Chereads / Red Glove / Chapter 1 - 1. Ucapan

Red Glove

🇮🇩Fitrinra
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 36.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Ucapan

Kamis, 20 Nov

Pip..pip..pip..pip.. Bunyi alarm, terdengar dengan dengan keras di ruangan bercat putih. Terlihat seorang lelaki yang tertidur dengan pulasnya.

"Berisik...," Ujarnya dengan kesal, lalu bangun dan mengambil jam alarm yang berada dimeja dekat tempat tidurnya.

"Baru juga jam tujuh, berisik banget sih.." Marahnya pada jam itu. "Tunggu jam tujuh..." seketika matanya membulat melihat waktu yang ditunjukan jam itu menunjukan pukul 07.05 .

"AAaa.. TELAT....." teriaknya dan langsung berlari menuju mandi.

....

SMP Swasta Felice

SMP Swasta ini tak ada yang spesial dari SMP ini, namun ada banyak orang yang ingin memasuki SMP ini karena banyak prestasi yang diraih.

Matahari pagi yang memancarkan sinarnya menembus kaca kaca jendela, membuat pagi ini terasa sangat hangat dan juga damai karena heningnya kelas. Ya itulah yang semua anggota kelas 8-D ingat. Sebelum...

Tap..tap..tap.. Suara langkah kaki yang dengan cepat memecah keheningan koridor koridor SMP Felice, dan Brakk... Dengan keras dan nafas yang terengah-engah Haris memasuki kelas. Semua yang terkejut dengan kerasnya pintu yang terbuka langsung mengarahkan pandangan pada Haris.

Dengan wajah yang bisa dibilang masuk kategori agak tampan, dengan kulit putih dan hidung mancung. Ia terdiam sejenak sambil memegang gagang pintu yang baru saja dia banting dengan kencangnya.

"Ris, yang bener aja masa KM [Jabatan sebagai Ketua Murid] datang jam segini! Liat waktu dong, situ km atau apa?" Ledek Alika dan Haris hanya tersenyum kecil karena kesalahannya masuk di jam ke 2 atau pukul 7.50 dan beruntungnya dia karena saat ini guru yang mengajar sedang keluar kelas.

"Ya, maaf aku telat gara gara Dennis." Ucapnya sambil menunjuk pada seseorang yang saat ini tengah asik memainkan handphonenya.

"Idih, nyalahin lha suruh siapa kemarin bilang gini 'besok duluan aja ada yang harus aku lakukan' gitu coba. Dih so soan sibuk jadi orang." Ucap Dennis yang berkata tampa melihat kearah Haris dan masih saja fokus pada handphonenya.

"Cih.." Haris lalu menutup pintu dan pergi kebangkunya dibangku jajaran kedua dekat dengan jendela. Dia melihat bangku yang didepannya masih saja kosong sejak hari Selasa lalu.



"Adel belum masuk?" Tanyanya pada Haru yang ada dibelakangnya.

"Belum." Jawabnya singkat karena sedang mengerjakan tugas yang tadi diberikan bu Maya.

"Tau gak kenapa?"

"Mana tau lah, yang deket sama dia tuh kamu Ris, bukan aku. Dah deh, jangan ganggu kerjain tuh yang dipapan." Kesal Haru.

"Ya." Ujarnya lalu duduk dan mulai mengerjakan apa yang ada dipapan tulis.

Pada saat itu juga Bu Maya masuk kedalam kelas Haris langsung merasa takut karena dia langsung saja masuk ke kelas tampa pergi izin ke piket. Bu Maya tiba tiba berdiri didepan sambil menangis. Semua bertanda tanya apa yang terjadi.

"Ibu memiliki kabar duka mengenai Adellia." Ucapnya masih terus menangis. "Adellia meninggal sejak Senin lalu."

"Apa?!!" Serentak semua berkata.

"Pada hari Senin malam Adellia terbunuh, kabar ini baru diberitahukan barusan oleh pihak kepolisian."

Mendengar itu siswa siswi dikelas ini tak percaya apa yang berusaja mereka dengar. Apalagi orang orang yang sangat dekat dengannya sangat kaget mengetahui temanya meninggal.

"Ibu bohong kan gak mungkin Adel meninggal." Ucap Tania yang tak percaya. "Yang namanya Adellia tuh banyak, bukan dia aja. Kalo dia meninggal terus siapa yang chat sama aku Kemarin siapa ??!" Lanjut Tania dengan keras.

"Apa maksudmu Tan?!" Kaget Haris yang bangkit dari kursinya.

"Haris! Kamu baru datang?!!" Ujar Bu Maya yang terkesan marah dicampur sedih, lalu ia menghapus airmatanya. "Apa yang kamu bilang benar Tania?"

