"Hei anakku kamu sudah berhasil melindungi seorang gadis yang kamu sukai tapi perjalanamu masih panjang. Jangan sia-siakan hidupmu untuk bersamanya dan satukan hatimu dengannya!"
"aku mengerti maksudmu ayah, tapi bagai mana caranya menyatukan hati?"
"Hatimu harus secara bersamaan akan memiliki kekutan besar hingga kamu melebihi kekuatanmu sediri, sebenarnya kakutanmu itu kuat karena kami berdua berikan padamu yang sangat besar dan jangan lupa, jangan ceroboh menggunakan kekutanmu!"
"Baik ayah?"
"Bagus, anakku."
Ayahku menjelaskan tentang kejadianku saat bersama Salia dan menjelaskan keuatan besar yang aku mililki tapi kekuatan besar berasal dari hati yang di satukan dengan sepasang manusia yang sedang jatuh cinta.
"apa ayah sama ibu melakuan penyatuan hati?"
"Itu benar tapi ini sangat sulit saat menyatukan hati ayah dengan ibu. Karena ibu selalu memarahiku karena aku selalu ceroboh. Itu bisa mengaruh dengan dirimu yang kamu lakukan untuk menyakiti perasaan pasti kamu akan sulit menyatukan kekuatan."
Ayahku menjelaskan lagi tentang menyatukan hati, tapi penyatukan hati memang sulit karena saling memiliki masalah satu sama lain.
Ayah akan perliahatkan tempat markas DETA. DETA selalu mengembangkan dirinya menggunakan kelahiran seperti manusia dalam waktu sebulan terkadang mereka paling cepat tiga minggu. Markas DETA di New York. Disana ada ratu yang sedang melakukan hubungan dengan para perajurit untuk melakuakan melahirkan anak baru. Karena ulah orang benua Amerika demi percobaan yang mereka lakukan tapi mereka gagal untuk uji coba. DETA mengetahui cara memperoduksi untuk memperbanyak dirinya dengan cara memakan manusia di benua Amerika dan tidak melanjutkkan karena sudah memiliki informasi saat mereka memakan manusia di benua Amerika tersebut.
Aku mendengar penjelasan tentang kejadia DETA di benua Amerika, DETA benar-benar sadis, pantas saja banyak orang yang tewas saat menyerang DETA.
"Apa kamu tetap mencintai kami berdua Satoshi?"
"Aku tetap mencintai kalian berdua walupun kalian sudah meniggal."
"Terimakasih Satoshi kau memang anak baik."
Kedua orang tuaku menagis di hadapanku karena aku membuat mereka berdua bahagia.
"Saatnya kamu harus bangun karena ada yang sudah menunggumu."
Ibuku mengucapkan selamat tinggal karena saatnya aku bangun dari tidurku karena ibuku mengetahuiku ada yang menungguku.
Aku membuka mata dan melirik sekelilingku, setelah aku membuka lebar mataku, Salia mengangkatku dan memeluk dengan erat dan aku membalas pelukkannya.
"Maafkan aku Salia, aku benar-benar ceroboh."
"Tidak usah dipikirkan, aku sudah memaafkamu."
Aku benar-benar terimakasih kepada salia kaena Salia memaafkanku tapi tetap saja aku masih merasakan bersalah.
Datang seorang dokter bersama asistenya masuk ke kamar perawatanku kemudian Salia berdiri dan mundur. Dokter itu memeriksaku, tidak begitu lama dokter itu kaget melihat kembuhanku hanya terlihat bekas kuka yang sangat besar.
"Tidak menyangka kamu benar-benar pulih. Kamu boleh pulang atau menginap sehari disini."
Dokter itu memberikan pilihan kepadaku tentang kesehatanku antara kembali ke asrama atau masih tinggal di rumah sakit khusus murid Reizen maupun yang tinggal pulau tersebut.
"Aku memilih kembali pulang dokter. Karena dia sudah menugguku."
"Baiklah kami akan siapkan data kesehatan dan kamu di cek kembali jam 10 pagi."
