Devian menyusuri lorong di dalam rumah mewah yang didesain dengan sangat unik, lorongnya mirip seperti gua, dengan lampu petromak yang ditempel di dinding semakin memberikan kesan classic. Ujung dari lorong ini adalah area bar yang didalamnya juga terdapat jacuzzi, billiard dan beberapa alat olahraga. Namun saat mendekati ujung lorong kesan Classic perlahan menghilang bergantikan interior modern yang dindingnya berlapis marmer, lantainya merupakan kayu parqueet lalu Hentakan suara musik Dj terdengar seiring dengan langkahnya yang semakin mendekati ruangan itu. Devian melewatinya dengan aura kegelapan yang kentara, siapapun yang melihat pastilah tahu bahwa ia tengah dalam mood yang buruk. Melihat kedatangan Devian, Reyhan teman sekaligus tangan kanannya menyambut Devian dengan hangat. Ia mempersilahkan Devian duduk di sofa berbulu miliknya, pria itu memang memiliki selera unik persis seperti wajahnya yang unik, bermata sipit tetapi memiliki kulit coklat eksotis yang menawan, pria itu tak kalah tampannya dari Devian. Hanya saja perbedaan warna kulit yang terlihat jelas menjadikan ketampanan mereka berada di level yang berbeda, tergantung type pria seperti apa yang disukai.
"Jadi ada apa? sampai kau repot-repot datang kesini Devian. Apa kau berniat menerima tawaranku untuk mengadakan pesta lajangmu? Tanya Reyhan dengan nada sedikit menggoda, ia tahu betapa sahabat sekaligus atasannya ini sangat menentang pernikahan ini. Dan dari tatapan membunuh Devian yang dilayangkan untuknya menjelaskan betapa Devian menahan amarahnya.
"Brengsek kau! Apa kau sudah bosan dengan semua fasilitas ini? Kalau iya, dengan senang hati aku akan mengganti sekretaris baruku."
Mendengar ancaman Devian membuat Reyhan memucat, memang ini salahnya sendiri, padahal ia jelas tahu atasannya ini tengah dirundung perasaan kesal, tapi ia malah membuatnya semakin kesal, dengan cengiran perasaan bersalah, Reyhanpun terkekeh juga. "Hey! Hey! Aku hanya bercanda. Apa semua urusanmu sudah selesai?"
"Ya tentu saja, dia benar-benar menyusahkanku. Apa rapat tadi berjalan lancar?"
Reyhan menghendikan bahunya sekali lalu menuangkan brendy untuk Devian, ia memberikan gelas itu pada atasannya "Tentu saja, Keanu Alvero merupakan pria yang kooperatif. Negosiasi kerja sama perusahaan berjalan lancar, tanda tangan kontrak pembangunan resort bisa dilakukan setelah kau menikah. Dia menanyakan kabarmu" mendengar kata menikah membuat Devian pening kembali, ia memijit pangkal hidungnya dengan lelah. Ia lelah memikirkan bagaimana ia bisa hidup dengan wanita yang tidak ia cintai. Devian memang terlalu kasar, begitu tegas dan dingin. Bahkan ia tidak segan bersikap kejam pada siapapun yang berani menentangnya tapi ia tidak pernah menyakiti wanita, hatinya terlalu sentimentil mengingat ia hanya mempunyai satu-satunya orang tua dan itu adalah ibunya, baginya wanita adalah sosok lemah yang harus ia lindungi jadi dulu sewaktu masih muda ia berkeinginan wanita yang akan ia jadikan istrinya adalah wanita yang ia cintai, karena ia akan mempertaruhkan hidupnya untuk menjaga istri dan anak-anaknya nanti, tapi mengingat bahwa ia akan hidup dengan wanita asing membuatnya geram ingin memprotes. Tapi sekali lagi ia diingatkan bahwa ia tidak bisa menolak.
"Ah ya, kami sudah lama tak bertemu. Lalu kau sudah menemukan siapa yang menghamili Nada?"
