Tinggal bersama Jung Lian? Kepala Risa berdenyut mendengar penjelasan Lian, walaupun semua ini demi Kevin tapi jika dipikir lagi Risa tidak punya kesempatan menolak lebih dari lima puluh persen.
Kehidupan Lian bukanlah urusan dirinya, begitu pula dengan kehidupan Kevin, Risa tidak punya pengaruh apapun untuk kehidupan mereka berdua dan seharusnya dengan senyum mengembang Risa bisa menolaknya permintaan, ralat mungkin itu termasuk perintah.
Tapi lihat sekarang, Risa tak lebih seperti tikus yang ketakutan berada di sarang ular, keringatnya menetes tepat di pipinya, Lian berdiri dihadapannya mempersempit jarak diantara keduanya.
"jadi bagaimana?"
"Aku menolaknya"
semoga saja Lian tak mendengar getar dalam suaranya.
"itu sudah jelas jawabannya, kamu bisa mencari orang lain. Aku yakin akan banyak perempuan mengantri hanya untuk menjadi ibu dari anakmu"
"Tidak" ucapan Lian membuat alis Risa terangkat, sejak awal pria itu di depannya memang pemaksa.
Risa bahkan tidak habis pikir bagaimana Lian mengetahui segala hal tentangnya, padahal baru kemarin bertemu, sudah jelas pria itu pasti menyelidiki asal-usulnya Risa, tapi untuk apa?
"jadi mana yang akan kamu pilih?" tanya Lian lagi, seharusnya Risa bisa membuat ini mudah hanya dengan mengatakan 'ya' sejak awal.
"kamu tidak membiarkan aku untuk memilih" Risa menjerit frustasi.
"aku sudah memberikanmu pilihan, bukan?"
"tidak, kamu hanya mengatakan, 'kamu bisa menjadi ibu dari Kevin dan tinggal bersamaku, atau menjadi Ibu Kevin meski kamu bukan tipe perempuanku yang ingin aku ajak tinggal bersama tapi demi Kevin aku akan menekan egoisku' "
Risa mendengus kesal, harga dirinya sedikit terluka saat beberapa saat lalu Lian berucap seperti itu.
"coba jelaskan dimana aku bisa memilih?"
"kamu gadis bodoh, itu justru sebuah pilihan!"
"ha? pilihan yang menyuruhku untuk tetap tinggal bersamamu?"
Risa terus berucap seraya tertawa mengejek, Lian mengangguk membenarkan, dia mengamati setiap ekspresi wajah Risa.
"kita cari win win solution?"
"tidak, win win solution itu pasti hanya menguntungkanmu" ucap Risa dengan tegas.
"kamu boleh meminta apapun yang kamu mau"
"aku tidak membutuhkan apapun, hidupku sudah cukup terpenuhi semuanya aku tidak membutuhkan apapun darimu" Risa berbicara dengan begitu percaya dirinya.
"kamu harus mau" ucap Lian tegas, Risa harus mau melakukan ini demi Kevin, dan Lian tak ingin melihat anaknya bersedih.
"dia sedang menunggumu sekarang dirumah sakit, Kevin takut kamu tidak kembali"
Risa termenung, dia teringat janjinya yang tak akan meninggalkan Kevin, anak itu terlihat begitu menyayangi Risa, Kevin tak ingin kehilangan ibunya lagi.
"temuilah dia sore ini, aku bilang kamu akan kembali sore nanti" suara Lian kali ini terdengar lebih lembut.
"baiklah demi kevin, tapi aku mempunyai beberapa syarat, aku akan memikirkannya lebih dahulu" Risa berpikir tak ada salahnya membantu kevin, ini demi kevin bukan demi pria sombong arrogant.
"baiklah akan kuturuti semua keinginanmu"
"kamu tidak akan menolaknya bukan? Bagaimana jika aku minta seluruh hartamu, atau sebagian saham-mu, lalu aku akan menjualnya"
Risa mencoba berpikiran picik, padahal dia sama sekali tidak pernah ingin hal-hal seperti ini, Risa hanya meniru salah satu drama dia nonton, seharusnya pria itu marah dan membatalkan kesepakatan seperti yang ada didalam drama.
