Chereads / ANGGITA and HER STORIES / Chapter 17 - Tujuh Belas

Chapter 17 - Tujuh Belas

๐ŸŒธ Happy Reading All ๐ŸŒธ

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Berani Jatuh Cinta

Berarti berani untuk terluka

Karena seseorang tidak bisa menjalani hubungan tanpa rasa Kecewa, luka serta airmata

- BebbyShin -

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

"Ciee... muka lo sumringah banget! Mentang-mentang abis pamer peluk-pelukan di medsos!" sindir Amel ketika bertemu Gita di parkiran.

Gita hanya nyengir kuda mendengar sindiran Amel. Alfa sendiri memilih untuk berjalan mendahului dua gadis yang doyan gibah di depannya itu.

"Git, kok kak Alfa bisa sweet banget gitu sih? Astaga! Gue gak nyangka tau gak!" kata Amel antusias.

Gita mengedikkan bahunya. "Lo tanya aja langsung ke orangnya. Kenapa bisa so sweet banget kayak kemarin gitu!"

"Lo beruntung banget bisa peluk-peluk cowok most wanted sekolah ini. Cowok number one. Gue yakin nih ya, fans-fanssnya kak Alfa pada menggila pas liat updatean lo," Amel menebak-nebak.

"Btw, lo gak takut apa, Git, diacak-acak sama fans fanatiknya kak Alfa? Anjir serem banget kalo sampe lo dijambak-jambak gitu sama mereka yah!" ucap Amel sambil begidik ngeri.

"Kok lo nakutin gue sih, Mel. Ck! Lo ini sahabat gue bukan sih?" gerutu Gita.

"Gue tuh cuma pengen semua orang tau, kalo kak Alfa itu cuma punya Gita seorang. Gue gak suka milik gue diganggu apalagi dihak-in orang lain," kata Gita dengan lugas.

"Lo kebentur ya? Baru lusa kemarin lo bilang, lo gak suka kak Alfa, boro-boro mau lo anggap dia pacar lo. Gunung Es gitu ga lo akuin kan? Malahan lo bilang, mau nerima Andrew aja dibanding kak Alfa. Eh, sekarang mentang-mentang abis dipeluk, jadi langsung ngeklaim kak Afa jadi pacar yang ga boleh diganggu orang lain," sindir Amel membuat Gita mencebikan bibir kesal.

Ucapan yang dilontarkan Amel tepat sasaran, Gita tidak ingin menyangkal atau pun membela diri karena pada kenyataannya dirinya memang di posisi yang salah.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Kelas Anggita mendadak riuh saat Pak Aji, guru Matematika baru saja meninggalkan kelas mereka. Pergantian pelajaran ini, dimanfaatkan seisi kelas Anggita untuk melakukan aktivitas yang lumrah, mengobrol dengan suara keras,ย  saling melempar kertas, dan lebih banyak yang mengecek ponsel masing-masing.

Ketika bu Hanifah tiba-tiba berdiri di depan pintu kelas, mendadak semua hening tak terkecuali Gita dan Amel bergegas menyimpan ponsel mereka masing-masing.ย 

Bu Hanifah, guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas masuk dengan gelengan kepala melihat tingkah anak muridnya.

"Berisik sekali kalian ini. Ibu malu menjadi wali kelas kalian jika kalian selalu berisik dipergantian pelajaran seperti ini. Ibu tidak pernah melarang kalian melakukan hal santai ketika tidak ada guru, tapi kalian tidak boleh berisik. Mengganggu ketenangan kelas lainnya. Jika lain kali terulang lagi, ibu akan hukum kalian semua. Mengerti?" Nasehat Bu Hanifah pada anak didiknya.

"Mengerti, Bu." jawab mereka serempak.

"Oke, baiklah. Hari ini, ibu akan mengenalkan kalian pada teman baru,ย  murid pindahan dari luar negeri. Jangan berisik, kalian tunggu sebentar," ucap Bu Hanifah, sepeninggalan Bu Hanifah seisi kelas Gita mulai berbisik-bisik lagi termasuk Gita dan Amel.