"Berarti 1 jam 30 menit?"
"Iya, kami kembali lagi untuk memeriksa yang lain?"
Aku hanya mengangguk dihadapan dokter, dokter itu pergi keluar utuk memeriksa yang lain.
Salia memandangi jendela aku melihat sangat memukau kecantikan saat mengenakan kacamata dan memiringkan kepala 20 derajat sambil tersenyum manis.
"Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu?"
"Tanyakan saja."
"Sebenarnya kamu tidak mengandung, ini ulah wali kelasku, dia sengaja melakuakan kepada kita agar kamu mendapat pasangan yang tepat karena aku dan kamu cocok dan pada ahirnya kita saling salah paham."
"Ohh begitu."
"Apa kamu membenciku?"
"Tidak kok aku tetap menyukaimu walaupun aku tidak mengandung anaknu, suatu saat nanti kita pasti memilikinya setelah kita selesai tugas kita."
"Terima kasih Salia kamu benar-benar patnerku."
"Tentu saja Owner."
Setelah mejelaskan tentang kejadian yang aku alami bersama Salia. Salia tetap menyukaiku walaupun wajahnya berubah datar.
Salia menuju kearahku untuk duduk dekat denganku. Dia mulai menyentuh tanganku dan mulailah mengenggam tanganku saat itulah kami saling berciuman hingga 5 menit.
Salia meletakkan kepalanya ke depan dadaku dan tanganku ditarik pelan ke depan perutnya dan mengucapkan "Aku berharab sebagian dirimu ada di diriku." aku tersenyum sambil mengangkat kepanya. Wajahnya cantik saat mengenakan kacamata dan aku menciun keninya.
"Shuu-Shuu, romantis ya, kak Rista?"
"Kei, kenapa kamu tidak mengetuk pintu?"
"Kami sudak mengetuk sebelumnya, kalian aja yang tidak mendengar."
Temanku membuat kami kaget dan mereka sudah mengetuk berkali-kali tetapi saling membiarkan saja.
Ada suara ketukkan pintu temanku kei memukakan pintu tampa permintaanku. Datang kepala sekolah bersama kedua wali kelas satu dan dua. Kami semua berdiri dan memberikan hormat kepada Kepala sekolah dan kedua wali kelas. Kepala sekolah membawa kotak kecil dan surat.
"Selamat kalian berdua sudah resmi menjadi sepasang petarung DETA dan ini pemberianku untuk kalian berdua. Kami benar-benar minta maaf atas tindakkan kami, kami sengaja melakukan karena keinginan dari egois kami."
"Terima kasih kepala sekolah atas pemberiannya?"
"Sama-sama. Oh iya janagan lupa kalian mengenakan seperti mereka berdua."
Kei dan Rista menunjukkan tangan kirinya, mereka sudah mengenakan cincin seperti sepasang kekasih.
"Kami pamit dulu, dokter akan datang kemari."
Kepala sekolah dan kedua wali kelas pergi dan datang dokter untuk melakuakan pengecekkan diriku. Mereka berdua pergi sedangkan Salia masih menemaniku saat aku dalam pengecekkan. Aku di tes darah untuk meliahat ke adanku.
"Nanti saya akan berikan hasil kepadamu dan kamu sekarang boleh keluar dari rumah sakit."
"Terima kasih dokter?"
"Sama-sama, selamatnya kalian berdua resmi menjadi pasangan petarung?"
"Iya dokter."
Dokter itu pergi setelah mengcekku dan sepertinya pergi ke kamar pasien yang lain.
Akhirnya aku di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Salia tetap memaksa membawa barangku, seharusnya aku yang bawa tas itu biarkan saja dia yang mau. Di perjalanan ke asrama aku mencoba menyentuh tangan salia, salia membalas sentuhanku dang menggengam tanganku dengan lembut. Memang tangan perempuan benar-benar lembut hingga kami berdetak kencang. Aku benar- benar terima kasih kepada kedua orang tuaku saat aku bertemu di mimpiku. Harus tetap bersama singga kedepan nantinya.
