Jam alarm terus berdering dengan sangat nyaringnya, mata Risa masih terpejam tapi tubuhnya bergerak perlahan ke tepi ranjang, tangannya berusaha mencari jam alarm itu yang sejak tadi berusaha membangunkannya.
"aku masih mengantuk!" ucapnya pelan, setelah itu dalam satu hentakan tangan jam alarm itu mati. Tak ada gangguan lagi, Risa ingin melanjutkan tidurnya, dia masih merasa sangat lelah.
Semalam dia sampai di apartemen cukup larut, jika diingat-ingat Risa mungkin baru tidur tiga jam.
"Risa.."
"Risa!!!!"
"Risa, mau sampai kapan kamu tidur? cepat bangun!"
Cinta terus berteriak, dia menggedor pintu kamar Risa secara berulang kali.
"kamu lupa, jika kita ada meeting pagi ini!"
"Risa!!"
"sepuluh menit lagi, please!"
"sepuluh menit lagi, dan kamu akan kehilangan pekerjaanmu"
Risa mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya, bangun dari tempat tidurnya dengan malas membuka pintu kamarnya.
"tunggu 5 menit lagi, aku akan bersiap-siap dulu"
Mulut Cinta terbuka melihat Risa yang baru saja bangun, lima menit lagi? Bahkan Risa belum mandi sementara mereka harus berangkat sepuluh menit lagi, sebelum jalanan kota Seoul terserang kemacetan.
Risa dan Cinta memang sudah tinggal bersama sejak lima bulan lalu, Risa baru saja menyelesaikan pendidikannya di universitas di Seoul enam bulan yang lalu, kebetulan Cinta adalah teman kakaknya, karena saran kakaknya Risa tinggal bersamanya, karena tempat tinggal kakaknya Risa sangat jauh jika dia harus menempuhnya setiap hari.
Karena dari itu ayahnya Risa harus merelakan putrinya untuk tinggal bersama Cinta, lagi pula sejak kuliah Risa sudah tinggal sendiri di Seoul, ayahnya tidak terlalu khawatir karena putrinya bisa menjaga diri dengan baik.
"Cinta ayo!!!"
Risa mengambil tas barunya yang baru dibeli minggu, lalu mengambil heels berwarna merah maroon senada dengan rok tipisnya yang dia pakai.
"untukmu" ucap Cinta, dia menyerahkan sandwich yang dia buat tadi.
"kita pakai mobilku"
"baiklah"
"bagaimana kemarin dengan Tuan Alex?"
"kita mendapatkan kontraknya, meski aku harus mendapatkan masalah kemarin"
Wajah Risa menekuk mengingat kejadian kemarin, bagaimana pria itu menyalahkannya atas apa yang terjadi pada Kevin.
Risa hampir lupa dengan Kevin, apakan anak itu baik-baik saja? Hatinya tersentuh mendengar penuturan Kevin, anak itu sepertinya begitu merindukan ibunya. Bagi Risa, Kevin anak yang menyenangkan terlepas begitu menyebalkan ayahnya.
"menyebalkan, karena ada orang gila arrogant yang menyalahkanku karena anaknya jatuh sakit"
"Siapa?" tanya Cinta santai seolah permasalahan yang Risa hadapi kemarin adalah permasalahan biasa saja.
Kening Risa mengerut, 'siapa?' Risa bahkan tidak tahu nama pria itu yang memarahinya kemarin.
"aku tidak tahu" ucap Risa, dia mengunyah sandwich yang ada di tangannya.
"anaknya bernama Kevin, dia menyangka jika aku adalah Ibunya."
Cinta hampir saja menginjak rem karena kaget
"kamu? Ibunya?"Setelah gelak tawa Cinta menggema.
"usiamu baru 21 tahun, menikah saja kamu belum"
"berhentilah menertawakan ku, kendarai saja mobilnya dengan benar, aku tidak mau mati konyol karenamu" Risa menatapnya tajam dan dingin, tapi Cinta malah semakin tertawa.