"Menurut lo, cewek apa cowok anak barunya?" tanya Amel pada Gita.

"Ga tau deh, terserah. Bodo amat!" jawab Gita ogah-ogahan.

"Ck! Gak asik banget sih lo, disuruh nebak juga. Menurut gue nih ya, murid baru nanti itu cowok. Soalnya pindahan dari luar negeri gitu loh. Semoga aja ganteng," kata Amel sumringah.

Gita menoyor kepala Amel tanpa rasa bersalah, membuat Amel mendelik kesal pada Gita.

" Anjir, sakit bego!" umpat Amel.

"Lo lagi. Begi dipelihara. Masa iya, kalo murid pindahan luar negeri itu cuma cowok doang. Emangnya ga bisa cewek apa? Please deh, Mel. Lo cantik-cantik kenapa bego sih, malu gue temenan sama lo," ucap Gita sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Elah, Gita yang super ceroboh. Elo juga bego malah ngatai gue bego. Kalo lo pinter ga bakalan dibegoin mulu sama cowok kenalan lo itu," sindir Amel.

"Ngapain jadi bahas itu sih. Lo tuh ya,ย  udah punya pacar juga malah ngarep anak baru nanti ganteng. Gue aduin ke pacar lo nanti," ancam Gita.

"Yaelah, gue cuma mau cuci mata doang loh ya. Kan lumayan, kak Alfa ada saingannya kalo ganteng apalagi bule-bule gitu," kata Amel enteng.

"Enak aja, kak Alfa di sekolah ini gak akan ada tandingannya," jawab Gita penuh percaya diri.

"Anjir, dibela aja terus. Yain aja deh,ย  yang pacarnya emang paling ganteng seantero sekolah ini," kata Amel malas berdebat dan Gita menyunggingkan senyum kemenangannya.

Bu Hanifah kembali lagi masuk kelas,ย  disusul oleh cewek berambut panjang coklat terang. Wajahnya cantik membuat seisi kelas terutama yang cowok mendadak heboh melihatnya, sedangkan Gita dan Amel hanya menatap biasa saja.

"Silakan perkenalkan diri kamu," perintah Bu Hanifah pada murid baru itu.

Kedua bola mata murid baru beredar menatap satu per satu seisi kelas lalu setelah itu baru ia mulai memperkenalkan diri.

"Perkenalkan nama saya Venus Gloria. Kalian bisa memanggil saya Venus atau Glo. Saya fasih berbahasa Indonesia, karena saya memiliki darah asli Indonesia namun, beberapa tahun lalu pindah ke Jerman ikut serta orang tua bekerja di sana dan kembali lagi kemari. Baiklah, itu saja sekilas perkenalan dari saya. Terima kasih dan salam kenal semuanya," Dengan tersenyum lebar Venus mengakhiri perkenalannya.

Venus memilih duduk di samping Anggun yang kebetulan sedang duduk sendirian. Amel yang kebetulan duduk bersebrangan dengan Venus, menoleh ke sampingnya memberi Venus senyum dan dibalas dengan senyum juga oleh Venus.

"Hai, gue Amel. Salam kenal Venus," sapa Amel.

"Iya, hai Amel," balas Venus.

Gita masih terfokus pada ponsel yang disembunyikan dibalik buku, gadis itu masih asyik membaca lanjutan cerita favoritnya di aplikasi baca tulis online sampai Amel menyenggol sikunya membuat Gita sontak mematikan ponselnya dengan sigap.

"Bu Hanifah ngeliatin lo mulu, Sist. Lo mau mati apa, kalo ketauan main hape di kelas," omel Amel pada Gita.

Gita hanya nyengir memamerkan deretan gigi putihnya sambil mengancungkan kedua jarinya membentuk huruf V pada Amel.

