Chereads / Shitty World & Heroes / Chapter 12 - Chapter 08 : Babylon Tower, Penjaga dan Sesuatu yang Berbahaya

Chapter 12 - Chapter 08 : Babylon Tower, Penjaga dan Sesuatu yang Berbahaya

Kami pun kembali ke ruangan. Hanya Great Elzardian yang terlihat sedang duduk dengan wajahnya yang kusut. Seolah dunia akan berakhir saja. Mungkin di situ letak perbedaan tanggung jawab seorang CS dengan orang jabatan tinggi seperti dia.

"Ke mana yang lainnya pergi, Wahai Great Elzardian?"

"Mereka langsung bergegas pergi. Daripada memikirkan mereka, saat ini kalian yang memiliki tugas lebih penting. Maksudku Nona Alisha yang memiliki tugas penting."

Ya ya ya. Aku sadar diri kok, Kakek Pohon. Apalah daya seorang CS.

"Apa yang harus saya lakukan di sana , Tuan Great Elzardian?" tanya Alisha.

"Cari segala hal yang berkaitan tentang 7 Pahlawan legendaris dan Mahfuzi lalu bawa kembali kemari."

"Mahfuzi? Apa itu?"

"Dari legenda Leaveland, bahwa semua peristiwa besar sudah tertulis dalam sebuah buku yang ditulis oleh takdir. Mereka menyebutnya dengan Mahfuzi."

"Kalau buku itu memang ada bukannya akan sangat berbahaya jika diketahui manusia, Tuan Great Elzardian?"

"Benar. Jika buku itu dipegang oleh orang yang salah, maka bencana yang akan terjadi. Namun jika dipegang oleh orang yang benar, maka buku itu bisa digunakan untuk menyelamatkan manusia dari bencana seperti kemarin."

Percakapan mereka semakin sulit untuk kucerna. Yang jelas hanya dua hal yang penting dari percakapan itu. Mencari Legenda 7 Pahlawan Legendaris dan Mahfuzi. Selebihnya mereka membahas hal-hal mengenai Great Association dan Hal-hal yang menyangkut kasus New Order dan hubungannya dengan fenomena the end. Aku sangat mengantuk mendengarnya. Namun saat namaku disebut dalam percakapan mereka, aku langsung tersentak.

"Rahl? Maksudnya aku?" sahutku.

"Bukan. Tapi seseorang yang mengaku pimpinan dari New Order. Dan yang menyebabkan bencana kemarin. Gak mungkin CS sepertimu bisa menghancur leburkan Leaveland Island, 'kan?" jelas Alisha.

"Iya juga sih. Lagi pula letak tempat itu saja aku tidak tahu," celotehku.

Great Elzardian mengelus janggutnya. Sementara matanya ia tutup rapat seolah sedang berpikir sebuah kemungkinan.

"Ini ..." Dari balik janggutnya ia mengeluarkan sesuatu. "Silahkan diambil dan ditelan segera."

Dua buah butir hijau semacam biji – bijian ia sodorkan kepada kami.

"Ini apa, Tuan Great Elzardian?"

"Ini alat pelacak yang aku buat sendiri."

Alisha tanpa ragu langsung menelan benda itu. Ih! Wanita ini memang tidak ada jijik – jijiknya. Bagaimana kalau itu ternyata ketombe dari janggutnya? Atau bahkan jerawatnya? Alisha Oh Alisha! Jiwamu begitu polos.

"Rahl, apa yang kamu tunggu lagi?" tatapannya sangat serius.

Aku ragu jika aku bertanya yang bukan – bukan malah akan berakibat buruk. Dengan keterpaksaan yang amat sangat besar, aku menelan benda hijau itu. Tak lama sebuah cahaya kehijauan muncul di tangan kiriku sekejap dan lenyap.

"Bagus. Alat pelacaknya sudah bekerja. Dan satu lagi adalah ini ..."

