" Apa? ...Lo yakin? ...Bagaimana keadaannya? ...Astaga! Ikuti dia! Gue nggak mau dia sampe berbuat yang aneh-aneh!"
Valen menutup Ponselnya yang baru saja bergetar saat Ben menelponnya dan orangnya mengabari tentang Tata. Flu sialan! Gue jadi nggak bisa apa-apa! batin Valen. Dia memikirkan keadaan Tata yang keluar dari RS setelah dari dokter jantung. Apakah kamu sakit jantung, Reyn? Aku akan melakukan apa saja untuk membuat kamu sembuh! batin Valen. Akhirnya dia nekat untuk pergi menemui Tata di kampusnya walau keadaannya masih belum sembuh total. Diraihnya kemeja dan jasnya setelah dia memakai celana panjang. Hidungnya terlihat sangat merah dan terlihat cairan bening sesekali masih keluar dari hidungnya. Valen mengambil kunci mobilnya dan keluar meninggalkan penthousenya. Dia membawa mobilnya membelah jalanan di kota SZ, perasaannya tidak karuan memikirkan Tata.
Tata ternyata tidak ke kampus, dia memilih beristirahat di apartementnya karena merasa lelah memikirkan kesehatannya. Dia tertidur sementara Valen kembali ke penthousenya dengan perasaan kecewa, walau dia tahu letak apartement Tata, tapi dia tidak mau Tata membencinya jika dia tahu kalo Valen memata-matainya. Pendirian Valen goyah dengan sikap Tata yang sangat antipati terhadap makhluk yang berwujud laki-laki. Tata adalah seorang gadis yang baik dan sangat setia terhadap pasangannya. Ciuman Valen tidak berarti apa-apa bagi Tata, itu menurut Valen pribadi. Sedangkan Tata menganggap ciuman Valen itu adalah hal yang sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan perselisihan banyak pihak dan Tata anti terhadap hal seperti itu.
Tata kembali masuk kelas keesokan harinya dengan sedikit raut kesedihan di wajahnya.
" Lo kenapa, girl?" tanya Tiara.
" Ya! You look sad!" ucap Harry.
" I am fine! But thanks anyway!" jawab Tata lirih. Kali ini dosen Tata telah kembali dari perjalanannya, jadi dia yang akan mengajar, bukan dosen pengganti lagi. Sekali lagi entah kenapa hati Tata sedih karenanya. Kenapa juga dia balik! Kenapa juga gue sedih kayak gini?! batin Tata. Dia tidak fokus selama kuliah hari ini, pikirannya terpusat pada keadaan jantungnya. Besok dia kembali ke RS itu lagi, guna mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada jantungnya. Memikirkan hal itu Tata jadi gelisah dan was-was.
" Halo, Pi! ...Baik, Pi! Papi gimana? ...Baik! Papi harus jaga kesehatan ya, Pi! ...Iya, Tata juga! ...Mami dimana? ...Nggak usah! Salam aja! ...Iya, Pi! Daaaaa!"
Tata menutup panggilannya, saat seperti ini dia sangat merindukan orang tua dan sahabat-sahabatnya. Tataencoba menghubungi Manda, tapi ponsel Manda sepertinya dimatikan, mungkin dia sedang ada kelas. Lalu dia menghubungi Saras. Ponsel Saras juga sedang tidak aktif, mungkin dia sedang berada di kebun. Dia ingin menghubungi Kenzo atau Atta, tapi diurungkannya niatnya itu, karena Kenzo sangat ember dan Atta? Laki-laki itu saat ini sudah tidak bisa dianggap sahabat sejak dia memiliki perasaan lain padanya. Tata duduk dibawah pohon rindang tempat dia dan Valen bersama saat hujan waktu itu. Entah kenapa langkah kakinya menuntun dia hingga sampai kesana. Tata merasa nyaman berada disini, hatinya terasa tenang dan damai. Tata menyandarkan tubuhnya pada pohon yang besar itu, lalu dia membuka membaca buku kuliahnya. Dilihatnya mahasiswa yang sedang lalu lalang dan merebahkan diri dipadang rumput sambil ngobrol ataupun sambil tiduran dibawah pohon seperti dirinya. Taman ini begitu indah, mungkin ini juga alasan mereka memilih kuliah disini.
Tata kembali ke kelasnya saat bel memanggilnya untuk pergantian mata kuliah. Dengan langkah gontai Tata menuju ke dalam kelas.
Tata telah duduk di dalam ruangan Dr. Frans keesokan harinya, dia kembali meminta izin pada dosennya untuk tidak hadir dikelas.
" Good Morning!" sapa Dr. Frans.
" Good Morning, doc!" jawab Tata.
" Bagaimana hasilnya, doc?" tanya Tata was-was.
" Seperti yang saya bilang, jantung anda sehat! Tidak ada masalah pada jantung anda! Saran saya anda menemui Dr. Renee!" ucap Dr. Frans.