Mereka semua memulai pelajaran dengan tenang, menyimak setiap materi yang diberikan dan mencatat setiap point penting dari pelajaran yang sedang mereka pelajari. Sampai bel istirahat berbunyi, membuyarkan setiap konsentrasi seisi kelas Gita. Bu Hanifah berpamitan lantas berlalu begitu saja meninggalkan kelas Gita. Semua orang berhamburan sibuk pada aktivitasnya masing-masing.

Gita sibuk mencari ponselnya dan segera pergi ke kantin untuk mengisi perutnya bersama Amel. Namun, sebelumnya Gita menyempatkan diri menyapa anak baru di kelasnya itu yang kini duduk diam sambil memainkan ponselnya.

"Hai Venus, kenalin gue Anggita. Lo bisa panggil gue Gita aja. Salam kenal ya," sapa Gita ramah pada Venus.

Venus memandangi Gita, menatap Gita lama lalu tersenyum manis sambil menanggapi sapaan Gita barusan padanya.

"Hai, Gita. Senang berkenalan dengan kamu, kamu cantik sekali,"

"Please deh, Venus. Lo gak usah muji Gita begitu, yang ada dia nanti makin narsis lagi. Lagian lo ga perlu kok berbohong demi nyenengi hati Gita," sindir Amel sambil memutar bola mata kesal mengarah pada Gita yang kini terlihat begitu sumringah.

"Cuma lo doang yang ga mau ngakui kalo gue cantik, Mel. Karena lo takut kesaing sama kecantikan hakiki yang gue punya kan. By the way, makasih Venus, lo juga cantik kok," balas Gita.

"Gitu aja mulu sampe lebaran monyet. Lo cantik, lo lebih cantik. Jijik gue dengernya, udah ah, kantin yok! Laper gue. Lo mau ikutan ke Kantin ga, Ve?" Amel menawari Venus untuk ikut bersamanya dan Gita ke kantin namun, Venus memilih untuk diam di kelasnya. Gita dan Amel pergi ke kantin berdua saja, sedangkan Venus ditemani beberapa teman kelas mereka di kelas.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Gita berjalan menuju kantin bersama Amel sambil membahas perihal anak baru di kelas mereka, yaitu Venus. Nama yang unik menurut mereka berdua. Tiba-tiba Amel berhenti lalu menarik lengan Gita secara spontan membuat Gita terkejut dan mengumpat Amel karena kesal akan tindakannya.

"Mel, apaan sih lo. Sialan banget, jantung gue rasanya mau copot tau gak, lo tarik gue tiba-tiba gitu. Lo kenapa sih?" umpat Gita gusar sedangkan Amel melotot ke arah Gita dan menaruh telunjuknya di depan bibir, memberi isyarat agar Gita diam sejenak.

Gita mengikuti arah pandang Amel. Gita memicing agar lebih jelas melihatnya.

"Bu Hanifah sama Pak Gandi pacaran ya? Kok mesra banget berdua gitu," bisik Amel penasaran.

"Iya, yah. Kayaknya emang mereka pacaran deh berdua. Pegangan tangan gitu lagi. Anjir, guru kita aja kasmaran begitu," timpal Gita dengan kekehan geli.

"Iya... " baru saja Amel ingin menimpali ucapan Gita nyatanya lanjutan kalimatnya harus ditelannya saat seseorang menyela.

"Sekurang kerjaan itu kalian berdua di sini," sela Alfa.

Gita dan Amel sontak menoleh dan terkejut mendapati Alfa tengah berdiri di belakang mereka dengan wajah datar seperti biasa.

'Mati gue! Ke Gap lagi ngintipin guru pacaran sama calon laki gue,' batin Gita.

Gita nyengir salah tingkah sedangkan Amel menunduk cemas.

"Kakak ngapain di sini? Mau ngeliat bu Hanifah sama pak Gandi juga?" Pertanyaan konyol dilontarkan Gita pada Alfa.