"kamu tidak akan bisa melakukannya, menggertakku saja kamu tidak bisa apalagi memerasku" sudut bibir Lian terangkat, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Risa, wajah gadis itu merona.
"Lihat baruku dekati kamu sudah gugup seperti ini, bagaimana bisa gadis bodoh sepertimu memerasku"
Risa menggerutu sebelum akhirnya dia punya kekuatan untuk mendorong Lian.
"aku akan menulis list paling atas, jika kamu tidak boleh memanggilku bodoh!" wajah Risa menunjukan ketidaksukaannya saat Lian terlalu sering memanggilnya bodoh,
"kelinci bodoh" bisik Lian tepat di telinga Risa, pria itu berhasil memblokir pergerakan Risa dalam kungkungan lengan panjangnya.
"sepertinya itu cocok, aku melihat sesuatu dibawah sana bergambar kelinci berwarna biru"
di telinga Risa suara Lian lebih terdengar seperti desahan, pikiran Risa masih mencerna ucapan Lian
'kelinci' berwarna biru? Kelinci berwarna biru? Dalam sekejap Risa merapatkan kedua kakinya
"kamu pria mesum!!"
Seharusnya Risa memarahi Lian, paling tidak memukul kepala Lian, yang dilakukannya malah menyembunyikan wajahnya di dada Lian, pria terkejut kaget saat kepala Risa bersandar di dada bidangnya.
"kamu mempermalukanku, seharusnya sebagai pria baik kamu tidak perlu mengatakan padaku" Risa merengek malu, wajahnya masih disembunyikan di dada Lian
"kalau sudah begini aku pasti akan terus mengingat kejadian ini terus menerus, dan merasa kalau aku adalah memang gadis bodoh"
"kamu terlalu berlebihan, tapi pada akhirnya kamu mengakui kalau kamu adalah gadis bodoh"
tanpa Risa sadari bibir Lian tersenyum tipis.
"kau memanggilku bodoh lagi!"
Lian mengacak rambut Risa.
Dia begitu berusaha mengurangi kecanggungan yang terjadi di antara mereka. Takdir tidak pernah bisa ditebak, Lian tidak pernah menyangka jika dia akan berhubungan dengan Risa, orang asing yang terasa begitu dekat, semuanya seperti sudah direncanakan tuhan.
Pertemuan kevin dengan Risa tidak pernah disangka, tapi tuhan dengan begitu ajaibnya mempertemukan mereka seolah terikat sejak lahir.
********
"Apa?"
"kamu bisa membuatku tuli, Keira!" geram Risa, dia mengaduk-aduk lemon tea miliknya dengan malas, setelah selesai dengan segala urusan di kantor Grup Jung, Risa mengajaknya ke caffe agar Risa bisa menceritakan semuanya.
"kau?" Keira mengendus tak percaya. "tinggal bersama Tuan Lian? apa yang akan kamu katakan pada ayahmu?"
"karena itu aku butuh bantuanmu, aku akan tetap mengaku tinggal bersama dirimu, kamu tidak boleh memberitahukan pada siapapun, termasuk kakakku"
"apa kamu gila?"
"hanya itu satu-satunya jalan, meskipun aku menolaknya dia akan tetap memaksaku"
"aku semakin tidak mengerti ini semua, bagaimana kamu bisa memiliki wajah yang mirip dengan mendiang istrinya"
"entahlah" Risa menggelengkan tidak yakin
"yang jelas ini semua membuatku terjebak dengan pria arogan itu"
"aku harus kerumah sakit setelah ini" ucap Risa, dia kembali meminum lemon tea miliknya.
"lalu apa yang akan aku katakan pada manajer kita " tanya Kiera bingung.
"apa saja terserah kamu" Risa beranjak dari kursinya.
"aku pergi dulu"
"hei! Risa berhenti, aku harus berkata apa?" Keira terus meneriaki Risa, sementara Risa hanya memasang senyum lebar yang menurutnya begitu menyebalkan.