" Siapa Dr. Renee?" tanya Tata antara senang dan tidak.
" Dia psikolog di RS ini!" jawab Dr. Frans.
" Psikolog? Memang hubungannya sama saya, apa?" tanya Tata tidak mengerti.
" Dia bisa menjawab kenapa jantung anda bisa seperti itu!" ucap Dr. Frans. Tata melangkah keluar ruangan Dr. Frans dengan gembira, karena dia dinyatakan sehat, tapi kenapa gue harus ke psikolog? Apa gue udah gila? batin Tata. Ah, biar aja! Yang penting gue sehat dan perasaan itu udah nggak pernah lagi gue alami! ucap batin Tata.
Valen yang telah sembuh dari flu nya bersiap-siap untuk ke kantor.
" Halo, Ben! ...Apa? ...Senang? ...Apa yang terjadi? ...Ok!"
Valen menutup ponselnya setelah Ben menelponnya.
" Apakah gue harus bener-beenr melepas kamu, Reyn?" ucap Valen. Lalu diraihnya jasnya dan dia keluar dari penthousenya dengan perasaan sedih. Valen mampir sejenak ke kampus SSZ, dia akan turun saat dilihatnya Tata sedang bercanda dengan temannya.
" Kamu terlihat bahagia, Reyn! Dan aku nggak mau merusak kebahagiannmu!" ucap Valen lirih.
" Kita ke Negara F! Suruh Bobby handle semua urusan disini!" ucap Valen pada Ben dari ponselnya. Sepertinya Valen telah menyerah akan cintanya pada Tata. Dia hanya memandangi foto Tata yang ada diponselnya yang dijadikannya sebagai wallpaper.
Tata menjalani hari-harinya di kampus dengan tekun, dia benar-benar fokus untuk kuliah dan sedikitpun tidak ada perasaan untuk main-main atau santai. Di tahun pertama kuliahnya dia mendapatkan nilai yang sempurna, karena dia memang termasuk gadis yang pandai. Papinya melarangnya pulang dan mengambil kuliah tambahan untuk mempercepat kelulusannya.
" Mas Yusman gimana, Pi? Tata nggak mau kita ribut! ...Bener, ya, pi! ...Ok!"
Tata melenggang ke kampusnya dan menemui dosennya untuk pengajuan mata kuliah tambahan.
Disaat semua mahasiswa liburan, Tata dan ada beberapa mahasiswa masih tetap melakukan kegiatan perkuliaan.
Sudah hampir sebulan Tata menjalani perkuliahannya dan dia mendapatkan libur satu minggu dari kampusnya disaat mahasiswa baru saja masuk. Tata berencana berjalan-jalan ke kampus SSS, karena dia melihat di internet Lewis sedang mengadakan pameran.
" Tata?" sapa seorang pria saat Tata sedang melihat-lihat foto.
" Lewis?" sahut Tata. Lewis tersenyum menatap Tata, ada kerinduan yang dalam terlihat dari matanya.
" Kamu disini?" tanya Lewis.
" Iya! Gue baca pameran lo di internet, makanya gue kesini!" jawab Tata.
" Mau makan malam denganku?" tanya Lewis. Tata kaget mendengar tawaran Lewis, tapi dia ingin mendengar cerita petualangan lewis selama travelling.
" Ok!" jawab Tata. Lewis berbinar mendengar jawaban Tata. Lalu dia mengajak Tata berkeliling dan menceritakan tentang foto-fotonya. Tata sangat tertarik dengan perjalanan Lewis. Ternyata lewis tidak sedingin kelihatannya, dia sangat baik dan sopan. Tidak seperti Valen! Eh, kenapa juga gue inget-inget dia? batin Tata, dadanya sedikit berdebar jika mengingat Valen. Astaga! Kenapa dada gue gini lagi? batin Tata.
" Kamu nggak papa?" tanya lewis.
" Heh? Nggak! Gue baik-baik aja!" jawab Tata. Seperti yang telah disepakati, mereka makan malam berdua, lewis menjemput Tata di apartementnya.
" Kamu cantik!" puji lewis saat dilihatnya Tata membuka pintu apartementnya.
" Trima kasih! Lo juga tampan!" puji Tata balik. Mereka meninggalkan apartement Tata dan menuju Resto ZZ. Sebuah resto mewah di kota SS dengan dekorasi kuno tapi tampak elegan.
" Bukankah lo pernah memotret resto ini?" tanya Tata.
" Kamu ingat? Kamu memang sangat hebat!" puji Lewis lagi.
" Kebetulan aja foto itu salah satu favorit gue!" jawab Tata. Mereka menikmati makan malam dengan tenang. Tata mendengarkan cerita lewis saat travelling dan mereka kadang tertawa bersama.
" Trima kasih atas makan malamnya!" ucap Tata.
" Aku yang merasa terhormat bisa makan malam dengan gadis cantik sepertimu!" ucap Lewis. Lalu lewis mengecup tangan Tata lalu menatap cincin Tata.