!" alih Clara cepat.
"Oh, iya ayo."
"Clara, kapan-kapan meskipun ga ada Kuin, kamu mampir ya. Temenin tante. Nanti pasti tante bikinin makanan kesukaan kamu." Tambah Tante lagi.
"Siap tante" jawab Clara cepat.
Kuin cemberut, rencananya untuk balas menjahili Clara gagal total. Menyerah untuk membalas, Kuin memilih diam.
Mereka bertiga mulai makan sambil disertai obrolan ringan. Tidak terasa 15 menit telah berlalu. Clara berhasil menghabiskan semua makanan dimeja makan.
*Benar-benar sapu bersih.
Tante dan Kuin hanya bisa tertawa melihat napsu makan monster yang dimiliki gadis cantik ini.
"Clar, perutmu isinya lambung semua ya? Makan segitu banyak ga pernah tambah gendut" tanya Kuin kesal.
Bagaimana tidak kesal, yang terjadi pada Kuin adalah sebaliknya. Pasalnya jika Kuin mencoba makan lebih banyak sedikit saja, itu benar - benar cukup mempengaruhi berat badannya.
*Mungkin diperutnya ada cacing besar alaskanya spongebob😂*
"Ya akukan tiap sore olahraga Kuin, kayanya semua makanannya jadi terkuras deh. hehe.."
"Apalagi kamu tau papa sama mama aku kan. hihi..." Tambah Clara santai.
Tante yang mendengar inipun ikut tertawa bersama Kuin. Mereka ingat bagaimana kedua orang tua Clara dan sepakat memang Clara ini 100% cetakan dari keduanya.
"Ok ma, Kuin sama Clara balik keatas dulu ya."
"Tante Clara naik dulu."
"Iya, kalo mau buah ambil aja di kulkas ya. Tadi dapet oleh-oleh apel batu dari sodara." tawar tante.
"Siap, makasih tante" jawab Clara yang langsung lari menuju kulkas.
Tante hanya bisa tertawa melihat kelakuan Clara. Sedangkan Kuin hanya bisa terbengong melihat kelakuan sahabatnya ini.
Itu perut bener-bener isi lambung semua kayanya, jelas-jelas baru selesai bersihin makanan di meja, batin Kuin.
Merasa membawa cukup buah apel, Clara mengikuti Kuin kembali ke kamar.
***
Sesampainya dikamar, Kuin bertanya apakah Clara sudah paham.
"Jadi gimana kamu uda paham maksudku?"
"Heem, tapi biarin dah, dia aja ga ada usaha, tiba-tiba ngambek."
"Mending aku mikirin Nando." Tambah Clara cuek sambil memakan buah apelnya.
Tiba-tiba Clara mengingat sesuatu.
"Eh iya kado!"
"Hah?"
"Kuinnnn sahabatku yang paling cantik.. aku lupa belum beli kado. Gimana dong Kuin?"
"Urusan kamu dong. Aku sama Ay si uda siapin."
"La terus aku gimana donk, anterin aku nyari yuk."
"Liat jam tu Clar, sekarang udah setengah empat, kita masi belum mandi juga. Yang ada mereka dateng, kita masi belum siap. Kasian juga kalo mereka disuruh nunggu"
"Ya udahla kamu bilang aja ga sempat cari kado, kadang jujur itu pilihan terbaik." Tambah Kuin menutup.
Clara yang mendengar nasihat Kuin hanya bisa mengangguk lemah. Lalu memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan kepada Nando.
***
Akhirnya jam di dinding menunjukan pukul 4:45. Terdengar suara gerbang depan dibuka dan suara mobil Robert masuk.
Clara dan Kuin sudah selesai bersiap - siap. Mereka turun kebawah menemui Robert yang sudah menunggu diteras depan.
"Hai ay, Clar. Tepat waktu kaya biasa ya."
"Yah kamu kaya ga tau Kuin aja bert. Berani aja kita buang waktu."
"Hehe, bisa ngambek seminggu ya Clar."
"Ya gitu deh."
