"Apakah sekarang kau percaya kalau Aku adalah Naga, Anak Kecil?"
"... Ba-hamut ...?" aku terpaksa menelan ludah, "itu ... kah wujudmu?" Aku berusaha menenangkan diri.
Makhluk yang mengklaim dirinya Bahamut itu memberikan tatapan yang tajam. Dari rahangnya terlihat asap seolah sesuatu di dalam dirinya terbakar. Ataukah itu sesuatu yang sangat dingin sampai-sampai mampu menampakkan angin yang ia hembuskan? Bukan itu yang aku perlu khawatirkan saat ini. Pertanyaannya adalah, apakah dia sekarang saat ini lapar? Jika iya, aku hanya bisa pasrah walau aku tahu rasa'ku' ini tidak enak. Ya. Aku mungkin akan mengatakan hal itu kepadanya.
"Tidak perlu takut, Rahl..." ucapannya itu memecah kegusaranku, "Kau tidak perlu takut sama sekali. Karena sudah kukatakan kalau aku akan membantu kalian. Jangan takut. Aku tidak akan memakanmu bukan karena rasa'mu' yang tidak enak, aku hanya takut tertular oleh kebodohanmu saja."
"Anjay! Dasar Tupai tidak tahu diri! Jangan berlagak cerdas hanya kau jadi kadal sekarang! Akan kumakan kau!" kata-kata itu melesat tanpa melewati otakku.
Naga itu langsung membuka rahangnya dan mengeluarkan suara aneh namun sangat keras terdengar hingga menggetarkan lantai. Ia hanya melakukan hal itu sesaat.
"Apa ... kau tadi ... tertawa?"
"Kau pikir naga sepertiku bisa tertawa karena ucapan konyolmu itu? Menggelikan."
Mungkin firasatku salah tapi ya sudahlah.
"Rahl ..." Suara itu berasal dari atas. Semakin lama semakin terdengar jelas. Ia memanggil – manggil namaku.
Saat aku memperhatikan dengan seksama, sebuah portal muncul kembali. Dengan cepat memuncul Alisha yang terjun bebas ke arahku.
Brug! Bam!
Aku berusaha menangkapnya bak pangeran dari negeri seberang. Namun kursi roda itu terlalu berat untuk kutahan. Jadi dia menimpaku. Tenang, aku belum mati atau geger otak.
"Rahl!"
"Geserkan dulu kursi rodamu ini ... berat. Aku gak kuat."
Alisha pun tertawa kecil. Kemudian ia dengan cepat turun dari badanku.
"Maaf ya, Rahl. Aku tidak tahu kalau kamu ada di ujung portal itu," Mata Alisha langsung teralihkan oleh sosok itu, "Bahamut! Itu kau?"
Jangan kalian berharap kalau Alisha sama seperti gadis pada umumnya. Dia lain dari yang lain. Dia tertawa gembira saat melihat wujud naga dari Bahamut. Matanya berbinar seolah menemukan harta karun yang terpendam.
"K-Kau tidak takut kepadaku, Alisha?"
"Takut? Ya. Aku takut kalau kamu berbohong tentang jati dirimu. Tapi ternyata kamu benar – benar naga! Aku senang sekali!"
HAHAHA! Aku yakin sekarang Bahamut merasa didominasi. Mungkin seperti melihat sang pawang yang sedang menjinakkan ular. Tanpa sadar, aku juga tergabung dalam dialog mereka. Dialog yang tidak mengukirkan rasa sedih di wajah kami. Dialog yang membuat kami bertiga seperti teman yang akrab.
Saking asyiknya, Alisha bergerak melewati celah jeruji dan memutari kadal raksasa itu. Ia langsung hinggap pada ekornya yang menjulur panjang ke belakang.
Melihat Alisha yang memang tidak pernah takut bahaya, aku harus mengikutinya agar tidak terjadi kecerobohan yang aneh – aneh.
"Hei, Bahamut! Bagaimana kamu bisa mengubah massa tubuhmu secara menakjubkan? Apa ada sihir yang seperti itu?" Alisha mengelus – elus ekor Bahamut.
Bahamut tidak mendengarkan Alisha karena merasa geli – geli sedap dengan usapan Alisha.
"Dari tupai berisik menjadi kadal mesum raksasa! Sungguh pencapaian yang luar biasa!" ledekku.
"Hoi! B-Bukan! Aku hanya menikmatinya!" Matanya berusaha mengalihkan tatapan tajamku.
Tindakan dan ucapanmu sangat berlawanan tahu!
Ingin kuberteriak seperti itu, namun sudahlah. Mungkin ini salah satu cara agar kadal buas ini bisa jinak oleh Alisha.
"Jadi bagaimana dengan pertanyaan Alisha?"
Naga itu menaikkan ekornya agar tidak bisa disentuh Alisha. Ia mengibaskan sekali sayapnya dan menciptakan gemuruh yang luar biasa.