Great Elzardian mengulurkan tangannya. Ia menggenggam semacam batu berwarna hijau yang berkilauan.

"Ini adalah serpihan kristal yang aku temukan di sekitar Babylon Tower."

"Lalu apa gunanya serpihan tidak berguna ini?" Aku memotong ucapannya.

Matanya menatapku tajam kembali. Apa-apaan tatapannya itu? Kalau ditatap cewek cantik boleh lah. Ini ...

"Serpihan ini lebih berguna darimu, Bocah."

Apa-apaan Kakek Pohon ini! Aku hanya bisa menggeramkan gigi karena ucapannya itu.

Melihat kecanggungan suasana yang tiba – tiba ini, Alisha bertanya sesuatu.

"Apa maksudnya, Tuan Great Elzardian?"

"Babylon Tower adalah tempat yang selalu berpindah pindah dengan cara yang tidak diketahui. Dan setiap benda yang diambil bahkan serpihan kristal seperti ini akan mengarahkan dan menarik kalian ke Babylon Tower itu sendiri. Inilah satu – satunya petunjuk kalian untuk bisa tiba di sana."

Saat Great Elzardian meletakkan serpihan itu di atas meja. Benda itu bergerak sedikit demi sedikit. Alisha sangat tidak percaya kalau benda mati bisa melakukan hal seperti itu. Ia menatapnya dari berbagai arah. Sangat serius. Jiwa ilmuwannya terpancing.

"Boleh saya memegangnya, Tuan Great Elzardian?" pintanya dengan mata berbinar.

"Silahkan, Alisha. Tapi ada satu hal lagi yang perlu kalian dengarkan tentang Babylon Tower. Di sana terdapat penjaga sekaligus pelindung Babylon Tower."

"B-Bagaimana rupanya, Great Elzardian?" tanyaku.

Great Elzardian berbisik di dekatku, "Sangat cantik. Kamu bahkan bisa melihat seluruh tubuhnya tanpa sehelai benangpun."

Seketika tekanan darahku seolah meledak. Hingga darah mengalir tipis dari hidungku. Apa-apaan Kakek Pohon ini. Itu ... mesum!

"Serius?" tanyaku sambil mengecek Alisha, untungnya dia masih tergila – gila dengan serpihan itu dan tidak mendengarkan kami.

Great Elzardian mengangguk mendengar pertanyaanku.

Njir! Gile bener. Penjaga Babylon Tower tidak mengenakan apapun? Ini mungkin dunia fantasy yang diidam – idamkan lelaki yang suka dengan petualangan mendebarkan. Ya. Ini benar – benar mendebarkan.

Great Elzardian pun berdehem. Membuat Alisha mengalihkan pandangannya dari serpihan kristal itu.

"Persiapkan semua keperluan kalian malam ini. Ketika fajar menyingsing kalian harus secepatnya berangkat," Great Elzardian berdiri. "Saya masih ada keperluan yang harus ditangani. Silahkan beristirahat."

Great Elzardian pergi memasuki ruang kerjanya. Namun entah kenapa, aku tidak ingin berfirasat buruk padanya. Tapi aku merasakan sesuatu yang tidak benar dengan semua penjelasannya itu. Atau mungkin lebih tepatnya dia menyembunyikan sesuatu dari kami. Aku tidak tahu apa itu. Aku hanya berharap itu bukanlah sesuatu yang buruk.

Sementara itu, aku langsung berdiri dan merenggangkan semua ototku dan Alisha segera pergi ke kamar sambil mengelus – elus serpihan itu. Daripada mengelus benda tidak bernyawa seperti itu bukannya lebih bagus mengelus-elus kepalaku?

"Rahl ..."

"Apa?"

"Selamat malam." Ia tutup kalimat itu dengan senyuman manis.

Wajahnya tampak memerah. Dan senyumannya itu sedikit aneh. Bukan dalam artian buruk menurutku. Dan aku melambaikan tangan dan membalasnya, "Selamat malam juga."