"Masih dalam penyelidikan"
"Ah brengsek seharusnya pria itu yang menikahi Nada. Bukan aku!" Reyhan terkekeh
"Kau tampak frustasi Devian"
"Tentu saja, pernikahan sialan itu sebentar lagi terlaksana dan wanita bodoh it—-" suara ponsel Devian berbunyi di dalam saku celananya, keningnya langsung mengernyit saat melihat mamanya yang tertera disana. Tak perlu menunggu terlalu lama, pria itu segera mengangkatnya dan mendapati pertanyaan dengan suara khawatir dari mamanya.
"Tidak ada bersamaku, dia sudah pulang sejak tadi menggunakan taksi"
"...."
"Ditunggu saja ma, nanti juga pulang sendiri. Dia sudah besar, tidak perlu sampai khawatir begitu"
"...."
"Apa? Tidak, aku tidak mau mencarinya. Aku lebih suka dia menghilang"
✖️✖️✖️
Nada duduk seorang diri di atas trotoar dimana lampu sorot jalan tepat berada diatasnya. Kakinya pegal sekali setelah jalan mengitari beberapa komplek mencari rumah ibu namun sampai sekarang tak jua menemukannya. Nada merasa ia sangat bodoh, karena terlalu sedih Devian memintanya pulang seorang diri ia tidak ingat kalau dia tidak tahu alamat rumah ibu, Nada hanya tahu jalan besarnya saja tapi tidak tahu komplek mana yang ibu tinggali, jadilah supir taksi menurunkan Nada sebab uang yang diberi Devian tidak cukup untuk mencari rumah ibu. Supir taksi juga tidak mau kerepotan mencari kesana kemari karena ia juga harus mencari penumpang lain. Sebenarnya ia ingin menghubungi ibu, tapi Nada tidak punya ponsel sama sekali. Ingin melanjutkan pencarian, Nada sudah terlalu lelah bahkan perutnya sakit sejak tadi, peluh juga sudah membasahi seluruh pakaiannya bukan karena ia telah mengitari jalanan melainkan menahan sakit pada perutnya. Ia mengusap pelan perutnya, mengucapkan kalimat penyemangat kepada bayinya agar sakitnya sedikt mereda. Mungkin karena kelelahan itu jadi berdampak pada perutnya.
Ia mengamati jalan sekitar yang terlalu sepi ini, padahal waktu belum terlalu larut, tapi karena ini berada di kawasan elit bahkan sore haripun jalanan terasa lenggang. Nada menghela nafasnya pelan, dua bulan tinggal dirumah ibu, ia tidak pernah keluar dari rumah itu, selama ini yang dilalui Nada hanya terapi untuk menghilangkan traumatis akibat kejadian pemerkosaan itu. Ia terlalu takut keluar rumah dan dampak yang paling ia rasakan dari itu adalah ia takut kegelapan, gang sempit, rasa sepi yang seperti ia rasakan saat ini. Oleh sebab itu ia memilih duduk dibawah sinar lampu disana dibandingkan mengitari perumahan yang sepi. Sehingga ia tidak sadar justru berdiri disana, dirinya terlihat mencolok bagi siapapun yang berniat jahat kepadanya. Dan benar saja, 4 orang pemuda yang jalannya sedikit sempoyongan tampak jalan mendekati Nada, entah orang itu hanya ingin melewatinya atau ada niatan jahat pada dirinya, yang terpenting adalah Nada sangat takut sekarang.
"Sendirian saja nona? Malam-malam begini?" Pria dengan mata mengantuk itu menatap Nada dengan pandangan melecehkan, Nada dengan tertatih memegangi perutnya bangkit dari duduknya, ia tampak takut, takut dan panik, seketika ingatan tentang malam itu kembali masuk kedalam otaknya. Ia beringsut menjauh dengan tubuh gemetar, suasana sangat sepi kepada siapa ia harus meminta tolong? Kenapa ia harus berada diposisi seperti ini lagi? Tuhan tolong selamatkan Nada!