Di depan asrama aku membuak pintu dan meliahat kamar yang begitu berantakkan. Wajahku melilik Salia dengan senyuman kesalku.
"Aku benar-benar minta maaf Satosh…"
"Tidak usah pikirkan biar aku saja yang membersihkan, kamu mandi saja ya?"
Salia meminta maaf kepadaku karena dia benar-benar bersalah atas kamar kami berantakkan sajak aku tinggal di rumah sakit.
Aku dan Salia masuk ke kamar, Salia masuk ke kamar mandi untuk mandi karena aku yang meminta kepadanya dan aku membersihkan kamar. Apa salia belum terlatih tentang kebersihan, dia bersih saat bersamaku? Aku memisahkan pakaian dan sampah agar pakaian masukke mesin cuci.
Kamar ini memang luas karena kamar ini di desain untuk berpasangan. Akhirnya selesai juga membersihkan kamar ini tanpa bantuan sama sekali dari Salia. Salia selesai mandi menuju lemari pakaian, pakaian kami menyatu karena supermarket disana tidak menjual lemari pakaian terpaksa kami saling berbagi tempat.
"Hei berbaliklah aku mau mengenakan pakaianku!"
"Berbaliklah!"
Setelah aku diminta berbalik badan aku melihat Salia mengenakan pakaian pesta yang telihat cantik dan wajah salia memerah karena dia agak malu saat memamerkan gaun kepadaku.
"Kamu benar-benar cantik?"
"Terima kasih, aku ingin memamerkan kepadamu sebelum pesta di mulai."
"Pesta apa?"
"Pesta keberhasilan melawan DETA dan kesembuhan dirimu karena kamu anak generasi pertama yang memiliki kekuatan sigma."
Salia memberi tahukan acara pesta yang dilakuan sekolah setelah melawan DETA dan saat ini aku dirayakan ke sembuhanku.
Di sinilah mulai hening, kami saling malu dalam berhadapan. Apa mungkin hati kami mulai menyatu dengan cepat. Aku mengentuh pipi Salia yang lembut. Salia membalas dengan memengang taganku hingga malam hari. Tepat jam 7 malam aku sudah bersiap untuk mengikuti cara pesta di dalam gedung olahraga. Aku meliat dari jendela banyak orang menuju gedung olaharaga, benar perkataan salia ucapkan.
Pesta yang di adakan oleh sekolah mengenang keberhasilan belawan DETA. Sampai disana aku melihat banyak orang yang menikmati pesta.
"Imi minumannya?"
"Terimakasih."
Salia memberikan minuman kepadaku samabil menunggu acara di mulai, sekitar beberapa menit berlalu datang pembawa acara pesta yang berda di atas panggung.
"Selamat atas keberhasilan kita melawan DETA dan kita ucapkan selamat atas kesembuahan Satoshi Kentaro. Mari kita bertepuk tangan!"
Pembawa acara itu memberikan tema acara pesta, semua orang bertepuk tangan karena keberhasilan yang mereka lakukan dan kesembuhanku.
"Jangan senang dulu Satoshi, mungkin ini jebakan."
Salia bemberitahuna keadaan untuk aku agar tidak mudah di pancing orang lain.
Aku dan Salia menikmati pesta walaupun kami masih memperhatikan perilaku orang- orang.
"kami turut senang Satoshi karena kamu di rayakan, anak dari generasi pertama."
Datang empat orang yang menghampiri kami berdua, salah satu dari mereka perempuan mereka adalah kelompok Maria dan para ketiga ownernya pria sedangkan salia menjauh.
"Terima ka…"
"Tidak usah berterima kasih. kami masih ingin mengalakan kalian tapi kami tetap akan bisa melawanmu, anak generasi pertama."
Mereka pergi meninggalkan kami berdua sambil melambaikan tangan.
