Tata telah mengundurkan diri dari kampusnya saat papinya pulang dari RS dan dia langsung mendaftarkan dirinya ke Kampus SSZ mengambil jurusan bisnis selama 2 tahun. Tata tidak memberitahu siapa-siapa tentang rencananya itu, kecuali keempat sahabatnya.
" Kenapa tiba-tiba, Ta?" tanya Kenzo.
" Papi gue kondisinya sudah agak menurun! Dokter bilang dia nggak boleh berpikir terlalu keras!" jawab Tata.
" Tunangan lo gimana?" tanya Atta.
" Dia nggak tahu! Hanya kalian dan papi gue yang tahu!" jawab Tata. Dan itu adalah kode untuk sahabatnya jika berita ini jangan sampai ada yang mengetahuinya.
" Kenapa bukan dia yang pegang perusahaan papi lo?" tanya Atta masih penasaran.
" Atta! Kenapa sih lo akhir-akhir ini sangat ekstrim terhadap pertunangan gue?" pertanyaan Tata sangat menusuk hati Atta. Semua mata sahabatnya tertuju ke arah Atta.
" Gue cuma nggak mau sahabat gue jatuh ke orang yang salah!" jawab Atta.
" Terus dia harus jatuh ke tangan lo gitu?" sahut Kenzo.
" Kenzo apa'an sih lo?" sambar Saras yang tahu jika Atta suka sama Tata.
" Apa'an sih, Ras? Dia tu berusaha mengambil si Tata dari Mas Yusman! Masa lo nggak ngerasa? Gimana sih?" cerca Kenzo.
" Gue sumpel juga mulut lo!" sahut Manda yang sebel ngeliat Kenzo masih aja ngomong.
" Pada kenapa sih? Kok gue yang jadi sasaran? Orang Atta yang salah!" timpal Kenzo lagi. Aduh nih anak! Lama-lama gue matiin juga! batin Saras yang nggak enak dengan Atta. Dengan cepat Saras menarik tangan Kenzo untuk menjauhi mereka.
" Lo apa'an sih, Ras, pake tarik-tarik tangan gue? Udah kayak kerbo aja! Sakit tau!" protes Kenzo.
" Lo tu ya! Di kode masih nggak ngerti-ngerti juga! Otak lo terbuat dari apa sih, Ken? Masa udah sahabatan bertahun-yahun masih aja nggak paham-paham!" cerca Saras.
" Kode! Kode! Pramuka kalee pake kode segala!" sahut Kenzo cuek.
" Dasar emang mak-mak, ya! Sebel gue!" ucap Saras gemes.
Setelah meyakinkan keadaan papinya baik-baik saja, Tata akhirnya kembali ke Negara S tapi dia pergi ke kota SZ untuk kuliah di kampus SSZ.
Tata menjalani perkuliahan yang benar-benar berbeda dengan apa yang disukainya, tapi dia harus berusaha untuk menyukai bisnis mulai dari sekarang, karena ke depannya dia akan menjadi seorang pengusaha, bukan designer lagi.
Disemester keduanya ini Tata bertekad menyelesaikan mata kuliahnya dengan cepat, karena dia tidak ingin menunda-nunda atau berlama-lama kuliah disini. Tata termasuk mahasiswa yang cerdas, karena nilai-nilainya sangat bagus.
" Good Morning!" sapa dosen pengganti yang baru saja masuk ke kelas Tata. Tata terkejut melihat dosen penggantinya. Dia? batin Tata. Orang yang selama ini dicarinya, tiba-tiba muncul dihadapannya. Tapi tampangnya tidak seperti seorang Dosen? batin Tata.
" As you know that the ..." dosen itu berheni berbicara saat matanya menatap sosok yang sangat dirindukannya selama ini. Sosok yang tak terjangkau olehnya karena dia telah terikat dengan orang lain. Tata membalas tatapan mata dosennya itu, sejurus kemudian dosen itu melanjutkan perkuliahannya. Dalam waktu sejam, mata kuliah dosen itu selesai, Tata sengaja keluar paling akhir dari kelasnya.