**********
"yang benar saja?" Cinta menggeram kesal
"bertemu dengan Jung Lian? Bukankah cukup bertemu dengan Tuan Alex kemarin!"
Cinta hampir saja menggebrak meja atasannya, amarahnya hampir memuncak mendengar penuturan dari managernya.
"ayolah Cinta, aku tahu kalian bisa melakukan presentasi ini, kemarin kamu dan Risa bahkan sudah berhasil membuat Tuan Alex menandatangani dokumen itu"
"masih ada anggota tim yang lain?" Cinta mendesah frustasi.
"sudahlah Cinta dibandingkan terus mengeluh, lebih baik kita lakukan saja" ujar Risa, atasanya akan terus memaksa mereka jika tidak mau, Risa sudah mengenalnya dengan jelas sifat manager itu.
Geraman kesal Cinta hanya membuat Bisma managernya semakin menyunggingkan senyum kemenangan.
"lihat! Bahkan Risa sudah setuju, pergilah segera!"
Jika saja Chery masuk hari ini, tentu Risa dan Cinta tidak perlu melakukan presentasi mengenai tender pembangunan hotel Jung Grup, perusahaannya bergerak dibidang konstruksi, perusahaan raksasa yang mempunyai pengaruh besar di Seoul, tapi perusahaan tempat Risa bekerja begitu memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
**********
Yang bisa menghentikannya Lian dari segala kegilaan terhadap pekerjaan hanya Kevin, hanya puteranya semata wayangnya yang mampu membuatnya melupakan segala kepentingannya.
"Kevin!!" Lian mengusap pelan dahi anaknya
"ayah pergi dulu bekerja, kamu harus cepat sembuh, istirahatlah"
"Ibu dimana?" suara Kevin masih terdengar serak tapi cukup jelas.
"Ibu harus mengambil beberapa pakaian ke rumahnya, dia akan kembali sore nanti" ucap Lian yang tidak jika dia peduli harus berbohong asal puteranya bahagia.
"benarkah? Kalau begitu aku akan menunggu Ibu, diakan tidak tahu rumah kita" mata Kevin menatap lekat wajah Lian, guratan luka jelas tersirat di wajah Lian.
"ya, Ibu pasti kembali sore nanti" pria itu mengecup pelan surai Kevin.
"Yuan" Lian menempelkan benda tipis persegi itu tepat di telinganya, dia harus segera menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.
"tolong bantu aku melacak keberadaan seseorang, temui aku di kantor 30 menit lagi"
"baiklah" suara di seberang sana terdengar lebih santai berbeda dengan ketengangan yang melingkupi Lian, Setelah menelpon Yuan, Lian segera melangkahkan kakinya ke area parkir rumah sakit, supir sudah menunggunya di dalam mobilnya.
"hari ini Tuan harus menghadiri lelang pembangunan hotel terbaru" ucap sang supir itu setelah dia menyalakan mesin mobil.
"baiklah"
Jung Lian, dia bukan pria yang dengan mudah terbawa emosi, suasana harinya akan cenderung tenang tidak menggebu-gebu, dia bisa menyembunyikan sejuta ekspresi dibalik wajah datarnya dan dingin.
Tapi kemarin, di hadapan gadis itu dia tidak mampu mengontrol emosinya hanya karena wajahnya gadis itu benar-benar mirip dengan mendiang istrinya, bahkan Kevin yang hanya melihatnya ibunya dari foto bisa langsung mengenal kemiripan gadis itu.
Suara sepatu pantofel itu menggema, beberapa karyawan yang lewat menunduk memberi hormat pada pria itu "dimana lelangnya?"
"di lantai 16, Tuan semua peserta lelang sudah berkumpul"
Sebut saja dunia ini terlalu sempit, atau tuhan terlalu cepat mempertemukan mereka kembali, Lian tidak mampu menyembunyikan raut keterkejutannya di wajahnya saat mendapati gadis itu menjadi perwakilan salah satu perusahaan yang akan mengikuti lelang itu.