Kuin yang melihat pacar dan sahabatnya ini membicarakan dirinya seolah menghargai waktu itu buruk, tidak terima.
"Hih, apa salahnya si menghargai waktu! Kalian nyebelin."
"Ih, gak ay, bagus malah. Aku jadi ga perlu nunggu lama kalo mau jalan sama kamu. Hehe.."
"Jangan ngambek dong, nti mampir ke isbon yuk cari boneka." Tambah Robert menenangkan.
Yah, Kuin memang paling lemah sama boneka, apalagi boneka dari Robert. Bagi Kuin setiap hadiah dari Robert benar-benar spesial. Setiap Robert memberi Kuin hadiah, itu diperoleh dari hasil usahanya sendiri.
Meskipun Robert berasal dari keluarga berada, semua hadiah yang dibelikan untuk Kuin berasal dari tabungannya sendiri. Hasil jual kaos custom lewat media online.
"Ih.. bener ay?"
"Bener, kan aku udah janji, kalo kontrak kaos dari pasuruan dapet aku beliin kamu boneka beruang yang kemarin."
"Ah makasih ay. Clarrr boneka baru."
Melihat kebahagiaan wajah bahagia sahabatnya, Clara tidak bisa tidak suka melihatnya. Ngomong ngomong siapa sih yang tahan melihat wajah imut sahabatnya itu?
"Ada yang seneng nih."
Suara Nando terdengar dari luar.
"Eh dah dateng do, masuk aja! Gerbangnya ga dikunci kok."
"Tuhkan ay, ini rumah udah kaya punya dia sendiri."
"Hehe..." Jawab Clara lagi menanggapi candaan Kuin.
Mendengarkan sepasang sahabat ini bercanda, mereka berdua benar-benar hanya bisa tertawa dan tidak bisa berkata-kata.
Puas tertawa, Nando masuk dan memarkir Ninjanya di sebelah mobil Robert.
"Ya ampun Ninja ui" goda Kuin.
Ditahun itu motor Ninja sudah jadi semacam kendaraan eksklusif yang disukai para remaja berduit.
"Hehe.."
"Tapi do kok kamu ada motor ga pernah dibawa kesekolah? Aku liat kamu selalu jalan." Clara bertanya.
"Ya ngapain, orang kosku cuma dibelakang sekolah, jalan aja juga sampe."
"Tuh dengerin Kuin, kamu juga mestinya jalan ke sekolah, sekalian olahraga."
"Tuh bareng anak-anak kos depan." Tambah Clara.
"Ya gimana dong. Akukan gadis lemah, ya ga ay." Kuin merajuk manja pada Robert.
"Bilang aja males!" jawab Clara kesal.
"Hehe.."
Sore itu mereka habiskan untuk mengobrol ringan sambil mengumpulkan mood untuk berangkat.
***
Tepat pukul setengah 6, setelah asik mengobrol dan memutuskan akan pergi ke MATOS(Malang Town Square), mereka bersiap berangkat.
Robert menyetir, Nando duduk di kursi penumpang depan, sedangkan Clara dan Kuin duduk dibelakang. Mobil menyala dan keluar dari rumah Kuin.
Diperjalanan Clara jadi tau jika Nando juga suka berbisnis. Nando dan Robert mengobrol tentang bisnis mereka masing-masing di sepanjang jalan. Sedangkan para gadis hanya terdiam mendengarkan, tidak mengerti apa yang dibicarakan dua bos muda itu.
Akhirnya setelah 10menit perjalanan mereka sampai ditujuan. Malang dulu kota yang tidak terlalu ramai kendaraan. Jadi jarak dari rumah Kuin ke Matos bisa ditempuh dalam waktu singkat.
Setelah memarkir mobilnya mereka turun. Mereka berjalan masuk ke Matos sambil mengobrol. Dimulai dari Nando yang menanyakan tujuan awal mereka.
"Mau kemana dulu nih?"
"Makan!" Jawab Clara semangat.