Mungkin Alisha sedang kelelahan. Dia juga baru keluar dari rumah sakit. Semoga misi ini cepat selesai agar dia bisa beristirahat yang cukup.

Aku pergi ke luar dan melihat hari sudah malam. Banyak sekali bintang malam ini. Berbeda sekali dengan kamar di rumah sakit atau spring bed beton di penjara.

Aku tidak tahu apa yang menanti di tempat yang disebut Babylon Tower. Atau apakah misi ini akan berhasil atau tidak. Entahlah. Yang jelas misi ini akan menghapus sebahagian dari hutangku yang tak terlunaskan itu. Setidaknya aku melihat titik cerah dari lubang kegelapan dalam hidupku. Demi menghemat pengeluaran energi yang sia – sia, aku menyegerakan tidur malam ini. Apalagi penjaga cantik itu sedang menungguku.

Sebelum fajar muncul ...

"SmackDOWN!"

Sebuah serangan telak menerjang perutku. Membuatku sontak berteriak di pagi hari itu. Aku langsung terbangun dan melihat pelakunya.

"Alisha...!"

Dia tersenyum sok imut dan, "...Ehe."

"'Ehe' jidatmu!" Aku membenturkan jidatku ke jidatnya.

Ia mengerang kesakitan.

"Apaan sih kamu, Rahl. Kan sakit ..." Alisha mengelus – elus jidatnya.

"Balasan!" Aku langsung menarik selimut dan beranjak memasuki alam mimpi lagi.

Saat menutup mata, aku merasa sesuatu berada diatas wajahku. Apa itu? Aku hendak menghiraukannya.

"Ice Bucket Challange!" teriaknya kegirangan.

Sensasi dingin luar biasa itu membuatku langsung meloncat dari tempat tidur. Seluruh tubuhku menggigil dan gemetaran hebat. Aku menarik napas sekuatnya dan berteriak, "Alisha!"

...

Di depan gerbang kerajaan Elzardian, Great Elzardian dan Rory-chan mengantarkan kami sampai di sini.

"Baiklah kami akan berangkat, Tuan Great Elzardian. Terima kasih atas keramahannya. Dan kami pasti akan berhasil dalam misi ini. Demi seluruh kehidupan Earsyia, aku akan berusaha semaksimal mungkin," kata Alisha.

"Jangan terlalu memaksakan diri, Alisha sayang." Rory-chan mendekat dan menggenggam tangan Alisha. "Jangan sampai telat makan dan kurang tidur, Sayang."

Alisha mendekap Rory-chan. Mengucapkan dengan lembut di dekatnya, "Terimakasih, Rory-chan. Kamu wanita yang sangat hebat yang pernah aku temui. Juga ada Rahl. Dia pasti akan melindungiku. Jadi tenang saja, Rory-chan."

Senyuman Alisha sepertinya merubah raut wajah khawatir yang sedari tadi pagi menjadi sedikit tersenyum. Rory-chan mendatangi dan menunjukku dari bawah.

"Jangan sampai Alisha terluka sedikitpun kau dengar, Rahl?"

"Tentu saja, Rory-chan. Lagian siapa yang akan memberiku makan kalau bukan dia?"

Rory-chan menghela napas panjang.

"Aku pegang kata-katamu, Rahl." Ia langsung kembali berada di samping Great Elzardian.

Tentu saja, Rory-chan. Dia lebih dari sekedar ATM berjalan yang kupunya.

Jari telunjuk Great Elzardian ke arah kami dan merapalkan sebuah mantra.

Tiba-tiba saja sekeliling dari kami membentuk sebuah lingkaran sihir. Tubuhku terasa sangat ringan. Apa ini?

"Ini disebut Jumper. Mirip dengan konsep teleportasi manusia."

"Jumper? Jadi maksudmu kami akan melompat?" tanyaku sedikit takut.