Sekitar satu jam berlalu aku mendengar ada alunan musik sebelummya tidak ada. Salia menariku untuk mengikuti dansa. Aku tidak mengerti tentang dansa sebelumnya aku hanya sekolah swasta di jepang. Sebelumnya aku pernah menikutinya tapi aku tidak ikut menari .
"Apa kamu belum pernah menari sebelumnya?"
"Iya aku selalu tidak mengikuti acara ini."
Salia mengetahuiku karena aku tidak bisa menari dan aku memberitahuan kepadanya.
"Cobalah kamu ikuti gerakanku kalo tidak kamu tidak perlu menari disini juga ada beberapa orang tidak bisa bepertimu."
"Terima kasih."
Salia mengajarkanku berdansa sambil mengikuti alunan musik. Aku berteima kasih karena dia mengajarkanku menari.
Aku terus mengikuti gerakannya sesuai dia arahkan oleh dirinya. Senenjak sebulanberlalu aku dan Salia tinggal bersama dan menjalani hidup sepasang kekasih yang sudah di resmikan oleh kepala sekolah.
Aku terus mengikuti acara yang di adakan hingga pesta itu selesa jam 12 malam. Dalam perjalanan kembali ke asrama Salia mulai ke dinginan karena udara malam aku memberikan jasku ke Salia agar dia tidak kedinginan. Setelah memberikan jasku kepadanya, Salia tersenyum padaku dan menggenggam tanganku.
"Apa kamu mau ingin sesutu di dalam diriku?"
"Hah, apa maksudmu?"
"Tidak kok,lupakan saja."
Aku tidak mengerti apa yang di katakan tentang dirinya.
Wajah nya berubah memerah setelah mengatakan sesuatu padaku tapi aku masih belum mengerti perkataannya. Sebelum sampai di asrama aku membelikan minuman coklat digin di mesin minuman. Kami duduk di bangku taman tidak jauh dari mesin minuman. Salia menyandarkan badannya ke badanku sambil meminum coklat favoritnya.
"Aku ingin mengan…anakmu Satoshi."
"Tadi kamu bilang apa Salia?"
"Tidak jadi kok aku hanya berbicara sendiri saja."
Salia menulang lagi seperti yang tadi tapi perkataan berbeda tapi maksudnya sama.
Selesai menghabiskan minuman aku dan Salia melanjutkan perjalanan menuju asrama, samapai di asrama kami saling melepaskan pakaian berbeda tempat Salia di kamar mandi sedangkan aku di kamar. Setelah mengganti pakaian tidur kami tidur bersama di satu tempat tidur. Besok sekolah di liburkan hingga 3 hari kedepan. Aku dan Salia tidur sambil menggengam tangan hingga kami terlelap.
Hari kedua libur, pagi ini sekitar jam 9 pagi kami berkencan dan Salia mendapat izin untuk pergi ke luar nengeri. Banten suatu daerah di indonesia Sebelum berangkat kami mendapat izin dari kepala sekolah selama 2 minggu. Kami sudah menyiapkan barang untuk menginap disana, untuk mudah tinggal disana kepala sekolah sudah menyiapkan dokumen kami berdua agar kami tidak terkena masalah saat berada di sana dan sudah meniapkan khusus untuk kami. Pesawat yang kami gunakan pesawat khusus sekolah.
Kami sudah mulai pacaran sejak sehari pertama liburan, Salia menceritakan tentang adiknya yang tinggal di Banten. Makanya dia mengjenguk adik laki-lakinya. aku menayakan tentang adiknya Salia berbicara seperti orang kebingungan dan gemetar. Aku mendengarkan percakapan dengan adiknya dua hari yang lalu saat pesta kemarin. Sebenarnya adiknya adik tiri dari perempuan lain. Ayahnya memiliki 2 istri tapi isri dari adiknya meniggal dan akhirnya dia menikah lagi sengan perempuan janda muda yang sudah memiliki anak permpuan. Mereka berdua berbeda 2 tahun, yang muda adik Salia. Ayahnya bekerja sebagai pemilik perusahaan terkenal yang bernama Vi Azenal. Nama perusaan ini di ambil dari nama marganya .
