Suasana hangat yang Nada bayangkan saat mereka makan malam nyatanya tidak pernah terjadi malam ini, memang benar anak laki-laki ibu datang kerumah hari ini bersama dengan seorang wanita cantik yang tidak Nada kenali tetapi tampak tidak asing dimata Nada, ia menduga wanita cantik itu kekasihnya karena selama ibu menceritakan anak laki-lakinya kepada Nada, ibu tidak pernah mengatakan kalau anak laki-lakinya sudah menikah, jadi jika tidak salah asumsi Nada mengira wanita itu sebagai kekasih atau wanita spesialnya? Entahlah Nada juga tidak tahu sebab alih-alih terlihat senang karena kedatangan anak dan calonnya? ibu justru nampak tidak senang akan kehadirannya, karena semenjak kedatangan mereka, wajah ibu nampak begitu murung dan tak menolehkan wajahnya pada wanita itu. Tidak ada pelukan hangat seorang ibu yang merindukan anaknya, kendati mereka tetap melepas rindu dengan berpelukan sesaat. Saat itu setelah berpelukan singkat Ibu segera menyuruh mereka masuk kedalam rumah untuk makan malam tanpa ada pembicaraan apapun yang berarti.
Dan disinilah mereka saat ini, keempatny makan malam bersama dalam keheningan, hanya ada suara denting sendok yang berpadu dengan piring. Nada merasakan kecanggungan yang luar biasa hingga pria dihadapannya mulai membuka suara.
"Dia siapa Ma?"
"Oh iya ampun Nada... ibu sampai lupa. Maaf ya karena ada tamu yang tak diundang jadi bikin—"
"Ma!"
Ketiganya terlonjak karena bentakan yang tiba-tiba, ibu segera menajamkan matanya menatap anaknya marah. "Kamu membentak mama?"
Selapas menghela nafas, pria itu menggelengkan kepalanya pelan "Maaf, Devian tidak bermaksud, tapi tolong jangan mulai keributan"
"Siapa yang memulainya Devian? Kamu membentak mama! Lagipula mama hanya ingin memperkenalkan kamu sama Nada."
"Tapi kata-kata mama sungguh keterlaluan!"
"Kata-kata yang mana? Mengenai tamu yang tak diundang? Mama hanya mengatakan fakta kok" Katanya dengan sinis seraya melirik wanita di samping Devian. Ditatap begitu sontak saja ia menundukkan wajahnya takut. Sedangkan Nada hanya memandang bingung adegan didepannya. Sebenarnya ada apa? Ia tidak berniat ikut campur dengan masalah antara ibu dan anak tersebut.
"Cukup ma! Berhenti memperlakukan Clara dengan buruk"
"Kalau kamu tidak mau wanita itu diperlakukan buruk, kau tidak perlu membawanya lagi dihadapan mama Devian. Dan lihat, kau jadi bersikap kurang ajar begini dengan ibumu sendiri karena membela wanita itu."
Nada melihat Devian mendengus, tangannya lalu menggenggam milik Clara dan mengusapnya dengan lembut. Ia tampak menenangkan kekasihnya. Sekilas Nada takjub dengannya, ia begitu mengasihi Clara dan tatapannya penuh sarat akan rasa sayang, namun tetap saja Nada jadi merasa kasihan dengan ibu, ia lalu mengambil segelas air mengalihkan perhatian Devian dan Clara kepadanya.
"Bu, minum dulu biar tenang"
"Terimakasih sayang" jawab ibu menerima minuman yang diberikan Nada.
"Ma, Devian datang bukan untuk ribut dengan mama. Devian ingin minta restu mama. Devian ingin menjalin hubungan serius dengan Clara"
"Kamu ingin jawaban mama? jawaban mama tidak! Sudah berapa kali mama mengatakannya padamu Devian, mama tidak akan merestui hubungan kalian!"
"Ma jangan seperti ini. Devian mencintai Clara! Kami berdua saling mencintai."