"Kira-kira seperti itu. Dan dengan ini kalian akan bisa bergerak ke tempat yang telah saya beri tanda di dekat Babylon Tower. Tapi mungkin akan sedikit melelahkan bagi kalian."

"Terima kasih banyak atas kemurahan hati anda, Tuan Great Elzardian." Alisha sedikit menundukkan kepalanya.

Aku harap aku tidak pernah melakukan ini, tapi...

"Terima kasih, Great Elzardian. Atas kemurahan hati anda."

Aku sedikit menundukkan kepalaku. Sebuah tradisi penghormatan dan terimakasih yang ada di kerajaan ini salah satunya adalah hal yang sedang kulakukan.

Alisha menggenggam tangan kiriku. Sangat erat. Seolah ia memendam rasa takut dalam dirinya dengan wajah tersenyum miliknya itu. Alisha ... kamu memang masih seorang wanita yang tangguh. Itu salah satu kekagumanku padamu.

Setelah pemberian penghormatan dan terimakasih itu, kami langsung memutuskan berangkat.

"Alisha, Rahl. Semoga sukses dalam misi kalian. Jumper diaktifkan!"

Tiba-tiba lingkaran sihir itu bercahaya dan menyelubungi kami dengan cahaya itu. Dan dalam sepersekian detik aku sudah berada di udara. Mereka berdua bahkan tidak tampak lagi. Perjalanan menggunakan Jumper ini seperti menaiki roller coster dengan kecepatan tak terbayangkan. Membuat seluruh tubuhmu terkejut. Ini yang pertama kalinya bagiku. Namun Alisha sepertinya sudah pernah menggunakannya. Terlihat dari raut wajahnya yang tenang. Sepertinya ia sangat yakin dengan keberhasilan misi ini.

"Alisha ..."

"Ada apa, Rahl?"

"Walau tidak bisa melakukan banyak hal, aku akan membantumu sebisaku."

"...terima kasih, Rahl."

Setelah hampir 20 menit meluncur di udara, tampak sebuah cahaya yang menjadi tempat perhentian dari Jumper ini. Jumper kecepatan tinggi ini perlahan melambatkan kecepatannya. Hingga akhirnya kaki kami menyentuh lingkaran sihir yang ada di bawah kami dengan selamat. Seketika lingkaran sihir itu pecah menjadi puing-puing cahaya dan lenyap seperti butiran salju di musim panas.

"Jadi di mana bangunan yang kita cari, Alisha?"

"Entah. Aku juga tidak tahu."

"Bukannya kata Great Elzardian kalau ini sudah dekat dengan Babylon Tower? Atau dia sengaja menipu kita?"

"Bukan, Rahl. Bangunan yang disebut Babylon Tower itu tersembunyi dalam sebuah penghalang ilusi."

"Oh ..." Wah ... ada juga sedikit penyesalan karena tidak mendengarkan perbincangan mereka waktu itu.

Alisha mengobrak – abrik tas ranselnya. Mengeluarkan barang – barang aneh yang ada di dalamnya.

"Apa yang kamu lakukan, Alisha?"

"Mengurangi beban. Perjalanan kita mungkin akan cukup melelahkan. Dan aku tidak sanggup membawa semua benda yang dipersiapkan Rory-chan untukku. Setidaknya aku membawa barang yang benar – benar kubutuhkan saja."

Selang beberapa menit, Alisha telah selesai menata isi tas ranselnya.

"Ayo berangkat, Rahl. Menuju petualangan dan penemuan luar biasa!"

"Bisa – bisanya kamu berteriak di tengah hutan seperti ini ..."

"Bising! Kamu tidak mengerti jiwa seorang peneliti. Dasar Rahl payah!"

"Ya ya ya, Profesor Alisha."

Kami memasuki hutan lebat ini. Aku berpikir kalau melintasi semak belukar. Menghindari makhluk yang tampaknya berbahaya. Melewati rawa dan menyeberangi sungai. Lalu melewati semak belukar lagi. Melewati rawa dan sungai lagi.

Ada sesuatu yang mungkin tidak disadari Alisha. Bau obat – obatan yang tercium jelas dari tubuhnya. Selain itu ...

"Alisha ... jangan katakan kalau kita tersesat."

"Aneh. Seharusnya tidak seperti ini. Karena serpihan kristal ini menunjuk ke arah yang kita lalui. Tapi kenapa kita bisa berputar – putar di tempat yang sama?"

"Itu pertanyaanku."

Alisha menghening sejenak. Seolah ada sesuatu yang menjadi pikirannya.

"Repel." Tiba-tiba saja Alisha mengeluarkan sebuah cahaya dari tangannya.

Ia melemparkannya ke tanah dan ...

Boom!

Ledakan terjadi. Entah apa yang ada di dalam pikiran ilmuwan fanatik yang satu ini, tapi yang barusan itu benar – benar berbahaya.

"Kita menemukannya, Rahl!" Suara itu berasal di balik kepulan asap.

Aku berusaha mendekati asal suara Alisha. Melewati kepulan asap ini terlihat sebuah hal yang tak wajar bagiku.

"Hutannya ... retak? Apa yang barusan kau lakukan Alisha?"

Ia tersenyum songong.

"Rahasia perusahaan. Orang luar tidak boleh tahu."

Wanita ini bikin kesel. Pengen kucubit bibirnya itu.

"Ayo kita memasuki bagian yang retak ini dan kita mungkin akan menemukan sesuatu. Lagian serpihan kristal juga menunjuk ke arah sini."

Mungkin, katanya? Ya ampun. Ini benar – benar berbahaya.

Di dalam hutan retak itu, hanyalah kegelapan. Namun di ujung jalan yang dituju oleh Alisha terdapat sebuah cahaya keemasan. Cahaya apa itu?

Setelah tiba di tempat cahaya keemasan itu berada, aku hanya bisa tertegun. Menatap sesuatu yang mungkin hanya ada dalam dunia mitos zaman dahulu. Bagaimana mungkin bangunan ini begitu megah dan elegan? Walau bentuknya seperti menara, tapi cahaya keemasan itu membuat siapapun pasti terpukau. Apakah itu benar – benar emas? Aku tidak tahu. Jika benar – benar emas mungkin aku bisa hidup enak setelah misi ini selesai.

Alisha melepaskan kristal itu. Dan kristal itu bergerak dengan cepat menuju sesuatu di balik bangunan itu. Tak lama, tiba - tiba saja terjadi gempa.

"A-Apa yang terjadi?" Alisha terkejut.

"Aku juga tidak tahu, Alisha."

Namun gempa itu berhenti sejenak. Kemudian terjadi gempa susulan. Seolah gempa ini diatur dengan sebuah tempo tertentu. Seperti gerakan kaki misalnya. Dari balik itu sesosok yang besar bergerak mendekati kami.

"Sepertinya gempa ini disebabkan olehnya." Alisha menunjuk ke bangunan itu."

Sosok itu bergerak dengan perlahan dan setiap langkahnya menimbulkan getaran yang sangat kuat. Sosok itu terus berjalan perlahan mendekati kami. Aku sangat ingin lari dan pulang. Tapi Alisha berdiri dan tetap berada di tempatnya. Seolah – olah ia menemukan sesuatu yang bisa dijadikan objek penelitiannya.

Apa-apaan ini?! Makhluk ini bahkan lebih besar dari kami! Mungkin 20 kali lebih besar dari kami!

Firasatku benar terhadap pernyataan Great Elzardian. Makhluk ini benar – benar cantik jika dilihat dari sisi yang berbeda. Memang tidak ada sehelai benang pun di sekitar tubuhnya. Tapi seolah seluruh tubuhnya dilapisi material yang sangat keras. Benar-benar seperti ksatria. Sialan kamu Kakek Pohon!

Makhluk itu seolah menatap kami. Kemudian mengeluarkan suara yang menggelegar di udara, "Apa yang kau inginkan dari Babylon Tower, Manusia?"