Lian duduk ditempat yang sudah disediakan untuknya, dia bahkan tidak perlu bersusah payah membuka acara lelang ini ketika salah satu pegawainya sudah melakukan itu, matanya sibuk menatap gadis itu, dia membuka beberapa dokumen di depannya.
Risa, gadis berusia 21 tahun perwakilan dari Grup Xian, dalam diam Lian menyerap segala informasi yang disuguhkan di depannya, setelah ini dia harus menemui gadis itu.
*********
"jelaskan sesuatu padaku?" Cinta menatap tajam, menarik Risa kedalam toilet wanita adalah satu-satunya cara cepat mewawancarai sahabatnya.
Risa menggigit tangannya "dia pria arogan yang menyebalkan itu"
"apa?"
"ya, dia pria menuduhku menculik anaknya"
"dan sekarang dia menyuruhnya menemuinya di ruang nya"
"apa yang harus kulakukan Cinta?"
Risa berusaha menyembunyikan ketakutannya, kemarin dia punya sedikit keberanian karena tidak tahu siapa yang dia hadapi sekarang? Bahkan untuk menatap wajahnya saja Risa takut.
Jung Lian, pria itu berusia 27 tahun tapi masih terlihat pria yang berusia 21 tahun, mulut Risa bahkan tidak berhenti menganga saat Cinta menceritakan biografi singkat Lian, pria itu termasuk kedalam 100 orang berpengaruh di dunia. bukan hal yang aneh mengingat Grup Jung adalah perusahaan besar yang mempunyai peran penting di korea.
"temui dia sekarang, sebelum kamu mendapatkan masalah!!"
Tangan Risa mengeluarkan keringat dingin, detak jantungnya tak beraturan seperti biasanya, gadis berambut coklat yang menunggu di depan ruangan Lian menyuruhnya masuk, dalam langkah anggun gadis yang mengenakan blazer hitam itu menuntun Risa masuk kedalam ruangan Tuan Jung Lian.
"duduklah" setelah menyuruh Risa duduk diatas sofa, perempuan itu meninggalkan Risa dalam sejuta kebingungan.
Risa menatap sekeliling ruangan yang cukup luas ini, tidak ini bahkan cukup bisa dikatakan cukup luas untuk dihuni seorang diri.
"Risa" Ucapan itu mengejutkan kesadaran Risa, matanya menatap pria yang baru saja masuk .
"kurasa pertemuan kita kemarin tidak terlalu baik" Lian melangkah mendekati sofa, dia duduk tepat di depan Risa.
"kamu tahu, aku bukan pria yang senang berbasa-basi, kamu ingat kemarin bagaimana putraku kemarin memanggilmu Ibu"
'ya, itu semua karena kebohongan bodohmu' ucap Risa dalam hatinya.
"aku hanya ingin kamu berpura-pura menjadi ibu Kevin, sampai aku bisa menjelaskan kepadanya tentang kepergian ibunya selama kamu berpura-pura menjadi ibunya Kevin"
"kamu gila!" ucap Risa tajam, "aku tidak akan mau"
"kamu harus mau, ini salahmu karena muncul dihadapan Kevin, salahmu juga karena memiliki wajah yang mirip dengan mendiang istriku"
"aku tidak mau, aku sudah memiliki seorang kekasih dan tinggal bersamamu akan membuatnya cemburu. Lagi pula kita tidak saling mengenal"
"kamu tidak memiliki pacar dan aku sudah cukup mengenalmu, kamu anak kedua dari tiga bersaudara" ucap Lian tajam, pria itu berdiri melangkah kakinya ke arah Risa.
"kamu gadis penyuka warna biru, pernah berpacaran satu kali dengan atlet sepak bola di universitas Seoul"
"Apalagi?" Lian berpura-pura memasang wajah ingin tahu sementara Risa diam membeku,
"apakah aku perlu menyebutkan ukuran pakaian dalammu agar kamu merasa bahwa aku sudah mengenalmu?"
"kamu pria gila!!!" ucap Risa dengan tajam