Setelah Revan pergi, semua menjadi terdiam terutama Lyra yang merasa jika ucapannya waktu itu adalah sebuah kesalahan besar dan tak mungkin manarik kata katanya setelah mendengar apa yang barusaja Revan ucapkan, yaitu kemungkinan akan pembantaian teman sekelasnya.
"Ini semua benar benar aneh." Ujar Tania.
"Apanya?" Tanya Dennis.
"Itu loh, maksud sebenarnya dia ngasih tau bener bener aneh, coba pikir pertama dia bilang kalian adalah 'orang terdekatnya mungkin kalian harus tau' lalu dia bilang lagi 'nyawa kalian mungkin saja tetancam' itu menurutmu bagaimana? Apa itu sebuah alasan bagaimana dia memeberitahu kita??!" Jalas Tania dan Yang lain juga merasa seperti itu, karena ini benar benar aneh.
"Memang benar apa yang kamu bilang Tan, tapi kita saat ini kita kan ingin menyelidiki kematian Adel. Eh..kayanya ada yang lupa deh...tapi....apa?" Ujar Dennis berpikir dengan keras tentang apa yang dia lupakan.
"Apa?"
"Aaa... Letak pabrik itu dimana, kenapa kita gak nanya!?? Meski dia itu mencurigakan, tapi perkataannya itu menurutku benar. Kita harus kejar dia!!!"
"Gak perlu, diakan ninggalin kartu namanya disini." Jawab Haris sambil membaca sebuah kartu nama. "No. 4 LL, code : Revan, no hp : 08765877xxxx. Ini aneh kenapa di kartu nama ada nomornya lalu dibagian yang harusnya nama malah code."
"Untuk sekarang mari kita percayai dia dahulu, karena jika itu benar maka satu orang dikelas akan mati." Ucap Dennis yang langsung membuat semua kembali terdiam.
....
Senin, 24 Nov
Senin adalah hari yang bisa dibilang tidak disukai banyak orang atau malah ada banyak yang membenci hari ini. Ya hal ini dikarenakan pada hari Minggu yang libur diharuskan kembali ke sekolah atau kerja ditambah jalanan pada hari ini selalu saja macet ketika jam sibuk.
Di kelad 8-D, mereka terlihat masih sedih karena kepergian Adellia. Mereka menaruh vas bunga dengan buka mawar berwarna putih dimeja Adellia.
Setelah kepergian Adellia, kelas 8-D tiba tiba mendapat seorang murid baru. Itu terjadi terlalu cepat ditambah saat ini semester 1 hampir selesai.
"Nama ku Pablo Midford. Senang bertemu kalian semua." Ucap Pablo tampa senyuman sedikitpun, dia tak memberi kesan pertama yang baik.
Semua yang melihatnya ketakutan bukan hanya kesan yang buruk tapi dengan perban dikepala dan juga wajahnya terlihat agak bengkak, membuat semua berfikir bahwa dia dikeluarkan dari sekolah sebelumnya karena suatu masalah yang melibatkan perkelahian.
"Apa ada yang ingin bertanya pada Pablo?" Ucap Pa Hendra tapi tak direspon sedikitpun. "Baiklah kalau gitu biar bapa yang nanya. Pablo itu muka sama kepala kenapa?"
"Oh, ini gara gara aku kalah muaythai."
"Tapi kepala kenapa luka kaya gitu?"
"Aku lengah sedikit dan aku langsung ngehantam tiang arena jadi gini."
"Pasti sakit." Ucap Billy kecil.
"Siapa emangnya lawan kamu?"
"Kakak ku."
"Hah??!" kompak semua berkata.
Ketika mendengar jawaban dari Pablo Pak Hendra langsung kaget karena tak mungkin jika ada seorang kaka menghajar adiknya yang baru smp sanpai babak belur gini.
"Ya.. baiklah kalau gitu kamu boleh duduk dibelakang didekat Yunna." Ucap Pak Hendra yang lalu menghela nafas. "Baiklah kita buka buku matematik, melanjutkan yang minggu kemarin."
>Jam Istirahat
Pada jam ini biasanya seorang murid baru mendapatkan teman, eskul, dan grup. Ya hal ini sudah biasa untuk seorang yang menjadi murid baru dikelas kelas.
Kali ini mungkin karena yang menjadi murid baru adalah Pablo yang penuh dengan luka membuat tak ada seorangpun mendekatinya. Karena hal ini Haris sebagai KM mulai mendekatinya.
Sebelumya dia memperhatikan dahulu Pablo yang saat ini sedang memakan bekalnya. Lalu Haris mulai mencari celah berbicara dengan menajaknya makan bersama, karena kebetulan juga saat ini dia membawa bekal.
"Eh, makan bareng boleh?" Ucap Hasis sambil membawa bekalnya.
"Boleh." Jawab Pablo.
Haris lalu membalikan kursi tempat duduk Vania menjadi menghadap ke Pablo.