Menanggapi ini Kuin dan Robert menggelengkan kepala mereka. Kuin yang kesal dengan perut Clara menegurnya, dijawab dengan tawa polos dari sahabatnya itu.
"Ya ampun Clar, masih jam berapa ini. Ini aja belum ada 3 jam dari apel terahir yang kamu makan tadi."
"Hehe.."
Robert dan Nando yang mendengar perselisihan kecil kedua sahabat itupun tertawa geli.
"Gimana kalo kita main di timezone dulu? Terus sekalian liat jadwal film, sapa tau ada film bagus." usul Nando.
"Setuju" Clara menjawab dengan semangat 45nya.
Mereka naik ke lantai 3 untuk main di timezone. Sesampainya diatas, ternyata timezone sedang ramai. Yah bagaimana tidak, sekarang sedang weekend.
Setelag membeli kartu permainan dan mengisinya, mereka berkeliling untuk melihat permainan-permainan disana.
"Do, mau adu main basket ga?"
"Yuk lah bert."
Clara dan Kuin yang melihat inipun menjadi semangat.
"Taruhan yuk Kuin."
"Boleh."
"Kalo Nando menang ntar malem kamu tidur dibawah ya."
"Sebaliknya kalo ay yang menang kamu yang tidur dibawah" balas Kuin.
Saking semangatnya Kuin mengancam Robert.
"Okay! Ay kalo kamu sampe kalah, aku ga mau jalan sama kamu dua minggu."
"Errrrr..."
Robert kehabisan kata mendengar ancaman kekasihnya ini. Yang ada dipikirannya kini hanya satu.
Tidak boleh kalah!
"Do kalo kamu kalah, kamu harus traktir aku makan selama dua mingu!" Clara ikut-ikutan mengancam Nando.
"Hahaha..."
Mendengar ancaman Clara, Nando, Kuin, dan Robert tertawa bersama.
"Eh aku serius..."
"Iya iya.. tenang aja."
Nando menjawabnya sambil mencoba berhenti tertawa melihat kepolosan pujaan hatinya itu.
"Kepala itu isinya ga ada yang lain selain makan ya Clar." Sindir Robert.
"Ih biarin. Wkk" Clara membela diri sambil menjulurkan lidah.
Akhirnya pertandingan pun dimulai.
Clara dan Kuin tidak menyangka jika mereka berdua benar-benar jago. Ini sudah ronde keempat dan hasilnya masih seri. Bahkan mereka berdua menembus highscore di timezone MATOS.
Pertandingan berakhir di ronde ke enam dan dimenangkan oleh Robert. Robert berteriak senang penuh kemenangab.
"Yes!"
"Yeyy!" Tambah Kuin.
Clara yang harus tidur dibawah malam inipun, memandang sinis kearah Nando. Sedangkan Nando yang mendapat tatapan seperti itu mencoba meminta maaf.
"Maaf ya Clar, aku udah usaha nih."
"Bodo!"
"Ermm, sebagai permintaan maaf, ntar pas makan kamu boleh makan sepuasmu deh" tawar Nando.
Clara yang mendengar itupun melunak.
"Bener ya?"
"Iya." tegas Nando.
"Ok."
Kuin dan Robert yang melihat inipun merasa Iba ke Nando dan menepuk bahu kiri dan kananya.
"Turut berduka bro buat dompetmu" kata mereka bersamaan.
"Hah?"
Clara? Jangan ditanya dikepalanya sudah membayangkan berporsi-porsi makanan yang siap untuk masuk ke perutnya.
Mereka terkejut dengan apa yang ada dibelakang mereka ketika berbalik. Ternyata kompetisi Robert dan Nando barusan disaksikan oleh banyak orang.
Tidak ingin berlama-lama menjadi pusat perhatian, mereka langsung permisi pamit. Mencoba melewati kerumunan yang masih terbengong melihat poin di papan skor Kuin mengeluh.
"Ya ampun."
"Hahaha"
Akhirnya setelah mereka berempat dapat menembus kerumunan, mereka tertawa lepas mengingat kejadian barusan.