"Aku ga sekurang kerjaan kayak kalian berdua. Aku cari kamu," ucap Alfa membuat mata Gita seketika berbinar mendengar kalimat terakhir Alfa.

"Cie.. Kakak kangen Gita ya, sampe nyariin aku begini," Goda Gita namun, yang digoda hanya berekspresi datar.

Amel ingin tertawa terbahak karena sekuat apapun usaha Gita tetap saja Alfa datar tanpa ekspresi.

"Gak usah ke kantin. Ini bekal buat kamu aja, dibuatin mami. Pulang nanti kita barengan, hari ini gak ada jadwal tambahan. Kamu tunggu aja di kelas," jelas Alfa sambil menyodorkan paperbag berwarna biru pada Gita.

Amel sendiri yang melihat interaksi keduanya hanya dapat menahan rasa iri.

"Kenapa bekal dari mami dikasih ke aku? Kakak sendiri gak makan? Atau kita bagi dua aja gimana? Gita gak mau makan kalo kakak sendiri belom makan," tanya Gitaย ย  beruntun.

"Aku sudah makan. Sana balik ke kelas. Di situ ada roti juga, jadi bisa kamu bagi ke Amel," kata Alfa.

Gita memeluk Alfa secepat kilat membuat Amel dan Alfa kaget bersamaan, wajah Alfa memerah akibat perlakuan spontan Gita padanya.

"Uh, pacar aku so sweet sekali sih. Jadi, pengen peluk terus. Makasih Kak Alfa sayang bekalnya. Gita ke kelas dulu ya," ucap Gita dengan nada sangat girang.

Gita segera menarik tangan Amel agar meninggalkan Alfa yang masih berdiri sibuk memperbaiki debaran jantungnya akibat perlakuan ajaib Gita padanya.

Gita masuk ke dalam kelasnya dengan hati riang berbunga-bunga, Amel hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Venus menoleh Gita yang kini tengah lahap memakan sandwich dari kotak bekal yang tengah dipegangnya.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

"Buru-buru amat lo. Eh, iya deh yang gak sabar pulang bareng yayang bebeb," Goda Amel melihat Gita dengan sigap merapikan semua peralatan belajarnya.

Gita hanya tersenyum mendengar godaan yang diucapkan Amel padanya sambil merapikan serta mengecek keberadaan posisi alat-alat tulisnya. Kelasnya hampir sepi, hanya tinggal Amel,ย  Gita, Venus dan Anggun yang masih bertahan selebihnya sudah berlari ke luar kelas.

Alfa sudah berdiri menyandar di pinggir pintu kelas Gita. Gita menoleh dan mereka saling melempar senyum satu sama lain. Perasaan Gita tentunya sangat berbunga-bunga, hubungannya dengan Alfa tak lagi seperti biasanya datar. Alfa kini lebih memperhatikan Gita meskipun dengan gaya dinginnya dan gadis itu merasa bahagia.

Baru saja, Gita ingin melangkahkan kakinya namun, tubuhnya sedikit oleng ketika Venus tiba-tiba menabrak tubuhnya dan sedikit berlari. Lebih mengejutkan Gita bukan tabrakan Venus melainkan pemandangan yang kini dilihatnya.

Venus memeluk erat Alfa, menyandarkan kepalanya di dada Alfa di depan mata kepala Anggita. Amel dan Anggun yang turut menyaksikan hal itu, ikut terkejut akan aksi Venus tersebut.

Gita bergeming, hanya berdiri kaku di tempat. Debaran jantungnya berdetak cepat, hatinya seperti diremas kuat. Seakan terbang melayang lalu terhempas begitu saja melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Alfa bahkan tidak menoleh ke arah Gita namun, menunduk menatap gadis yang tengah memeluknya dengan erat.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Ternyata Benar, apa kata Mereka

yang paling berharap, biasanya yang paling Kecewa

- BebbyShin -

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป