Mereka berlima seketika terdiam mendengar perkataan Ana. Tak ada satupun yang bergerak. Para pengunjung lainpun menjadi makin tertarik memperhatikan perselisihan mereka.
"Ana, ayo pergi." Kata Andre memecah keheningan.
Andre bergerak maju, menarik tangan Ana keluar dan pergi meninggalkan mereka berempat dan para para pengunjung yang masih diam membatu karena ucapan Ana tadi.
Setelah kepergian mereka berdua, Clara berbalik dan duduk ketempat awal mereka berencana duduk tadi. Kuin dan Robert yang masih bingung mengikuti Clara, sedangkan Nando masih terdiam memegang pipinya yang baru saja mendapat tamparan hangat dari Ana.
"Do, sini." Panggil Kuin tak lama setelah dirinya duduk.
Nando tersadar dan berbalik. Suasana tempat itu kembali seperti semula. Meski begitu, masih ada satu dua pengunjung yang diam-diam melirik kearah mereka.
Nando sampai ditempat mereka duduk. Sebelum duduk dia memandang kearah Clara yang masih menunjukan wajah kesalnya. Clara melihat Nando dan mengangguk.
"Clar, aku bisa jelasin..." Kata Nando ingin menjelaskan begitu dia duduk.
"Udah ga usah, itu urusan pribadi kalian." Clara menjawabnya cepat dengan nada yang masih kesal.
Melihat Clara yang masih kesal Nando mencoba bicara lagi.
"Clar.."
"Udah do, jangan dibahas dulu biarin Clara tenang dulu." Potong Robert.
"Iya kita makan dulu aja, jangan bahas kejadian barusan." Tambah Kuin.
Nando mengangguk.
Setelah cukup lama menunggu, pesanan mereka datang. Mereka mulai makan dengan tenang. Hanya ada satu dua obrolan kecil canggung disisa malam itu. Karena tak banyak obrolan, mereka berempat memutuskan langsung pulang setelah menghabiskan makanannya.
Nando dan Clara sudah sampai didepan rumah Clara. Clara turun dari motor dan langsung berjalan masuk tanpa memperhatikan Nando. Nandopun tidak tau berkata apa dia hanya melihat Clara dan bergumam pedih.
"Maaf."
Setelah melihat Clara masuk, Nando menyalakan motornya dan pulang.
***
Mendengar pintu depan dibuka mama keluar dari dapur untuk mengecek siapa yang datang. Terkejut ternyata Clara yang sudah datang mamapun bertanya.
"Loh Clara kok udah pulang?"
"Iya ma capek."
"Loh kok mukanya ditekuk gitu?"
"Nggak papa kok ma. Clara istirahat dulu ya"
Melihat keadaan putrinya, mama tau Clara sedang ingin sendiri. Dengan penuh pengertian mama menganggukan kepala dan membiarkan Clara untuk langsung masuk ke kamarnya.
Sesampainya di kamar Clara meletakkan tas kecilnya, melepaskan sepatunya dan langsung berbaring dikasur. Pikirannya benar-benar kalut.
Rencana hari ini benar-benar kacau balau. Hatinya masih perih mengingat sikap Andre, tak kalah dari itu tadi dia juga melihat sisi buruk dari kekasihnya.
"Apa maksudnya mau mama ga tenang disurga?"
"Siapa sih Ana? Siapa Andre? Siapa Nando? Apa hubungan mereka semua."
Clara benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dia merasa baru saja Tuhan mengirimnya kesebuah pemandian air hangat, namun baru sebentar dia berendam hujan turun dengan deras.
Clara mencoba kembali memejamkan matanya. Baru saja dia memejamkan matanya dirinya mengingat sesuatu.
Bangun dari tempat tidurnya dia mengambil tasnya, mencari hp didalamnya dan menyalakannya. Tadi Clara mematikan hpnya karena tidak ingin diganggu siapapun malam ini.
Baru saja hp menyala 4 pesan masuk muncul. Dia membukanya satu persatu. Dua pesan pertama dari Kuin dan Robert yang mencoba menghiburnya dibalas olehnya dengan terimakasih. Pesan selanjutnya pesan dari Nando yang langsung dia hapus tanpa membukanya. Terahir pesan dari orang yang baru saja dia pikirkan, dari si misterius.