Kami sudah siap untuk berangkat ke banten, pesawat yang kami naikin akan turun di bandara Sukarno Hatta tanggerang dan menaiki kereta bandara yang menuju kampung halamannya disana kami di antar salah satu teman adiknya. Perjalan ke indonesia membutuhkan waktu 2 hari. Dalam perjalanan kesana seperi biasa aku mendengarkan musik saat perjalanan maupun sedang bosan. Salia menarik sebelah earpohoneku dan ikut menderkannya hingga tertidur pulas. Aku masih belum mengantuk hingga menjelang malam.
Malam hari sekitar setengah enam aku dan Salia menyantap makanan yang sudah oleh peramugari. Salia tidak mau menyantap makanan karena dia menukukai makanan buatanku.
"Kumon Salia makanlah yang ada! Aku akan buatkan nanti."
"Kamu akan buatkan aku makanan?"
"Aku janji buatkan kamu makanan selesai liburan."
"Kamu akan janji kan?"
"Aku janji kepadaku."
"Baiklah."
Akhirnya Salia mau makan yang di berikan pramugari tersebut, walaupun dia merasa mengganjal pikirannya.
Selesai makan kami melanjutkan mendengarkan musik hingga hari kedua. Hari kedua kami sampai di bandara Sukarno Hatta dan menuju keluar dari bandara. Di bandara sudah di jemput oleh seorang pengemudi perempuan.
"Apa kalian berdua dari sekolah Reizen?"
"Iya kami berdua."
"Silahkan masuk ke mobil!"
Setelah menanyakan kami dari sekolah dan kami di minta untuk masuk ke mobil tersebut. Mobilnya begitu mewah sekali berbeda denganku sejak dulu aku hanya menaiki sepeda terkadang berjalan kaki ke sekolah.
Perjalan ke tempat tinggal Salia benar-benar jauh. Tempat tinggal Salia menanjak ke atas dan jalannya hanya cukup satu truk besar. Aku meliaht pantai yang sangat dekat dengan pantai. Hampir 3 jam di perjalana akhirnya kami sampai di tempat tinggal Salia. Tempat tinggal benar-benar besar dan luas, dilihat seperti desain kastil yang cukup megah.
Gadis itu membukakan pintu yang cukup lebar, dibalik pintu ada seorang laki-laki yangmenyambut kami berdua.
"Selamat datang Kakak dan ini Ownermu ya kakak?"
"Perkenalkan namaku Satohi Kentaro? Aku patner Salia."
"Silahkan kalian masuk!"
Setelah memperkenalkan diriku laki-laki itu mempersilahkan masuk.
Badan Salia mulai begetar saat memulai masuk ke rumahnya. Aku meliat dalam rumah yang begitu megah juga.
"Silahkan kalian duduk dan silahkan kalian santap makana yang kami siapkan"
Datang pelayan yang membawakan hidangan makanan mengunakan kereta dorong. Kedua maid meletakkan hidangan di hadapan semua orang yang duduk di ruang makan.
"Silahkan kalian menyantapnya. Oh iya aku lupa memperkenalkan diriku kepadamu. Namaku Puttra vi Azenal aku adik tiri Salia. Panggil aku puttra saja."
Aku kaget mendengar perkataan yang di ucapkan oleh laki-laki itu. Dia ternyata adik tiri Salia.
"Aku mendapat rumor, kamu adalah anak generasi pertama. Generasi kedua dan generasi tiga tidak bisah bersaing dengan generasi pertama tapi generasi ketiga sedikit lagi bisa bersaing. Kamu sudah berpasangan dengan kakakku?"
"Iya, yang kamu ucapkan itu benar."
Sepertinya puttra selesai makan makanya dia berdiri. Aku juga selesai makan bersamaan dengan Salia.
"Mari aku ajak kamu keliling!"
"terima kasih."
Puttra mengajakku berkeliling sekitaran rumahnya dan saling berbicara membahas sesuatu.
"Aku pernah mendengar dari berita internasional, kamu berhasil mengalahkan DETA di tengah samudra pasifik utara."