"Izinkan kami masuk ke dalam Babylon Tower, Wahai Penjaga Babylon Tower."

Makhluk besar itu menundukkan sedikit kepalanya. Seolah ia mengamati kami walau wajahnya saja tak terlihat karena pelindung kepala yang ia gunakan. Ia tak bersuara beberapa saat membuatku cemas. Namun bagaimana Alisha bisa tetap tenang menghadapi situasi ini? Menge---

Aku tidak bisa melanjutkan pikiranku itu setelah melihat kakinya yang gemetaran dan wajahnya yang dipenuhi keringat. Ia mungkin ilmuwan dan seorang peneliti handal. Tapi tetap saja dia seorang wanita.

"Boleh saja ... Asal kalian mampu melewati tes yang akan aku berikan ..."

"Tes? Silahkan saja. Asal kami bisa masuk ke dalam Babylon Tower maka apapun itu pasti akan kami lakukan," tantang Alisha.

"Menarik ... Kalau begitu tesnya adalah jika kalian bisa bertahan dari kekuatan yang aku punya sampai ke level 5... akan kuberikan izin."

"Bagaimana caranya?" Aku berteriak sekeras yang kubisa.

Tiba – tiba saja ... seluruh tubuhku menggigil. Aneh. Padahal tidak terdapat es sedikit pun di sekitar sini.

"Aku melepaskan kekuatanku dalam bentuk aura yang terpancar. Jika kalian bertahan maka kalian akan bisa masuk ke dalam Babylon Tower. Ini adalah kekuatanku level 1. Bersiaplah untuk yang selanjutnya ..."

Aku mengerti sekarang. Jadi rasa menggigil yang kurasakan ini dampak dari aura yang ia pancarkan. Mungkin kami bisa melewati tes ini jika hanya seperti ini kekuatannya. Itulah yang aku pikirkan namun tidak berjalan seperti yang kuduga.

"Level 2 ..."

Seluruh tubuhku gemetaran hebat. Rasa gigil itu berbuah perlahan menjadi rasa sakit. Pandanganku terasa bergoyang. Aku berusaha mendekati Alisha yang masih berdiri tegak. Seolah ia tidak terpengaruh oleh aura kekuatan makhluk ini. Aku hanya bisa berjalan perlahan mendekatinya. Namun aura kekuatan makhluk itu membuatku hanya bisa mengeser kakiku sedikit demi sedikit.

"Level 3 ..."

"Argghh!!" aku berteriak sekuat tenaga.

Seluruh tubuhku seolah tertarik ke dalam tanah. Seolah gravitasi menjadi 3 kali lebih kuat dari biasanya. Rasa sakit yang kurasakan semakin menusuk dagingku. Pandanganku menjadi tidak karuan. Aku terjerembab. Namun tangan dan lututku menahanku agak tidak tergeletak di tanah.

Apa yang terjadi dengan Alisha? Aku hendak menolehkan pandanganku ke arahnya. Tetap saja ia masih berdiri di tempat yang sama. Aku hanya bisa tertegun melihat tekadnya yang begitu besar. Ia bahkan lebih kuat dariku dalam hal seperti ini. Kamu benar – benar kuat, Alisha.

Aku terus mendekati Alisha dengan berjalan menggunakan tangan dan kakiku. Kini aku tepat berada di sampingnya. Aku hendak meraih tangannya. Butuh kekuatan yang sangat besar untuk menggerakkan tanganku untuk menggenggam tangannya.

Saat aku menyentuhnya, "Alish---" ia roboh.

Ia tumbang. Dalam aura kekuatan ini ia tumbang dan tidak sadarkan diri.

"ALISHA!!!"

Aku hanya bisa berteriak tidak jelas memanggil namanya. Sambil terus merangkak mendekati wajahnya. Mulutnya ... berdarah? Apa maksudnya ini? Jangan – jangan ia belum sembuh total? Alisha bodoh! Kenapa kau terima tugas ini jika tubuhmu belum sembuh total! Bodoh! Aku tidak mengerti! Alisha!