***
Sebelum pergi makan, mereka mampir ke bioskop untuk melihat film yang sedang diputar. Setelah menentukan Clara yang kebagian memilih film, dia memutuskan menonton film komedi "Evan Almighty".
Setelah membeli tiket mereka mampir ke foodcourt untuk makan. Awalnya Nando biasa saja melihat Clara menambah makanan untuk porsi kedua. Itu tidak bertahan lama, bukan Clara namanya jika hanya dapat menghabiskan 2 porsi, tanpa sungkan Clara memesan untuk porsi kelima dan keenamnya.
Melihat porsi makan Clara ini Nando menoleh pada Kuin dan Robert, yang hanya dijawab dengan anggukan iba. Nando pun hanya bisa terdiam pasrah.
Setelah selesai makan mereka berjalan berkeliling kembali sambil menunggu film dimulai.
"Makasih ya do! Aku puas."
"Eh, iya" jawab Nando masi belum hilang shocknya.
"Hehe.."
Sekali lagi pundak Nando dipegang oleh Robert dan Kuin.
Setelah agak lama berkeliling, mereka masuk ke bioskop mengingat film akan dimulai sebentar lagi. Tidak lupa Clara membeli popcorn ukuran jumbo dan juga minumannya sebelum masuk ke studio.
Ketiga orang yang bersamanya hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan gadis cantik satu ini. Cuma satu yang ada dikepala mereka bertiga.
Kemana sih sebenarnya makanan-makanan yang dimakan Clara ini pergi! Batin mereka secara bersamaan.
Akhirnya mereka masuk kedalam studio. Siapa sangka saat sampai di kursi yang ditunjukan nomor tiketnya, Clara menyaksikan pemandangan yang membuat dirinya agak tidak nyaman.
Andre disana sedang duduk bersama Ana menonton film yang sama tepat dibelakang kursi Clara. Kuin yang melihat ini langsung menarik Clara untuk duduk, menghindari perasaan tidak nyaman yang bisa makin menjadi jika dibiarkan.
Sebelum Kuin duduk juga, dirinya menyempatkan diri untuk menyapa Andre.
"Eh, hai ndre."
"Oh hai, kalian nonton ini juga?"
"Yup kita duduk dulu ya."
"Ok."
Sempat terlihat dimata Kuin ketika mata Andre dan Nando bertemu, terlihat rasa bermusuhan yang sangat kuat dari Andre, sedangkan Nando hanya membalasnya dengan tatapan sayu.
Lebih mengherankan lagi Ana, matanya juga terlihat marah ketika melihat Nando.
Mereka kenapa sih, pikir Kuin.
Bukan Kuin namanya jika membiarkan keributan terjadi, Kuin segera menyuruh Nando untuk ikut duduk.
"Do duduk cepet, film uda mau mulai. Kamu berdiri ganggu yang belakang tuh."
Nando duduk disebelah Clara, sedangkan Kuin sendiri disebelah Robert.
Akhirnya lampu dipadamkan dan film dimulai. Tepat saat suara dari film mulai menggelegar, Nando berbicara pada Clara. Karena kerasnya suara film, hanya Clara yang bisa mendengar.
"Clar, makasih ya udah nemenin."
"Iya sama-sama"
Nando perlahan tapi pasti memegang tangan Clara.
"Clar, aku awalnya emang niat nunggu, tapi semakin kita dekat, semakin besar rasa dihati ini."
"Aku ga bisa nahan diriku lagi buat tanya, apa kita ga bisa mulai untuk mencoba dulu?" Tanya Nando serius.
Clara yang ditanya seperti itu, tidak langsung menjawab. Dia mencoba mengingat kejadian-kejadian beberapa hari terahir ini.
Semakin dipikir semakin yakin dirinya dengan pilihan yang akan diambilnya. Nandolah yang dia butuhkan saat ini. Tidak ada alasan bagi Clara selain karena baru bertemu untuk menolak Nando. Jadi dia memantapkan hatinya dan menganggukan kepala.
"Iya ayo kita coba dulu"