"Vania izin duduk?" Izin Haris tapi Vania tak ada di kelas. "Iya boleh." Jawabnya sendiri dan itu membuat Pablo agak heran dengan tingkahnya.
"Nama ku Haris August, ya tentu aku lahir dibulan Agustus. Aku KM disini, kuharap kamu betah tinggal dikelas ini, meski kelas ini baru dapat insiden."
"Insiden apa?" Tanya Pablo yang langsung membuat Haris kaget, dia tak menyangka bahwa Pablo tak tahu tentang insiden yang menimpa Adellia, karena setaunya berita ini telah sampai ke siaran berita ditv, dan internet.
"Tentang pembunuhan yang dilakukan pada salah satu siswi dikelas ini." Jawab Haris dengan singkat agar Pablo tak merasa taknyaman dengan kelas ini karena ucapannya.
"Benarkah? Aku tak tahu itu, rumahku terlalu ketat sehingga mendapat kabar berita dari luar saja harus mendapat izin dari pengawas seperti penjara bukan? Aku bersukur bisa bersekolah disini meski kelas ini mendapat sebuah insiden, karena ini bisa dibilang ini salah satu kebebasan bisa bersekolah seperti anak lainnya." Guman Pablo kecil namun terdengar jelas oleh Haris.
"Apa maksudmu?"
"Tidak, bukan apa apa." Jawab Pablo dengan senyuman, namun Haris tahu bahwa senyum itu adalah sebuah senyum palsu yang menutupi topeng sebenarnya.
"Oh ya memangnya rumah mu dimana?" Tanya Haris sambil memakan bekalnya.
"Dekat kok hanya beberapa ratus meter dari sini."
"Oh.."
Pada saat itu juga Pablo mendapat sebuah telfon dan langsung mengangkatnya, tanpa meminta izin dulu pada Haris. Haris agak kesal dengan tingkahnya yang mencurigakan, tapi dia berusaha untuk tak peduli akan hal ini.
"Itu sudah ku selidiki dan sudah ku tulis semua."
"Tulis saja tanggal kejadian itu, selesai."
Ketika Pablo mengatakan itu pada seseorang ditelfon dia langsung kaget dengan ucapan itu, dan bertanda tanya apa yang Pablo selidiki, tulis dan maksud tanggal yang dia ucapkan.
"Tentu aku sangat menyukai tanggal itu." Lanjutnya lalu menutup telfon itu dan kembali memakan makanannya.
"Dari siapa?"
"Dari kakak." Memasukakan ponsel ke saku celananya.
"Kakak mu yang menghajarmu?"
"Ya.. kakak ku yang paling menyebalkan."
"Kapan kapan pertemukan aku dengan kakak mu yang menyebalkan itu boleh?"
"Ya kapan kapan, sekali saja kau menumuinya aku pastikan kau pasti membencinya."
"Haha aku sangat menunggu kapan waktu aku akan bertemu dengannya."
Tanpa sadar bekal mereka berdua telah habis dan pada saat itu juga,
"WOII, ADA YANG INGET HARI INI ULANGAN?!!" Kelvin tiba tiba berteriak didepan kelas, dan mengkagetkan seluruh siswa siswi yang sedang berada dikelas dan seketika kelas menjadi ricuh karena mereka tak ingat ada ulangan hari ini.
"Ulangan apaan fisika? Bukannya nanti tanggal 24!" Ucap Haris.
"Bukannya sekarang tanggal 24." Jelas Pablo dan mata Haris mulai membulat kaget.
"Serius?" Tanyanya, dan Pablo mengangguk. Seketika Haris langsung menuju mejanya sambil membawa tempat bekalnya yang telah habis.
Saat dibangkunya Haris langsung mengambil buku fisikanya yang berada ditasnya tapi sayangnya buku itu tak dia bawa.
"Duh gak ada lagi.. Lyra... Minjem buku kamu..." Ucap Haris berteriak dengan keras.
"Maaf buku ku di Tania." Jawab Lyra.
Haris langsung pergi ke bangku Tania dan dilihatnya Tania sedang fokus sekali membaca buku fisika milik Lyra. Haris tau dia tak mungkin mengganggu seorang yang sedang fokus seperti itu.
Haris lalu melirik ke arah Dennis yang sedang membaca sebuah buku, namun buku yang dia baca adalah sebuah buku komik.
"Dennis, pijem buku fisika..." Ucap Haris memohon pada Dennis.
"Hah?! Kau tak bawa buku??" Tanya Dennis dan Haris hanya menggelengkan kepalanya. "Maaf tapi aku juga sama gak bawa, lagi pula waktu istirahat tinggal beberapa menit. Gak guna belajar kalo waktu tinggal dikit karena itu percuma otak mu gak akan mampu." terdiam sejenak "Aku tak pernah mau melakukan hal yang hasilnya akan mengecewakan."