"Tidak Devian! Hanya kamu saja yang dibutakan cinta! Dia tidak mencintaimu. Wanita ini bukan wanita baik-baik. Dan kenyataan kamu melawan mama saat ini adalah buktinya"
"Clara tidak seburuk itu!"
"Berhenti membelanya, keputusn mama bulat kamu tidak akan pernah menikah dengannya"
"Kalau begitu tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Devian akan kembali kalau mama berubah pikiran" Kata Devian serius, ia hampir saja membawa tubuhnya pergi dari sana, tapi ucapan ibunya setelah itu membuat tubuhnya menjadi kaku dan memandang tak percaya ibunya bisa mengatakan hal gila demikian.
"Kau akan menikahi Nada" katanya mantap, lalu baik Nada maupun Devian keduanya tersentak karena perkataan ibu yang tiba-tiba, mereka berdua saling pandang, yang satu menatap marah satu lainnya gugup ketakutan. Apa ini? Astaga, ibu tidak serius ingin menikahkan Nada dengan anaknyakan?
"Bu..."
"Mama cukup! mama sudah keterlaluan!" Desisnya menggeram, lalu bangkit dari duduknya, menarik Clara agar segera pergi dari rumah itu. Devian tidak tahan dengan prilaku ibunya yang selalu merendahkan Clara, entah kenapa sejak pertama kali Devian mengenalkan Clara kepada ibu, ibunya langsung tidak menyukai Clara. Dan tiap kali Devian bertanya, ibunya selalu berkata bahwa itu feeling seorang ibu. Sangat tidak masuk akal bagi Devian, kalau ibunya mau memberikan alasannya mungkin Devian masih bisa mengerti. Tapi nyatanya ibu bersikeras tidak mau mengatakannya dan itu sangat membuat Devian frustasi.
Kemudian kemarahan ibu semakin menjadi, apalagi saat melihat wanita itu hanya diam saja dan bersikap seolah dialah korban, membuat desiran darah ibu semakin naik. Meskipun wajahnya terlampau muda dari usia yang sebenarnya, ibu tetaplah wanita tua yang tidak lagi memiliki tubuh yang fit, maka saat kemarahannya sangat tinggi, pening di kepalanyapun ikut meninggi, darah tinggi ibu kumat, dan seketika saat itu juga ia meringis kesakitan seraya memegang kepalanya. Nada yang berada disampingnya panik bukan kepalang, jika sudah begini, ibu harus meminum obatnya, resep yang selalu diberikan dokter pribadinya. Mendengar ringisan ibu, Devian buru-buru memutar tubuhnya dan mendekati ibu, dirangkulnya pundak ibu dengan cemas.
"Ma! mama kenapa?" Tanyanya panik
"Sepertinya darah tinggi ibu kumat, bisakah anda membawanya ke dalam kamar dan membaringkannya? Disana ada obat ibu." Kemudian tanpa menjawab permintaan Nada, Devian segera mengangkat ibunya kedalam gendongannya, lalu membawanya kedalam kamar. Nada melangkah lebih dulu untuk membukakan pintu kamar lalu Clara menyusul di belakang Devian.
"Bu.. minum obatnya dulu, baru setelah itu istirahat ya?" Kata Nada lembut, mengambil alih peran Devian yang merupakan anak kandung ibu, Devian hanya memandangi mereka dengan cemas. Ia memang tengah bertengkar tapi siapa yang tidak takut, melihat orang tua satu-satunya yang ia miliki sakit? Devian tidak sedurhaka itu untuk mengabaikan ibunya. Dan eksistensi Nada membuatnya semakin mengernyitkan keningnya bingung, sebenarnya siapa Nada? Kenapa dia sangat dekat dengan ibu? Atau jangan-jangan dia menghasut ibu untuk menentang hubungannya dengan Clara? Kurang ajar kalau begitu! Siapa memangnya dia? Lalu ia memperhatikan Nada dengan seksama, cantik! Devian akui itu, tapi pakaiannya yang sedikit lusuh dengan make up tipis diwajahnya, membuat Devian berasumsi bahwa wanita itu berasal dari keluarga tak mampu, jadi apakah dia melakukan ini semua demi uang?