"Benar bu, ini lihat." Tania langsung pergi ke Bu Maya dan memperlihatkan chat nya dengan Adellia kemarin.

Saat Tania memperlihatkan chatnya dengan Adellia, Bu Maya terlihat sangat kaget dan ketakutan dan tiba tiba keluar berlari menarik Tania. Semua terheran heran dengan apa yang sebenarnya terjadi disini.

"Apa yang sebenarnya terjadi!"

Adellia dikenal sebagai pribadi yang baik pada semua orang, dia tak pernah mengeluh karena suatu hal besar ataupun kecil, penuh semangat, orang yang sangat cantik sehingga dikagumi banyak orang.

....

Minggu, 16 Nov

"Hosh...hosh...hosh...s..stop dulu cape." Ucap Kelvin sambil terengah engah tertinggal dibelakang teman temannya yang berlari.

"Masa cowo cuma lari bentar cape sih. Situ cowo atau cewe." Ledek Tania berbalik kearah Kelvin yang berhenti.

"Bentar mu, ini dah, lari lebih dari 20 menit dan jaraknya hampir 3 km, mungkin itu juga , ya cape lah..hosh..hosh..." Kelvin yang kecapen karena berlari berhenti dan pergi ke sebuah warung yang ada didekatnya.

"Bu, beli aqua 1 botol sama roti, ini uangnya." Ujarnya sambil memberikan uang, lalu duduk di bangku yang ada di dekat warung itu. "Gila ya mereka berlima, anak game sepertiku tak cocok dengan kegiatan seperti ini." Ucap Kelvin lalu meminun airnya.

Sementara itu teman temannya terus saja berlari dan tak tahu kalau Kelvin tak ikut berlari dengan mereka. Sampai akhirnya mereka sampai disebuah taman.

"Yosh Finish!!" Teriak Dennis yang bercucuran keringat.

"Ah gak pertama lagi, sialan kau Den pake cara apaan bisa secepet itu?" Tanya Haris yang kelelahan.

"Gak pake cara apa apa."

"Masa sih, gak percaya aku." Ucap Haris yang tak percaya, beberapa saat kemudian Tania, Lyra dan Adellia sampai.

"Finish!!!" Ucap Adellia menangkat tangannya.

"Capeknya." Ujar Lyra yang terlihat sangan cape.

"Tunggu dulu, Kelvin mana?" Tanya Dennis.

"Mungkin masih dibelakang, sebentar lagi juga nyampe." Jawab Haris berfikir positif dan pergi ke tempat duduk yang ada disini. Mereka berlima menunggu Kelvin. Namun hampir 10 menit Kelvin tak datang datang.

"UAaa.." Tiba tiba Tania menjerit. "Aku ingat, terakhir kali aku melihat Kelvin saat itu ada di dekat warung. Pasti dia jajan lalu main game di handphonenya dan lupa kalo kita pasti nunggu dia disini!!" Jelasnya.

"Kenapa gak bilang dari tadi sih Tan.. Dia itu kalo udah berenti deket warung pasti jajan trus leha leha lah deket tu warung." Kesal Haris sambil mengepalkan tangannya lalu berlari ke Kelvin yang berada di dekat warung dan Dennis, Tania, Adellia, Lyra mengikuti Kelvin.

"Warung sebelah mana Tan?"

"Itu deket pos ronda."

"Aaaa... Itu kejauhan..." Teriak Haris yang menambah kecepatan larinya dan Dennis tak mau kalah dengan Haris juga menambah kecepatan larinya.

Sementara itu di pos ronda terlihat Kelvin yang sedang bersantai memakan bubur ayam yang kebetulan di dekat pos ini ada tukang bubur yang sedang diam.

"Bang, nambah kerupuknya dong." Sambil memberikan mankuk buburnya.

"Siap boss." Jawab si penjual memberikan kembali kerupuk pada Kelvin.

Pada saat itu juga Haris dan teman temannya muncul melihat Kelvin yang sedang memakan bubur, mereka berlima terlihat sangat kelelahan berlari dan aura membunuh dari mereka berlima mulai mengincar Kelvin.

"KELVIN..!!!ditungguin dari tadi malah enak makan ya... Kurang ajar banget ya.. Bang 5 porsi dia yang bayar." Kesal Haris.

"Tu..Tunggu dulu kenapa aku yang bayar??"

"Siap!"

"Bang jangan, bang.."

"Bikin aja bang, asli nanti dia bayar. "

"Jangan bang!"

"Bikin bang!"