Kamu gapapa?
Pesan itu begitu singkat tapi cukup membuat Clara merasa aneh.
Gimana dia tahu aku ada masalah? Pikir Clara.
Clara mencoba menjawabnya. Tidak berharap banyak sebenarnya, tapi ntah mengapa dia punya keyakinan si misterius dapat membantunya.
Kok kamu tau aku lagi ada masalah?
Setelah mengirim pesan itu, dia memejamkan mata menunggu. Tidak lama setelahnya hpnya berbunyi. Si misterius ternyata membalas pesannya.
Karena aku selalu menjagamu.
Aneh rasanya, seharusnya Clara tidak nyaman dijawab seperti itu tapi nyatanya pesan itu justru membawa kehangatan di hatinya. Dia membalas lagi.
Hah? Ngapain? Emang kita kenal?
Pesan terkirim. Ternyata kali ini si misterius langsung membalas pesannya. Mereka mulai saling bertukar pesan setelahnya.
M : Kenal. Tapi untuk saat ini kamu belum perlu tau siapa aku.
C : Kenapa? Boleh aku tebak siapa kamu?
M : Karena tau aku sekarang ga akan bikin kamu lebih baik. Boleh aja tapi aku tetep ga akan ngaku.
C : Ah terserah deh. Aku juga lagi males main detektif-detektifan. Jadi menurut kamu apa yang bisa buat aku merasa lebih baik?
M : Simpel sih. Makan coklat. Haha
C : Heh? Apaan saran kaya gitu coba.
M : Lakuin aja. Terus berdoa, terus bobo. Udah gitu aja. Hehe. Ok udah malem, kamu istirahat aja. Percaya, kamu ga akan pernah sendirian. Saat kamu sendiri dan ga ada siapapun didekatmu, aku bakal hadir buat hibur kamu.
C : hemmm
M : Ya udah, uda malem aku ngantuk. Jangan lupa saran dari aku ya. Met bobo. Gbu :)
C : Thanks ya. Gbu too.
Clara mengirim pesan terahirnya. Sebenarnya dia masi berharap ada balasan. Tapi ternyata si misterius tidak membalas pesannya lagi.
Membaca ulang pesan-pesan si misterius membuat Clara lebih baik. Dia berdiri meletakan hp di meja belajarnya. Clara mengingat saran si misterius dan mengambil coklat yang dia simpan di laci.
Ternyata si misterius benar, makan coklat benar-benar membuat Clara merasa lebih baik. Dia memikirkan si misterius lagi.
"Dia siapa ya? Kok kayanya ngenal aku banget. Masa si Andre sih?"
"Tapi kayanya bukan deh. Dia kayanya ga mungkin bisa ngomong selembut itu."
"Apalagi inget sikap dia terahir tadi, ga mungkin banget." Tambahnya lagi.
Memikirkan si misterius benar-benar membuatnya sedikit melupakan kejadian tadi. Setelah coklatnya habis, Clara pergi keluar untuk mencuci tangan dan minum.
Kembali kekamar Clara melihat hpnya sebentar. Tidak ada pesan masuk lagi. Dia duduk sebentar menunggu kantuk.
Jam menunjukan pukul 23.00, Clara sudah mulai mengantuk. Setelah selesai berdoa, Clara membaringkan dirinya ditempat tidur. Lelah, tak lama setelah menutup mata dirinya langsung terlelap.
***
Clara berjalan dijalanan gelap sendirian.
"Loh dimana ini." Tanyanya bingung.
Clara mulai ketakutan dia mulai berlari menyusuri jalan tanpa mengetahui arah dan tujuannya. Semakin jauh dia berlari bukannya menemukan jalan, tempat dirinya berpijak justru semakin gelap.
Kegelapan makin pekat, Clara mulai kehilangan pengelihatannya. Ketakutan, dirinya berhenti. Dia terjatuh ke tanah yang dingin.
Lelah, takut, dua kata itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Tidak berusaha berdiri, Clara meringkuk berpegangan pada lututnya.
Clara memejamkan mata dan bergumam takut.
