" Apakah itu penting? Berikan cincin gue! Lo udah nyium bibir gue!" ucap Tata.
" Apakah itu artinya aku nggak punya kesempatan buat mendapatkan hatimu?" tanya Valentino. Tata menggelengkan kepalanya, lalu Valentino mengeluarkan kalung yang ada dilehernya dan ternyata cincin Tata dijadikan liontin oleh Valentino. Disematkannya cincin itu ke jari manis Tata, Tata merasakan tubuhnya bagai tersengat aliran listrik saat Valentino mengecup lama jari manisnya. Kenapa sekarang dengan tubuh gue? Kenapa tubuh gue rasanya panas dingin gini? batin Tata. Tata menatap bibir Valentino, kenapa bibir gue rasanya menginginkan bibir dia, ya? Dengan cepat Tata memejamkan matanya lalu melihat kearah lain. Gue harus pergi dari sini, tubuh gue sepertinya sedang sakit, gue nggak pernah seperti ini sebelumnya. Astaga! Kenapa dengan seluruh tubuh gue? batin Tata. Tanpa menunggu lama, Tata berlari menembus hujan yang sudah tidak deras itu. Valentino erkejut melihat perilaku Tata. Apakah sebenci itu dirimu padaku, Reyn? batin Valentino. Kenapa gue jadi pengecut jika di depan dia? Selama ini gue selalu mengusir bahan memaki wanita yang tidak gue suka maupun yang gue suka mendekati gue. Tapi kenapa dengan kamu, aku nggak bisa melakukan itu? batin Valentino frustasi. Dia hanya diam saja tanpa mengejar Tata yang berlari ke parkiran dan masuk ke dalam mobilnya. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan, Tata duduk menenangkan dirinya. Aneh? Kenapa tubuh gue tidak merasakan apa-apa sekarang? Sebenarnya apa yang terjadi dengan gue? Arghhhhhh! Bikin gue frustasi aja! batin Tata memukul kemudi mobilnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Keesokan harinya Tata masuk ke kelasnya, jantungnya dag dig dug nggak karuan, sesekali dia melihat ke arah pintu.
" Lo kenapa, Ta?" Tanya Tiara.
" Iya! Gue lihat lo gelisah banget, Ta?" tanya Harry juga.
" Gue agak meriang! Kemarin gue kehujanan soalnya!" jawab Tata berbohong.
" Good Morning, guys! I ..."
Tata terlihat kecewa karena bukan Valentino yang menjadi dosen penggantinya, tapi orang lain lagi. Kemana dia? Apakah dia sakit? batin Tata. Selama perkuliahan Tata tidak bisa berkonsentrasi, dia memikirkan Valentino yang kemarin kehujanan gara-gara dia. Setelah kelas bubar dia mendekati dosen penggantinya.
" Excuse me, Sir!" sapa Tata.
" Ya? What can i do?" tanya dosennya.
" Where is Mr. Abiseka?" tanya Tata.
" Valentino? He's not well! He get cold, so he can't come!" jawab dosennya. Astaga! Bener dugaan gue, dia sakit! batin Tata. Tata berjalan keluar kelas, dia bingung harus mencari Valen kemana. Lalu dia melewati papan pengumuman kampus, disana terpampang wajah Valen disitu. Ternyata dia adalah salah satu pemilik kampus ini dan dia barus saja dinobatkan sebagai salah satu pengusaha muda tersukses didunia. Disitu ada nama kantornya VA Corp beserta alamatnya. Tata segera pergi menuju parkiran dan membawa mobilnya ke perusahaan Valen. Tata berhenti ditempat parkir dan berjalan ke arah pintu masuk kantor Valen.
" Excuse me!" ucap Tata.
" Can I Help you?" tanya resepsionis.
" I am friend of Mr. Abiseka, and i like to meet him!" ucap Tata.
" He's not here!" ucap recepsionis itu.
" Where' s he?" tanya Tata.
" You said he' s your friend! But you ask me where he is?" ucap resepsionis itu lagi. Tata bingung harus memakai alasan apalagi.
" Nona Tata!" panggil seorang pria tiba-tiba. Tata mengalihkan pandangannya ke pria itu.
" Mr. Ben!" sapa resepsionis itu lalu menganggukkan kepalanya tanda hormat.
" Anda mengenal saya?" tanya Tata heran.
" Nona mencari Bos saya?" tanya Ben.
" Kalo Bos lo Valentino Abiseka! Iya!" jawab Tata tegas.
" Dia sedang sakit!" jawab Ben.
" Apakah parah?" tanya Tata.
" Nona bisa melihatnya sendiri!" jawab Ben. Tata ragu, karena dia baru saja mengenal Valen, apalagi statusnya saat ini sebagai tunangan orang.