"maaf aku tidak tau soal itu tapi perkataanmu memang benar."
"Ingin bertaya tentang sekolahmu saat di terima disana. Aku mendengar para warga di sini. Sekolah yang berada di laut jepang sangat mewah tapi sangat sulit di terima karena tidak memiliki kekuatan khusus. Orang kaya di indonesia tidak berhasil memasukkan anaknya ke sekolah yang berada di laut jepang karean tidak memiliki kekuatan sigma tapi aku berhasil masuk dengan mudah karena aku memiliki kekuatan tersebut karena ayahku."
Puttra membahas diiriku dan dan tengtang sekolah disana maupun dirinya. Aku mengerti perkataanya yang dia maksud.
"Aku bertanya tentang hubunganmu dengan kakakku?"
"Aku dan Salia berpacan."
"Apa kamu sudah melakukan lewat batas?"
"kami tidak sampai ke arah itu. Kami hanya selalu berkencan."
"O-oh begitu baguslah. Kalo kalian melewati batas sangat bahaya."
Puttra bertanya kepadaku tentang hubunganku dengan Salia. Aku dan Salia hanya berpacaran dan tidak melewati batas bertebihan.
Waktu terus berjalan aku dan Puttra kembali ke rumah Puttra, sudah menjelang malan. Puttra membawaku keruang makan untuk menyantap makan malam disana sudah ada salia dan kedua gadis yang satunya duduk bersebelah dengan Puttra. Seperti sebelumnya aku duduk bersebelahan dengan Salia.
Saat aku menyantap makan yang sudah sajikan dan melirik lengan kiri Salia yang begetar, apa mungkin…
"Aku tidak nafsu makan, aku mau ke kamarku."
"Silahkan."
Puttra mempersilahkan Salia untuk masuk kekamarnya karena dia tidak nafsu makan. Aku masih heran dengan Salia yang tidak mau makan.
Ruang makan di lantai 2 sedangkan kamar lantai tiga. Tangga lantai 1 cukup luas dan banyak hiasan asal indonesia. Dari tangga lantai satu menuju lantai dua memiliki dua ruangan, kedua ruangan tersebut ruangan makan dan ruangan dapur. Lantai tiga memiliki lima kamar, dari kelima kamar dua kamar untuk tamu dan ketiga kamar para keluarga. Kamar Salia berada paling ujung koridor ke arah kiri dari naik. Kamar Salia bersebelah dengan kamar orang tuanya dan sebelahnya kamar adiknya Puttra.
Selesai makan aku di antar ke kamar tamu yang dekat dengan tangga yang menuju lantai tiga. Di dalam kamar sudah tersedia kamar mandi dan toilet. Isi kamar yang sangat mewah mirip dengan khas kerajaan Eropa.
"Silahkan nikmati malam ini."
Maid itu mepersilahkanku ke kamar yang sudah di siapkan oleh maid tersebut.
Aku masih kepikiran dengan mereka berdua, mereka saudara tiri tapi yang anehnya Salia bergetar saat memasuki rumah hingga dia tinggal dan Puttra tersenyum saat melihat Salia.
Selang seminggu liburan aku selalu mendapatkan sepotong kertas di bawah pintu. Ada seseorang menuliskan minta tolong kepadaku. Pagi hari sebelum pelayan itu membagunkanku aku menemukan sepotong kertas saat aku membukanya bertulisan mintan tolong kepadaku. Tulinyan begitu rapih seperti tulisan Salia, sebelumnya saat tinggal di asrama Salia selalu menuliskan permintaanku sebelum dia berangkat ke sekolah. Tulisan itu diberi tanda S setiap malam.
Di hari kamis seminggu yang lalu aku melihat leher Salia berbekas kecupan. Kecupan itu mulai perasaan aneh kepadaku setiap sarapan, pada siang hari bekas kecupan itu hilang.