"Kalo ini mimpi tolong bangunin aku!"
Pasrah pada ketakutannya Clara mulai menangis. Saat itulah tiba-tiba tangan seseorang memegang bahunya. Terkejut Clara membuka mata. Dia bisa melihat orang itu, dia merasa mengenalnya tetapi disaat yang sama juga tidak bisa mengenalinya. Clara kebingungan dan bergeser mundur ketakutan.
"Kamu takut?"
"Jelaslah! Siapa kamu? Kenapa aku disini?"
"Tenang, aku udah bilangkan sebelumnya. Kapanpun kamu sendiri dan ga ada siapapun didekatmu aku akan selalu ada buat hibur kamu."
"Misterius?"
"Iya. Sekarang kamu bangun. Jangan pernah ngerasa sendiri lagi ya." Jawab orang itu sambil tersenyum.
Clara merasakan hangat didadanya. Terdengar suara lain memanggil namanya.
"Clara! Clara!"
***
Suara hangat terus memanggil namanya.
"Clara bangun nak."
"Clara! Clara!"
Clara membuka matanya.
"Eh, Mama? Papa?"
Tidak paham yang terjadi Clara melihat wajah pucat dikedua orang tuanya. Melihat putrinya bangun, mama dan papa tidak berkata apa-apa dan langsung memeluknya dengan erat. Mamanya mulai menangis.
"Loh ma kenapa?"
Clara bingung dengan keadaan ini. Dia merasa benar-benar aneh diperlakukan seperti itu, meskipun disisi lain dirinya juga menikmati rasa hangat yang diberikan oleh pelukan kedua orang tuanya itu.
Papa dan mama melepas pelukannya. Mereka memandang Clara dengan penuh kasih sayang. Masih terlihat bekas dari air mata yang belum mengering di wajah mama.
"Nanti papa jelasin, sekarang kamu cuci muka terus ganti baju. Kalo udah kamu turun makan dulu ya." Kata papa sambil merangkul mama untuk menenangkannya.
"Eh iya pa."
Papa dan mama keluar dari kamar. Clara yang masih bingung tidak berlama-lama dan menjalankan instruksi papa. Mengambil pakaiannya dia pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai, Clara keluar dari kamar. Betapa terkejutnya dia melihat langit dari jendela. Diluar matahari sudah tinggi dan terik. Clara melirik ke jam di dinding pukul 13:00. Ini benar-benar mengejutkan Clara. Meskipun dihari minggu Clara tidak pernah bangun sesiang ini.
Kryukkk..
Perutnya berbunyi. Tidak ingin berlama-lama menyiksa perutnya. Clara langsung pergi kemeja makan dan mulai mengisi perutnya.
Setelah perutnya penuh, Clara pergi menemui papa dan mama yang sudah menunggunya dimeja makan.
"Sudah selesai nak?"
"Udah ma."
"Kamu kenapa?" Tanya papa.
"Hah? Gapapa kok pa. Tadi kenapa si kok papa mama sampe pucet gitu"
Mama tetap diam, masih terlihat ketakutan yang sama dengan yang dilihat Clara saat bangun tadi diwajahnya.
"Kamu tadi sampe siang ga bangun. Jadi mama pergi ke kamar buat ngecek"
"Sampe dikamar, tiba-tiba mama teriak panik."
"Terus papa dateng buat liat. Ternyata."
"Kamu ga bangun dan terus ngerang sambil keringet dingin. Mama jadi takut. Mama coba bangunin tapi kamu ga bangun-bangun." Sambung mama yang masih pucat.
"Eh." Jawab Clara bingung.
"Kamu ada masalah apa sebenernya? Jangan ditutup-tutupin. Kemaren ada masalah apa? Kok dateng-dateng keliatan ada masalah." Tanya mama.
Mendengar penjelasan dan pertanyaan mama Clara akhirnya memutuskan untuk menceritakan semua kejadian kemarin. Kecuali bagian si misterius.
Papa dan mama mendengarkan dengan seksama semua penjelasan Clara sampai selesai. Setelah Clara selesai berbicara barulah papa berbicara.
"Papa ga bisa ngasih saran terlalu banyak, itu semua memang masalah remaja."
