"Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu belum menangkapnya untukku?!" Fang Rong berteriak kepada pelayan dengan marah. Wajahnya saat ini begitu merah seperti hati babi. "Cepat ketuk pintu itu! Apa yang kamu lihat? Dasar bodoh!"
Pelayan itu tercengang mendengar perkataan Fang Rong dan segera mematuhi perintahnya untuk mengetuk pintu. Suara ketukan pintu lama-lama membuat pintu itu bergetar.
"Fang Chixia, keluarlah! Kenapa kamu pergi dari kakakmu? Apa kamu tidak senang? Ayo, keluarlah!"
Fang Chixia berpikir, Apakah sikap Fang Rong yang begitu sombong ini adalah berkah untukku? Ia benar-benar tidak suka dengan pria seperti itu. Setelah ditahan beberapa lama, tak mudah bagi Fang Chixia untuk melarikan diri dari Fang Rong. Hanya orang bodoh yang akan keluar dari kamar itu begitu saja.
Meskipun Fang Chixia telah tinggal bersama keluarga Fang selama bertahun-tahun dan telah lama mengenal Fang Rong, ia tidak pernah menyukai pria seperti kakak angkatnya itu. Selain wajahnya yang jelek, kata-kata maupun perbuatannya begitu menjijikkan. Kesombongan Fang Rong membuat dagunya selalu terangkat ke atas. Jauh di lubuk hatinya, Fang Chixia semakin membenci Fang Rong setelah kejadian ini. Lebih baik aku tidur dengan pria yang aneh daripada harus diinjak-injak oleh orang seperti Fang Rong, batinnya.
"Bukakan pintu untukku! Kalian, ketuk pintunya yang keras!"
Suara kurang ajar Fang Rong masih terdengar dari luar. Tanpa harus melihat sendiri keluar, Fang Chixia bahkan bisa membayangkan ekspresi marah Fang Rong yang terus menunjuk para pelayan dengan emosi. Keluarga Fang yang masih memiliki status kuat membuat Fang Rong menjadi sombong.
Sekarang kelihatannya semakin banyak orang berkumpul di luar karena Fang Chixia bisa mendengar suara-suara mereka yang semakin berisik. Ia terus menempelkan tubuhnya ke pintu dan melihat ke samping untuk memastikan bahwa pintunya sudah benar-benar terkunci. Setelah ia memastikan dan mengunci pintu tersebut dengan kunci ganda, barulah saraf tegangnya sekarang bisa lebih lega.
Sebelum bajingan itu masuk, Fang Chixia merasa bahwa sepertinya ia masih punya waktu untuk memikirkan bagaimana caranya ia bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Untuk sementara waktu, ia mengabaikan suara ketukan pintu itu. Ia mengalihkan pandangannya ke sekitar kamar dan berjalan perlahan melihat isi ruangan kamar tersebut dengan hati-hati. Kamar mewah itu memiliki desain yang elegan. Mulai dari lampu hingga perabotan-perabotan kecil di ruangan itu menunjukkan keindahan yang tidak tertandingi bak istana di Eropa. Namun, kamar itu begitu sunyi sehingga Fang Chixi tidak tahu apakah ada orang atau tidak di dalam sana.
Saat Fang Chixia baru berjalan dua langkah, tiba-tiba ia terhuyung. Kakinya lemas dan ia merasa seperti ingin pingsan. Karena ia baru saja panik menghadapi Fang Rong yang menunggunya di luar, ia jadi mengabaikan efek dari segelas anggur tadi. Setelah ia menenangkan diri sejenak, semua yang dirasakan oleh panca inderanya menjadi semakin jelas. Tubuhnya terasa seperti terbakar. Pengaruh alkohol itu kini membuatnya merasa panas dan sangat tidak nyaman.
"Fang Rong, kamu bukan manusia!" kutuk Fang Chixia.
Fang Chixia melihat ke arah kamar mandi dan ketika berjalan ke arah sana, ia tersandung. Saat ini, ia hanya ingin masuk ke kamar mandi dan segera mandi walaupun nanti ia akan kedinginan. Ia takut jika nanti ia akan melakukan sesuatu saat kehilangan kendali. Tanpa melihat sekitar, ia mendorong seseorang agar bisa masuk ke kamar mandi. Namun, orang itu menyeretnya kembali.
"Lepaskan!"
Fang Chixia terus mencubit tangannya sendiri agar ia tetap sadar dan tidak kehilangan kendali. Ia terus mencoba berjuang untuk menghindari pria itu, tapi pria itu selalu saja menyeretnya kembali.