Minggu kedua aku mulai mencari apa yang aneh dengan Salia. Pagi hari sekitar jan 8 aku di ajak berjalan-jalan bersama, Salia tidak berpegangan taganku sejak dia kembali pulang. Kami berdua berkeliling meliahat rumah-rumah warga, para warga saling mengobrol yang aku bingung tentang bahasanya.
"Itu bahasa sunda, disini terkenal bahasanya yang kental dengan sunda."
"O-ooh begitu, apa kamu bisa?'
Salia hanya menggelengkan kepala saat aku bertanya. Salia memberitahukan bahasa yang di gunakan warga tersebut.
Siang hari kami pulang ke rumah Salia untuk makan siang. Saat sampai di depan gerbang kami berpapasan dengan adik Salia.
"Kalian berjalan-jalan, Salia telah ini pemeriksaan!"
"Iya, tuan Puttra."
Puttra meminta Salia untuk memeriksakan dirinya tapi ada yang sangat mengganjal diriku bendengar perkataan kecil.
"Tuan Puttra." Bukannya itu panggilan untuk panggilan pemilik, kenapa Salia mengucapkan itu kepada adiknya sendiri.
Malam hari sekitar setengah 7 malam, di ruang makan aku hanya sendiri bersama satu pelayan.
"Tuan puttra dan Nyonya Salia sedang tidak badan, kamu tidak boleh ke kamarnya ini permintaan Tuan Puttra."
Aku di minta oleh pelayan tersebut untuk tidak mengunjungi kedua kamar. Aku mulai penasaran dengan mereka berdua, apa mereka melakuan suatu hal yang aneh.
Tengah malan aku menuggu sepotong surat datang ke kamarku. Benar perkiraanku sepotong kertas datang. Tapi yang anehnya tidak ada orang sama sekali saat aku membuka pintu, sebentar Salia punya kekuatan sigma, kemungkinan saat berada dikamar dia menulis ini.
Aku menggunkan sihirku untuk kembali asal di masa asalnya. Aku mengikuti arah kertas berasal sampai di depan pintu kamar Salia.
"Transfer magic Salia vi Azenal."
Aku mencoba untuk menyatukan sihirku Salia, sebelumnya aku sudah pernah mengtrasfer kekuatanku salia maupun mengduplikat kekutannya agar aku bisa melindunginya.
Aku berasakan yang aneh seperti ada menyentuh sesuatu di bagian kakiya yang di setuh oleh tangan seorang laki-laki. Tidak begitu lama aku mendengar suara hendusan mereka bedua secara bersamaan
"Seharusnya kamu tidak berpacaran ini perintahku."
"Maafkan saya Tuan Puttra?"
"Aku tidak maafkan sebelum kamu mengandung diriku".
Aku kaget mendengar percakapan mereka. Aku pernah mendengar perkataan kecil saat pulang dari pesta sekolah.
Apa kau harus lakukan? Aku sudah berjanji untuk saling melindungi hingga kami berakhir. Mulailah aku menolong Salia. Aku melalukan sihir lagi membuat sepotong kertas menjadi pisau. Setelah di buat dengan sihirku aku mencoba melemparkan ke wajah pria yang bersama Salia. Aku mendengar suara seperti adiknya, aku tidak menyangka suara itu saat mereka bercumbu.
"Siapa yang melakukan padaku?"
"Tuan kenapa?'
Mereka berdua kaget karena aku melemparkan kertas ke arah Puttra.
Pintu dibuka oleh Puttra, putra gaget melihata diriku di balik pintu.
Aku memukul wajahnya karena aku kesal dengan perbuatan yang dia lakukan. Dia juga menbalas pukulan hingga aku dan Puttra jatuh dari jendela. Aku Terus bertarung dengan Puttra tampa menggunakan sihir. Selang waktu hingga pagi dan turunlah hujan yang sanagat deras.
"Mari kita bertarung dengan menggunakan sihir!"
"Tentu saja aku ingin Salia kembali padaku dasar mesum."
"Ooh baiklah, Luca Vonric kemarilah!'