"Kami ras naga memiliki tubuh yang berdimensi banyak. Jadi tubuh kecil yang bersama kalian sebelumnya adalah perwujudan diriku dari dimensi yang berbeda. Walau begitu, kesadaranku tetap bisa dipindahkan melalui sebuah celah dimensi."
Naga itu kemudian mengeluarkan sebuah aura yang terasa hangat. Lalu muncul sebuah cahaya kemilau yang menciptakan kembali sosok yang kusebut tupai dari kehampaan.
"Beginilah yang terjadi," jelas naga dan tupai kecil itu bersamaan.
Mata Alisha sekali lagi bersinar sangat terang sekali. Insting ilmuwan yang ada di dalam dirinya bergejolak sangat kuat. Sampai – sampai aku merasakan firasat buruk yang bisa membuatku sangat lelah.
"Aku dengar dari Great Elzardian, bahwa kalian ras naga bisa memberikan kekuatan sihir kepada manusia. Bagaimana kalian melakukannya?" Alisha langsung membuka buku catatannya.
Sekali lagi, Naga itu mengeluarkan suara aneh yang menggetarkan lantai.
"Manusia itu harus meminum darahku."
"Oh! Mirip seperti Vampire!" Tangan Alisha tak berhenti menulis. "Bagaimana dengan jenis kekuatan yang akan didapatkan oleh manusia yang meminum darahmu? Apa dia akan jadi super kuat?"
"Tidak demikian, Alisha. Melainkan manusia itu akan mengalami mutasi. Dan yang terburuk adalah kematian."
"Berarti tidak mungkin bagi manusia mendapatkan kekuatanmu, Bahamut?"
"Benar sekali. Namun alasan mengapa aku mengundang kalian untuk melihat sosokku yang sebenarnya bukanlah untuk memberikan kalian kekuatanku. Melainkan untuk membuka kekuatan yang ada pada diri kalian masing – masing."
Saat kadal besar itu mengatakannya, mataku langsung bersinar terang seperti lampu senter.
"Jadi aku bisa jadi pahlawan sungguhan? Aseeek!" teriakku.
"Rahl ..."
Sorot mata kadal itu entah mengapa membuatku sangat kesal.
"Menjadi super cleaning service adalah tugas mulia."
"Jangan menggali luka lama, bangsad!"
Alisha tertawa terbahak – bahak. Hingga air mata membulir di ujung matanya.
Melihat itu aku langsung menyeka dan mengelus lembut kepalanya.
"Kamu tidak apa – apa kan, Alisha?"
"Dasar kamu, Rahl. Aku ini kuat! Tidak perlu khawatir!"
Teringat dengan perkataan Bahamut, aku membuat sebuah permintaan pada kadal yang mengesalkan itu.
"Bahamut, dengan kekuatanmu bisakah kamu membuat Alisha menjadi sehat?"
Ya. pertanyaan inilah yang harusnya aku sebutkan dari awal.
"Itulah yang sedang aku rencanakan, Rahl. Alisha adalah manusia yang sangat mulia. Dia juga manusia yang memandangku sebagai sosok yang setara. Tidak mungkin aku akan membiarkannya dalam kondisi ini selamanya."
"Hei! Hei! Hei! Jangan membicarakanku seolah aku ini sudah tidak bisa apa – apa!" Alisha cemberut kesal. Wajahnya menjadi sangat lucu jika sudah ngamuk tidak jelas seperti ini.
Aku hanya bisa menatapnya dalam kesenduan. Aku tidak bisa berbuat banyak untuknya. Sungguh menyedihkan.
"Rahl!" Sesuatu yang keras terlempar mengenai jidatku yang kinclong.
"Apaan dah, Alisha?! Sakit tahu!"
"Jangan mengasihaniku, dasar pengangguran akut!" Alisha menatapku seperti melihat rendang goreng. "Aku ini seorang pahlawan tingkat S!"
"Ya. Aku tahu, Alisha."
"Jadi, Rahl, kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun! Fokus pada pekerjaan kita dan pastikan mendapatkan uang banyak dan membeli Choco Space buat stokmu setahun! Mengerti!"
Ah, lagi – lagi ...
Daripada memikirkan masalahmu, engkau memang sangat peduli pada orang yang ada di sekitarmu, Alisha.
Aku hanya bisa memasang sebuah senyuman untukmu.
"Aku mengerti, Alisha."
Ya, aku benar – benar mengerti bahwa keceriaanmu juga salah satu cara untuk menyembunyikan kesedihan yang kau rasakan.
Aku menoleh dan menatap Bahamut dengan penuh keseriusan.
Ini adalah kesempatan yang tidak boleh terlewatkan. Paling tidak, aku bisa bersujud jika itu satu – satunya cara agar naga ini mau mendengarkan permintaanku.
"Baiklah," ujar Bahamut. "Aku akan menjelaskan caranya."
Lalu dengan sekali hempasan ekornya, kepalaku terlepas bersamaan dengan kepala wanita yang ingin kulindungi.