" Bukan saya nggak mau, tapi rasanya tidak pantas seorang gadis yang telah terikat datang menemui laki-laki di rumahnya!" tutur Tata. Hmmm! Gadis yang menarik! batin Ben.
" Sebenarnya gue juga nggak tahu kenapa gue ada disini!" ucap Tata.
" Kenapa Nona ada disini?" tanya Ben.
" Entah! Tiba-tiba saja gue sudah ada disini! Gue cuma mau minta maaf sama Valent! Karena gue dia jadi sakit!" tutur Tata dengan wajah sedih.
" Kenapa Nona tidak mengatakannya sendiri?" tanya Ben.
" Gue rasa nggak perlu! Anda saja yang bilang! Permisi!" ucap Tata lalu dia pergi meninggalkan Ben yang menghubungi seseorang.
" Halo, Bos! ...Nona Tata baru saja ke kantor! ...Dia minta maaf karena sudah membuat Bos sakit! ...Sudah! Tapi dia bilang tidak pantas! ...Karena dia telah bertunangan! ...Dia sudah pergi, Bos! ...Bos! Bos tidak apa-apa? ...Maaf, Bos!"
Ben menutup panggilannya. Bos benar-benar sudah jatuh cinta! batin Ben.
Sementara itu di sebuah penthouse, Valen yang sedang terserang flu berat marah-marah karena Tata tidak mau mengunjunginya, padahal Valen sudah berhujan-hujan demi melindungi dia. Valen memang bertubuh tinggi besar, tapi kelemahannya dari kecil adalah dia tidak bisa terkena hujan keras, karena tubuhnya pasti langsung mengalami flu berat. Padahal meskipun dia berada di ruangan berAC yang cukup dingin, tubuhnya bisa menyesuaikan diri dan telah terbiasa. Sungguh penyakit yang aneh menurut Valen dan itu tidak juga sembuh meski dia sudah beranjak dewasa. Valen bersin-bersin dan hidungnya juga mengeluarkan ingus bening. Dia sudah memanggil Gerry untuk memeriksanya dan memberikannya obat, tapi memang flu Valen ini tidak akan sembuh begitu saja, jika tidak dialami selama 4 hari.
" Apa tidak ada obat di dunia ini yang bisa mengobati flu ini? Percuma gue bayar dokter hebat kayak lo, kalo ngobatin flu gue aja lo nggak mampu!" cerca Valen pada Gerry yang hanya geleng-geleng kepala.
" Sebenernya lo frustasi karena flu lo ato karena hal lain?" sindir Gerry sambil menaikkan sedikit ujung bibirnya.
" Minta mati lo?" ancam Valen.
" Gue cabut! Dasar bucin!" ejek Gerry lalu pergi meninggalkan sepupunya itu.
" Awas lo! Jangan harap Raisa mau sama lo!" ancam Valen.
" Nggak usah bawa-bawa dia! Dasar ababil!" sahut Gerry tanpa menoleh ke Valen.
" Arghhhhhh! Reynnnnnnn!" teriak Valen.
Tata tersentak di dalam kelasnya, seakan ada yang berteriak memanggil namanya. Dia menatap kesekeliling ruangan, tidak ada yang melihat ke arahnya, semua sedang mengerjakan tugas. Tata hanya geleng-geleng kepala lalu menepuk kepalanya. Sejenak dia teringat Valen, bagaimana keadaan pria itu? Apakah baik-baik saja ato gimana? batin Tata. Dia heran, kenapa dia selalu kepikiran pria itu? Padahal mereka baru saja kenal, apakah karena dia telah menciumnya? Arghhhhhh! Gue bersalah sama mas yusman. Seharusnya gue nggak boleh dekat-dekat dengan pria manapun. Gara-gara cincin ini! batin Tata sambil menatap cincinnya. Stop! Cukup sampai disini! Semua ini harus dihentikan! batin Tata.
" Halo, mas! ...Iya! ...Sudah, baru aja! ...Sama Tiara! ...Nggak! ....Iya! Papi gimana? ...Baguslah! ...Iya! ..Ok! ...Daaaa!"
Tata menutup panggilan dari Yusman, dia sedang jalan sama Tiara ke sebuah mall dan membeli buku, kemudian mereka mampir makan di foodcourt.
" Renata Wardani?" sapa sebuah suara. Tata menatap orang yang menyapanya.
" Bastian?" sahut Tata.
" Apa kabar?" tanya Bastian.
" Baik!" jawab Tata.
" Boleh duduk?" tanya Bastian.
" Boleh!" jawab Tata.
" Kenalin, ini Tiara temen gue! Tiara, ini Bastian temen SMA gue!" ucap Tata memperkenalkan mereka.
" Ini Terry, kakak gue! Kak, ini Renata! Temen gue SMA dulu!" ucap Bastian.
" Oooo...ini toh yang namanya Renata! Pantas aja! Kamu cantik banget!" puji Terry.