"Heh kalian berisik tau, tuh banyak yang beli si abangnya kasian." Ucap Adellia memarahi mereka berdua.

"Yaudah bikin bang." Kelvin langsung pasrah dan mengiyakan apa yang Haris bilang.

Beberapa menit kemudian 5 mangkuk bubur diberikan pada Haris, Dennis, Adellia, Tania dan Lyra.

Melihat teman temannya yang makan dengan enaknya menggunakan uangnya Kelvin sedikit kesal karena uang miliknya habis membayar bubur milik 5 mangkuk temannya. Setelah itu tiba tiba Haris membuka pembicaraan yang terdengar sangat serius.

"Eh kalo diantara kita ada yang mati gimana?" Dengan polosnya Haris mengatakan itu yang membuat kelima temannya langsung kaget dengan apa yang dia bilang.

"Tu..tunggu lu kesambet apaan Ris?" Kaget Kelvin yang ada disebelahnya.

"Gak kesambet apa apa kok."

"Idih pura pura kaga ke sambet lu. Ngomong tuh jaga kalo kejadian gimana?" Ucap Dennis yang mulai tak peduli.

"Gak mungkin kejadian."

"Apa nanti kamu mau bilang, kalo nanti satu persatu temen sekelas bakal mati, gitu kaya di film film atau di buku buku gitu kan?" Ujar Lyra.

"100 Lyra!! Tapi serem kalo kejadian."

"Ya elah kenapa jadi ngomongin ginian sih?" Kesal Tania.

"Gak, cuma bercanda kok." Jawab Haris. "Serius jangan dipikirin deh."

"Becanda jangan kelewatan. Entar kejadian loh"

"Gak mungkin kejadian."

....

Beberapa saat kemudian setelah Bu Maya membawa Tania keluar. Kelas mulai menjadi ribut karena hal ini, entah apa yang sebenarnya terjadi.

"Mungkin kah Adellia, bangkit dari kematian lalu memberitahukan pelakunya pada Tania sahabatnya." Ucap Reihan dengan kencang.

"Yang bener aja sih Rei."

"Bener bener kamu ini pecinta horrornya Han sampe segitunya." Ledek Naufal sambil tertawa kecil.

"Yakan bisa aja kali Fal, oh ya Kelvin kamu kan deket tuh sama Adel apa kamu tau ini sebenernya kenapa?" Tanyanya pada Kelvin yang hanya tertunduk dan terlihat sedikit gemetar. "Woii, jawab lah" Lanjutnya sambil menepuk Kelvin.

"Kenapa bisa, bagaimana jika dia beneran mati?" Ucap Kelvin sangat kecil.

"Kelvin?" Sambil menepuk punggung Kelvin Reihan sangat heran dengan kelvin.

Plakkk... Dengan keras satu tamparan mendarat di pipi Haris. Karena sangat keras semua langsung melihat kearah suara itu.

"Lyra..."

"Ba..bagaimana jika apa.. Ya..yang ku ucapkan juga terjadi..hiks" Lyra tiba tiba menangis sambil menghapus juga airmatanya karena takut apa yang dia ucapkan terjadi juga.

"Tenanglah Lyra.." Haris berusaha menghibur Lyra. Ia terlihat sangat takut dan ragu melihat Lyra yang tiba tiba menangis karena apa yang di ucapnya sebagai bahan candaan menjadi kenyataan.

Pada saat itu juga Bu Maya, Tania dan seorang polisi masuk kedalam kelas. Lyra yang berada didekat bangku Haris langsung pergi kebangkunya. Tania yang pada awalnya tak percaya dengan apa yang terjadi ia langsung pergi kebangkunya dan mulai menangis sambil menyembunyikan wajahnya.

"Saya disini akan memberitahukan yang sebenarnya, pertama tama nama saya Revan Yana saya adalah petugas yang menangani kasus ini. Diketahui bahwa identitas korban bernama Adellia Brown, berumur 13 tahun, dan bersekolah disini. Dia ditemukan disebuah pabrik kosong dia mati karena kehabisan darah akibat tebasan dibagian leher. " Jelasnya dan semua nampak kaget dengan apa yang diucapnya.

"Oh, kalian pasti tak percaya? Baiklah saya akan lanjutkan, saat ditemukan dengan keadaan yang mengenaskan dia mengenakan seragam sekolah, sekolah ini. Dia memiliki rambut sepinggang diikat dengan pita berwarna merah." berhenti sejenak. "Apa kalian percaya?"

Semua langsung kaget dengan ucapan petugas polisi itu karena pada hari Senin memang Adellia diikat satu dengan pita berwarna merah. Dan anehnya polisi itu nampak tersenyum setelah mengatakan itu.

_________