"Kau tampak gemetar, apa kedinginan? Sini biar kupeluk. Aku bisa membuatmu hangat sekaligus panas nona" Pria satunya lagi memandang Nada dengan nafsu yang tidak bisa disembunyikan. Lalu tiba-tiba saja pria pertama yang berbicara mencekal tangan Nada dengan kuat, membuat Nada menjerit dan berusaha melepaskan cekalan tangan itu. Mereka tertawa menganggap ketakutan Nada sebuah mainan yang menyenangkan. Kemudian saat itu juga sebuah Mobil berhenti tepat di depan mereka, menghentikan kegiatan mereka melecehkan Nada untuk melihat siapa yang berani mengganggu aktivitas mereka. Dan Devian keluar dari mobil dengan angkuhnya, aura mengancam menguar saat pria itu mendekat, ia tidak bicara saat memecah kerumunan, dan melepaskan tangan pria itu dari lengan Nada. Semua terjadi begitu saja, tidak ada yang membuka suara, semua tercengang melihat Devian menarik Nada menuju mobil Devian.
"Brengsek! Carilah sendiri mainanmu, gadis itu milik kami, kami yang menemukannya duluan!" Lelaki itu maju mendekat, menantang Devian yang memasukan Nada kedalam mobilnya, selesai menutup pintu Devian memutar badannya. Ekspresi wajahnya yang kejam dan dingin ternyata membuat lelaki bermata sayu itu kecil hati, ia menghentikan langkah kakinya tercekat.
"Gadismu? Berani sekali kau bicara dengan mulut kotomu! Dia wanitaku" Devian mendesis pelan penuh ancaman membuat keempatnya merinding ketakutan, pada awalnya ia ingin melawan tapi mengetahui lawannya bukanlah orang biasa yang bisa mereka atasi bahkan dengan jumlah lebih dari merekapun. Akhirnya mereka memutuskan menyerah dan meninggalkan Devian yang kembali masuk kedalam mobil. Pria itu masih tidak bicara saat menyalakan mesin mobil, membuat Nada dirundung rasa takut apalagi aura mengancam masih begitu kentara.
"Kemana saja kau? Kenapa tidak langsung pulang?"
"Aku..aku.. tidak—"
"Apa hobimu membuat masalah? Berhenti menyusahkanku!!!!!!!" Bentak Devian yang melonjakan Nada karena terkejut bukan main, ia masih ketakutan karena kejadian tadi, tapi berada disamping Devian, ketakutannya bertambah berkali-kali lipat. Tapi Devian yang fokus dengan jalanan tidak menyadari ketakutan Nada, ia masih fokus memandang jalan dan mengomeli Nada.
"Kenapa kau tidak tahu diri membuat ibuku khawatir? Sebenarnya otakmu dimana hah????"
"Ada!! Otaku ada disini! Aku tidak tahu jalan pulang, alamat ibu juga tidak tahu, supir taxi itu meninggalkanku ditengah jalan. Dengan aku tanpa uang dan ponsel! Bagaimana aku menghubungi ibu? Aku ketakutan disana! Tolong berhenti membentakku!"
Teriak Nada dengan frustasi, air matanya tak bisa lagi ia bendung. Devian yang terkejut karena bentakan Nada saat itu juga amarahnya semakin naik, wanita itu berani sekali berbicara tinggi dengannya, ia menghentikan mobilnya, menatap tajam Nada ingin kembali membentak tapi melihat kesakitan disorot mata bulat itu, membuatnya mengurungkan niatnya. Nada mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil, ia mengusap air matanya dengan tangan gemetar, digigit bibirnya kuat-kuat agar isakannya tak semakin besar. Devian melihat semuanya, ada perasaan terdorong untuk memeluk wanita dihadapannya, merengkuhnya dan perasaan ingin melindunginya keluar dengan sangat besar. Astaga apa yang Devian pikirkan, ia mengumpulkan semua akal sehatnya kembali, mendengus kasar dan menjalankan kembali mobilnya. Setelah itu tidak ada lagi yang membuka suara, mereka pulang dengan keheningan dan pikiran yang berkecamuk.