"Level 4 ..."

Kali ini tubuhku benar – benar tergelatak di tanah. Gravitasi itu seolah hendak menguburku hidup – hidup. Rasa sakit itu tidak terbilang lagi bagaimana rasanya. Seluruh tulangku menderit. Seolah sel dalam tubuhku menjerit kesakitan. Penglihatanku menjadi buram. Otakku benar – benar mau pecah. Darah mulai keluar dari mulutku. Seluruh tubuhku terasa perih. Aku mencoba melihat Alisha. Aku merayap dalam tekanan aura kekuatan makhluk ini. Aku melihatnya dengan jelas. Darah yang keluar dari matanya. Kalau begini terus ... Alisha akan ... mati?

"Makhluk besar! Hentikan tes ini! Kami tidak jadi masuk ke dalam Babylon Tower! Hoi! Kau dengar aku!"

"Aku mendengar... tapi tes akan tetap berlanjut. Jika salah satu dari kalian bisa bertahan maka akan aku izinkan kalian masuk ke dalam Babylon Tower ..."

"Fuck you!!! Aku bilang berhenti!!! Kau dengar tidak!?"

"Level 5 ..."

Tanah pun mulai retak.

Seketika seluruh badanku terasa terkoyak-koyak. Seolah dagingku ingin berpisah dari tulang. Aku berusaha berteriak. Namun tak ada yang kudengar. Seolah suara tenggelam dan karam. Pandangan mataku benar – benar buram. Tapi aku bisa melihat sesuatu bergerak – gerak di dekatku. Alisha ... kau sudah tersadar? Alis--.

Dia bukan tersadar. Gerakannya itu terjadi karena reflek rasa sakit yang tak tertahankan oleh sistem syaraf dalam tubuhnya.

Kau begitu menderita, Alisha. Aku tidak bisa berbuat apa – apa. Padahal aku sudah berjanji akan melindungimu ...

"...!!!" Aku sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhku.

"...!!!" Aku ... tanganku sudah mati rasa ...

"...!!" Kakiku sudah tak lagi bisa kurasakan ...

"...!" Apa aku akan mati di sini ...

"..." Dan membiarkan Alisha juga mati ...

Alisha ... aku ... minta ... maaf ...

"Maaf tapi aku tidak akan membiarkan siapapun lagi memasuki Babylon Tower lagi. Level 100 ..."

Aku ... minta ... maaf ...

***

"Kenapa kau mengirim mereka berdua ke tempat seperti itu, Great Elzardian?" tanya Rory-chan.

"Untuk membuktikan kebenaran."

"Kebenaran apa yang kau dapat dari mereka yang melakukan misi bunuh diri itu?" teriak Rory-chan terengah – engah.

"Kebenaran tentang betapa berbahayanya kekuatan 'itu'."

"Apa maksudmu, Great Elzardian?"

"Seharusnya misi itu benar – benar misi bunuh diri bagi mereka berdua. Tapi jika mereka berhasil kembali ..."

Rory-chan tak bisa berkedip dan menghela napas mendengar lanjutan ucapan dari Great Elzardian.

Ia hanya terdiam. Terpaku oleh perkataan Sang Raja Elzardian itu. Tak bisa berkutik walau hanya suara sumbang.

***

Kedua manusia ini sangat lemah dari yang pernah datang kemari sebelumnya. Mungkin dengan tes aura mereka akan tidak berdaya.

"Boleh saja ... Asal kalian mampu melewati tes yang akan aku berikan ..."

"Tes? Silahkan saja. Asal kami bisa masuk ke dalam Babylon Tower maka apapun itu pasti akan kami lakukan," tantang si manusia perempuan.

"Menarik ... Kalau begitu tesnya adalah jika kalian bisa bertahan dari kekuatan yang aku punya sampai ke level 5 ... akan kuberikan izin."