Ternyata gadis itu yang pernah mengantar kami ke rumah Salia. Puttra memang adik yang jahat kepada kakaknya sendiri hingga aku ingin bertarung dengannya.
"Salia Miyuki vi Azenal bantu aku!"
"Maafkan aku Satoshi."
"Dengarkan dia tidak mau denganmu."
Aku memanggil Salia untuk membantuku untuk bertarung dengan adiknya sendiri tapi Salia menolakku untuk ikut bertarung denganku.
"Transfer magic Salia vi Azena."
"Kamu tidak akan bisa mengambil kekuatannya."
"Aku sudah mengerti tentang dirinya hingga aku terus berusaha untuk melindunginya."
Puttra hanya tertawa dihapanku tapi aku tetap teguh untuk melindungi Salia
Aku mengangkat tanganku di hadapan Salia untuk mengambil kekuatanya demi melindunginya. Setelah mengambil kekutan sigma Salia aku memulai pertarungan ini, rasanya seperti kesedihan yang dia alami sejak kecil dan pada akhirnya Salia bahagia denganku saat kami bertemu.
Aku tidak melawan dengan luca karena kekutan salia benar-benar berbeda. Aku akan coba membagi kekutanku dengan kekutan sigma milik Salia yang aku ambil, tapi tetap saja aku tidak bisa menyerangnya. Dia penggerakkan seperi assasin.
"mode assasin boster Salia vi Azenal."
Aku mengubah mode kekuatanku dengan assasin untuk bisa mengalahkan patner Puttra.
Ternyata begitu dia melakuan kekutan assasin tapi aku masih bisa bertahan dari serangan untuk megetahui batasan serangan.
Aku lelirik salia yang sedang kebinggan dengan dirinya untuk memilih antara aku dan adiknya.
"Maaf adikku aku lebih memilih dengan pasanganku karena dia selalu mendukungku dan dia selalu baik kepadaku setiap aku inginkan."
"Terima kasih Salia, kamu telah memilihku?"
Salia membantuku untuk mengalahkan Luca. Aku benar-benar terima kasih karena Salia telah memihku.
Aku membali mundur untk tidak bertarung sekaligus. Salia mengeluarkan sihir sigmanya yang telah aku berikan separuh kekutanku yang tersisa.
"Salia vi Azenal aku perintah kepadamu untuk mengalahkan Puttra dan patnernya!"
"Baiklah Owner."
Aku memerintahkan Salia untuk mengalahkan Puttra dan Luca.
Kami berdua saling membantu untuk mengalahkan mereka berdua. Salia bertarung dengan Luca sedangkan aku bertarung Puttra. Baru sekali pukul luka mau menyerah.
"Apa ini kekutanmu?"
"Aku yang paling kuat darimu."
"seharusnya laki-laki itu bisa melindungi bukan untuk melakuan berlebihan."
Setelah berbicara sedikit aku memukul bagian perutnya hingga terpental dari seranganku.
"Salia saatnya kita satukan sigma kita!"
Aku meminta Salia untuk menyatukan kekutan sigma agar bisah mengalahkan kedua pasangan itu.
"Boster tank, fire..."
Aku dan salia menembakkan kekuatan sihir ke arah Puttra dan Luca. Mereka berdua terkena serangan dari kami berdua yang sangat kuat yang hampir setara serangan DETA.
Akhirnya kami berhasil mengalahkan mereka berdua tapi para penduduk disana kaget seteh melihat tembakkan yang sangat besar.
"Aku mengaku kalah, kamu boleh bersama dengan kakakku."
"Terima kasih."
Pada akhirnya Puttra mengaku kalah kepadaku dan Salia. Aku mengulurkan tanganku di hadapan Putra.
"Benar perkataan Kakaku, kamu orangnya sangat baik apa lagi kamu sanngat mencintai seseorang."
"Tida kok, kedua orang tuaku yang mengajarkanku tentang hal ini."
Aku menarik lengannya hingga Puttra bagun dari berbaringnya. Aku menariknya dengan senyuman. Disilah kami mulai bersahabat.