"Apalagi untuk masalah pribadi 3 orang itu. Bukan ranah kita untuk ikut campur."
"Yang jelas Clara, kamu itu masih muda. Jangan habisin waktu untuk mikirin masalah yang ga perlu."
"Papa biarin kamu pacaran itu biar kamu bisa nikmatin masa SMA kamu, bukan buat kamu kaya gini."
"Iya maaf pa."
"Saran papa mending kamu sekarang berhenti dulu pacarannya. Fokus sama studi kamu."
Clara agak terkejut dengan saran papa. Tapi dia juga yakin papanya hanya ingin yang terbaik untuk dirinya. Memikirkan semua alasan itu akhirnya dia memutuskan untuk mempertimbangkan saran dari papa.
"Iya pa, nanti Clara pikir lagi ya pelan-pelan."
"Iya, itu tetap jadi hak kamu. Tapi papa ga mau kejadian ini terulang lagi."
"Sedangkan untuk masalah Andre. Kamu jaga jarak sama dia. Kalo memang dia punya maksud ntah baik atau buruk, nanti pasti dia akan dateng ke kamu buat jelasin.
"Iya pa makasih."
"Ya udah Clara istirahat dulu diatas ya. Mama buatin minuman hangat buat kamu"
"Iya ma makasih. Kalo gitu Clara pamit kekamar dulu ya pa, ma." Pamit Clara dijawab anggukan sayang kedua orang tuanya.
***
Clara kembali kekamar dan memikirkan saran dari papa. Dirinya tidak menyangka kejadian kemarin bisa mengganggu pikirannya sampai seperti itu.
Clara sengaja tidak melihat hpnya karena ingin menenangkan diri. Jadi dia mengambil sebuah buku latihan soal dan mulai mengerjakannya untuk mengalihkan pikirannya.
Setelah agak lama mengerjakan latihan soal, Clara merasa lelah. Dirinya menutup buku dan memutuskan untuk membaringkan diri di tempat tidur sebentar.
Baru sejenak berbaring hpnya berbunyi. Ada panggilan masuk. Dengan malas Clara mengambil hpnya dan kembali berbaring.
Clara menerima panggilan itu. Nando.
"Halo."
"Halo Clar. Kamu lagi apa?"
"Tiduran aja sih. Kenapa?"
"Ngga, cuma kangen aja."
"Ih apaan sih, ga penting banget."
Meskipun Clara sudah sering menjawab dengan jawaban seperti itu, kali ini caranya menjawab benar-benar berbeda. Begitu dingin.
"Kamu masih marah ya?"
"Nggak kok. Lagi males aja."
"Maafin aku ya."
"Maafin apa? Kamu kan ga ngapa-ngapain aku juga kemaren."
"Iya tapi..."
"Udah santai sih, ga perlu jelasin apa-apa."
"Ga ada juga yang perlu dimaafin." Tambahnya.
Berbicara pada Nando hari ini terasa benar-benar berbeda. Clara bahkan tidak bisa mendapatkan rasa nyaman yang sering dia rasakan sebelumnya saat berbicara dengan Nando.
"Clar, aku ganggu ya."
"Sebenernya nggak, tapi cara kamu ngomong kaya gitu terus terang ganggu banget sekarang."
"Maksudnya?"
"Ya kamu taukan aku lagi kaya gini, tapi kamu malah maksa aku buat ngomong."
"Seenggaknya kasi aku waktu buat tenang dulu kan bisa."
"Ya kan aku pengen jadi orang yang nenangin kamu."
"Do, bisa ga berhenti ngegombal dulu. Aku lagi serius ini."
"Loh? Aku serius juga."
"Ya ampun. Do please lah, ngertiin aku dulu. Aku minta waktu."
"Ya terus? kita harus break gitu?"
Mendengar Nando yang terus menekannya, membuat Clara teringat saran papa. Clara akhirnya membulatkan tekad dan memutuskan pilihannya.
Mungkin ini yang terbaik.
"Nggak, aku ga mau break."
"Ya udah to. Jadi.."
Belum sempat Nando menyelesaikan kalimatnya dengan lemah.
"Kita putus!"
.
.
.