"Bagaimana caranya?" teriak manusia yang satu lagi..

Aku melepaskan kekuatan pertamaku sebagai uji coba. Mereka kelihatan kebingungan. Tapi manusia perempuan itu hanya diam saja. Oh jadi begitu. Tubuhnya sudah sangat lemah.

"Aku melepaskan kekuatanku dalam bentuk aura yang terpancar. Jika kalian bertahan maka kalian akan bisa masuk ke dalam Babylon Tower. Ini adalah kekuatanku level 1. Bersiaplah untuk yang selanjutnya..."

"Level 2 ..."

Si manusia perempuan itu tak sadarkan diri dalam keadaan berdiri. Oh... Menarik. Sementara si manusia satu lagi masih bertahan. Sejauh mana ia akan bertahan.

"Level 3 ..."

Si manusia satu lagi itu meronta – ronta. Mungkin ia terkejut dengan rasa sakit itu. Ia mencoba mendekati si manusia perempuan itu. Tidak akan kubiarkan.

"Level 4 ..."

Kali ini dia benar – benar tergeletak. Dia bahkan memohon-mohon untuk menghentikan tes ini. Namun dia salah besar.

"Level 5 ..."

Akhirnya dia benar – benar terdiam seperti semut yang diinjak. Lemah dan tak berdaya. Namun si manusia satu lagi itu masih mampu menggerakkan bibirnya dan belum hilang kesadaran. Manusia yang satu ini benar – benar tangguh walau sejatinya sangat lemah.

Namun sayang sekali, "Maaf tapi aku tidak akan membiarkan siapa pun memasuki Babylon Tower lagi. Level 100 ..."

Aku tidak akan pernah membiarkan manusia memasuki Babylon Tower bahkan jika harus membunuhnya.

Aku melihat tubuh mereka mengeluarkan cairan dalam tubuh mereka. Aku yakin mereka benar – benar telah mati.

Sesaat aku membalikkan badan. Sebuah aura yang sangat besar muncul dan melenyapkan aura yang kubuat di level 100. Aku langsung membalikkan tubuhku dan menyaksikan kekuatan 'itu'.

"Bagaimana mungkin ras rendahan sepertimu bisa diberikan kekuatan mulia itu!"

Aura yang terus dikeluarkan manusia itu menggelegar dan membuat retakan di Babylon Tower.

Berbahaya! Jika dibiarkan...

Tiba-tiba kekuatan itu lenyap dan dari manusia itu keluar sesosok manusia yang sangat aku kenal.

"T-Tuan ...Tir?"

"Lama tidak bertemu ..."

"Bagaimana mungkin?"

"Maaf ... tapi ceritanya sangat panjang dan aku tidak memiliki banyak waktu. Yang jelas aku ingin kamu membiarkan kedua orang ini memasuki Babylon Tower."

"Jika itu perintah darimu..."

"Ini bukan perintah," Tir menyela, "Ini sebuah permintaan dariku. Mau kah kau mengabulkannya untukku?"

Aku tidak percaya hal itu. Tuan Tir memintaku untuk mengabulkan permintaannya? Ini benar – benar berkah dari Sang Maha Kuasa.

"Baiklah, Tuanku Tir. Akan saya kabulkan."

"Dan sembuhkan luka mereka berdua. Selagi kekuatanku membuat mereka masih bertahan hidup untuk sementara waktu."

"Baiklah, Tuanku Tir. Akan saya lakukan."

"Terima kasih ..."

Tuanku Tir menjadi bulir – bulir cahaya di depanku yang sedang berlutut. Dan Beliau berterima kasih kepadaku. Ini benar – benar berkah dari Sang Maha Kuasa.

Tapi kenapa Tuanku Tir bisa berada dalam tubuh manusia yang lemah ini?

Aku benar – benar tidak mengerti apa yang akan terjadi di dunia ini.