Chereads / Sagitarius Girl / Chapter 12 - Chapter 10. Konklusi Pertarungan dan Pertemuan Tidak Biasa (Part 1)

Chapter 12 - Chapter 10. Konklusi Pertarungan dan Pertemuan Tidak Biasa (Part 1)

Pertarungan mereka masih belum selesai. Tidak ada satu pun yang mengalah dalam pertarungan. Baik Florensia maupun Aisyah mencoba menekan pertandingan ini. Luka yang diterima juga berbeda. Aisyah masih terluka pada bagian perut akibat tebasan dari Florensia. Begitu juga dengan Florensia. Pergelangan tangannya terkena tusukan pisau Aisyah.

Napasnya juga tidak beraturan. Kini tubuhnya semakin letih dan mulai kehilangan fokus. Keduanya sepakat untuk mengakhiri pertarungan ini.

"Menyerahlah, Aisyah. Aku yakin, Tuhan akan mengampunimu atas dosa-dosamu terdahulu," ucap Florensia dengan napas terengah-engah.

"Aku menolaknya. Meski aku mengalahkanmu bukan berarti aku akan membunuhmu. Di agamamu sudah menerangkan bukan? Bahwa hukum membunuh adalah dosa?" kata Aisyah nyengir.

"Tch! Kau sudah tahu tujuanku ya? Itu benar … memang aku berniat menyelesaikan urusanku denganmu. Karena itulah aku berniat mengalahkanmu dan membakar diri. Persis seperti Grandmaster berbisik kepadaku,"

"Dasar bodoh!" bentak Aisyah.

Teriakan Aisyah menghentakkan tanah. Mengganggu indera pendengaran Florensia. Gadis berhijab menggeram. Tidak tahan dengan seorang gadis yang terlalu fanatic dengan budaya Templar.

"Kau harus hidup! Demi menolong orang lain dan menyelesaikan misimu sebagai seorang Grandmaster!" teriak Aisyah.

Florensia berteriak kencang. Dia langsung menerjangnya. Teriakan putus asa mengganggu telinga Aisyah. Kini pergerakannya mulai tidak beraturan. Saat itulah, gadis berhijab itu mengambil kesempatan untuk menyerang. Dia menendangnya. Tapi berhasil dipatahkan Florensia. Teriakan terus menggema sekitarnya. Aisyah menarik napas cepat, melakukan tendangan ke tumitnya. Mengacaukan keseimbangan kaki Florensia. Benar saja. Dia terjungkal ke tanah.

"Aisyah!" teriak Florensia menusuk ke organ vital Aisyah.

Aisyah melompat ke belakang. Menembakkan anak panah ke bahu kanan Florensia. Erangan dan teriakan keluar dari mulutnya.

"Florensia!" teriak Aisyah bersuara mengelingking.

Kedua senjata saling beradu. Keringat membasahi kedua pipi Florensia dan Aisyah. Saat itulah, mereka saling melancarkan aksi terakhir. Tebasan kedua pihak berhasil mengenainya. Aisyah dan Florensia langsung tersungkur ke tanah. Fanesya berusaha berlari. Mengejar Florensia dan Aisyah yang terbujur kaku di lapangan.

"Aisyah! Florensia! Sadarlah kalian berdua!" katanya menggoyangkan bahu mereka.

Namun tidak ada reaksi apapun. Fanesya berurai air mata. Dia mencoba membangunkan mereka sekali lagi. Tapi reaksinya sama seperti sebelumnya. Fanesya berteriak minta tolong kepada orang-orang. Ivan bergegas membantunya.

"Cepat bawa mereka ke UKS! Aku gendong Aisyah dan kau gotong Florensia!" kata Ivan.

Fanesya menyeka air matanya. Langsung menggotong Florensia. Ivan menggendong Aisyah dengan napas terengah-engah. Mereka berdua berlari cepat, menuju ruang UKS. Jaraknya dekat dengan ruang kantin. Kemudian mereka menutup pintu dan menaruh mereka masing-masing di kasur. Fanesya mencoba cari rivanol atau jenis alcohol lain. Ivan menekan luka tebasan pada mereka berdua. Sampai pada akhirnya, dia berhasil menemukannya. Kemudian, Fanesya mencelupkan ke bagian luka. Setidaknya mengurangi rasa sakit.

"Ivan, apa kau punya jarum jahit yang masih steril?"

"Untuk apa? Apa kau bermaksud—"

Ivan merasakan Fanesya dipenuhi kepanikan. Ekspresi mengeras dan tatapan tajam padanya, membuat bulu kuduk merinding. Ivan langsung pergi begitu saja. Mengambil jarum jahit yang diminta Fanesya.

"Jangan sampai kalian mati di depanku, dasar bodoh!"