"Iya sayang, tapi ibu tidak bisa beristirhat kalau ada wanita itu!! Usir dia Nada, ibu malas sekali melihatnya" Tunjuk Ibu pada Clara, ketidaksukaannya pada Clara tidak bisa ia tutupi dan Clara berusaha menghindar dari tatapan ibu dibalik tubuh Devian.
"Mama, Devian mohon—"
"Maaf tuan, tapi sebaiknya anda membicarakannya nanti. Kondisi ibu sangat tidak memungkinkan." Potong Nada cepat, Devian memandang tak suka, tatapannya begitu menyeramkan namun Nada harus kuat dia tidak mungkin membiarkan konversasi ini, kondisi ibu benar-benar tidak dalam kondisi yang baik, lalu dengan gigi gemelatuk menahan geram, Devian mengepalkan tangannya kuat, melihat Nada dan ibu bergantian, lalu mendengus keras, menarik Clara keluar dari kamar itu dengan marah. Setelah kepergian Devian dan Clara, Nada menghembuskan nafasnya pelan, kelegaan begitu mendera dirinya, sejak tadi ia merasa tegang, takut sekali berhadapan dengan Devian.
"Ibu benar-benar tidak suka dengan perempuan itu!" Kata ibu membuat Nada mengalihkan wajahnya dari pintu kemudian tersenyum.
"Sebaiknya ibu istriharat ya bu"
✖️✖️✖️
Setelah 30 menit di kamar, akhirnya ibu terlelap karena kelelahan. Nada baru saja menutup pintu kamar ibu dengan rapat ketika sebuah cekalan ditangannya mengejutkannya, Nada yang trauma dengan tarikan seperti itu sontak menghempasnya dengan kuat, ia menarik tangannya di depan dadanya, dan melihat bahwa yang melakukannya adalah Devian. Ternyata pria itu masih ada dirumah ini, lalu secepat kilat Devian menarik kembali tangan Nada dengan kasar, menariknya membawa kesudut rumah yang jauh dari jangkauan ibu. Dan Ia kemudian menghempaskan Nada hingga punggung Nada menghantam tembok dengan keras. Nada mengiris kesakitan ketika Devian mengurungnya dengan tubuh besarnya, kedua tangan Devian berada di sisi kepala Nada. Nafas mereka sedikit terengah saling bersahutan, Nada menatap mata tajam Devian dengan takut, meski tak bisa ia pungkiri, ada perasaan aneh saat bertatapan dengannya perasaan yang tidak bisa Nada jabarkan, begitu kuat dan menggoda. Aroma maskulin yang keluar dari tubuh Devian membuat Nada dimabuk kepayang hingga perutnya terasa tergelitik seperti ada ribuan kupu-kupu yang melayang di dalamnya, Nada tidak pernah sedekat ini pada pria manapun kecuali pria bajingan yang sudah merenggut kehormatan Nada. Tapi kali ini, ia menyukainya, harum tubuh Devian begitu menyenangkan hingga ia hampir saja hilang kendali jika perkataan Devian yang keluar dari mulutnya tidak menamparnya dan menariknya kembali pada kesadarannya.
"Berapa banyak yang ibuku tawarkan padamu?" Desisnya penuh angkara, dan Nada seketika itu juga menjadi pucat, bola matanya melebar merasa harga dirinya begitu terinjak-injak. Pria dihadapannya ternyata ini menganggapnya wanita murahan yang gila harta.... apakah? Apakah ia seburuk itu?
✖️✖️✖️
Aku kaya mohon2 bgt buat batu kuasa ya? Hahaha aku cuman mau kalo kalian ngerasa cerita ini menarik apa salahnya kasih batu kuasa? Jujur aku memang ingin menang bukan karena coin hadiah menangnya. Pengen ini di publikasi didepan halaman biar banyak yang baca. Sudah itu aja kok.. Jadi kalo kalian suka mohon dukungannya. Kalau tidak yasudah legowoo. Ceritaku memang belom bisa membuat kalian senang. Thank you buat yang udah kasih batu kuasa 🥰🥰🥰🥰🥰 💜💜💜