" Ayo!" ajak Tiara temannya.
" Lo duluan aja, gue masih ada urusan! jawab Tata.
" Ok! Gue sama Harry duluan!" kata Tiara. Tata menganggukkan kepalanya. Tata menuruni anak tangga karena tempat duduk di kelasnya berbentuk tangga.
" Apa kamu masih penasaran dengan cincin itu?" tanya dosen itu.
" Kenapa sikap lo sangat menyebalkan? Padahal kesan pertama lo di pesawat sangat menyenangkan!" kata Tata marah.
" Kamu belum kenal saya! Saya ..."
" Gue nggak butuh kenal sama lo! Karena gue benci orang-orang munafik!" sahut Tata keras, yang membuat dosen itu tertegun seketika. Kamu benar-benar marah! Kamu sangat mencintai dia hingga kamu seperti ini! batin dosen itu.
" Ikut saya!" ajak dosen itu.
' Nggak!" jawab tata.
" Kamu mau cincin kamu kembali bukan?" tanya dosen itu.
" Ya!" jawab tata tegas.
" Ikut saya! Tenang saja, saya nggak akan menyakiti atau berbuat tidak baik sama kamu! Karena saya bukan pria pemaksa!" jawab dosen itu. Llu dia keluar dari kelas dan dengan terpaksa Tata mengikuti dosennya itu. Mereka sampai di sebuah taman di samping kampus, banyak masiswa yang duduk disitu, dosennya memilih tempat yang agak ke tengah dimana terdapat pohon yang rimbun!
" Kamu suka?" tanya dosen itu. Bohong jika Tata mengatakan dia tidak suka, dia sangat suka sekali! tapi dia gengsi mengakuinya.
" Biasa aja!" jawab Tata dan wajah dosennya berubah kecewa. Mereka duduk di bawah pohon yang rimbun itu. Duduk mereka agak berjauhan, karena Tata merasa jika tidak pantas duduk berdekatan saat dia telah memiliki tunangan. Jantung Tata kembali berdegup kencang saat dia berduaan dengan dosennya seperti ini. Tata lupa kemarin harusnya dia memeriksakan dirinya di RS saat papinya diopname disitu.
" Mana cincin gue?" pinta Tata menatap dosennya dengan perasaan yang tidak dapat dia jabarkan.
" Kamu sangat menginginkannya bukan?" tanya dosennya.
" Iya! Kami kemarin bertengkar gara-gara gue nggak pake cincin itu!" jawab Tata marah.
" Jangan khawatir, cincin kamu aman! Dia selalu dekat d hatiku!" jawab dosennya dan sekali lagi entah kenapa membuat Tata merasa melayang mendengar ucapan dosennya itu. Dialihkannya tatapnnya ke tempat lain, karena Tata takut dosennya melihat perubahan wajahnya.
" Aku akan memberikannya padamu, tapi dengan syarat!" kata dosennya.
" Itu cincin milik gue dan dengan lancang lo mengambilnya, kenapa gue harus memenuhi syarat lo kalo itu adalah hak gue?" ucap tata lantang. Tanpa mereka duga tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, karena sejak pagi cuaca memang kurang bersahabat. Dosennya langsung berdiri dan menarik Tata ke balik pohon yang ternyata disitu ada sedikit kayu yang dapat di gunakan sebagai atap untuk berteduh. Tubuh mereka berdua berhimpitan, tangan dosen Tata masih memeluk pinggang Tata dan tanpa Tata sadari, kepalanya telah bersandar di dada dosennya itu. Hujan membuat keduanya melihat kesana-kemari, karena banyak mahasiswa yang berlarian menembus derasnya air hujan karena tidak ada tempat untuk berteduh. Beberapa saat kemudian mereka berdua baru tersadar jika mereka sedang berpelukan. Tata melepaskan tangannya dari pinggang dosennya, dia takut jika mundur tubuhnya akan kehujanan. Sedangkan dosennya menatap manik mata Tata yang teduh. Entah mengapa Tata memberanikan diri menatap wajah dosennya itu, jantungnya kembali berdetak sangat kencang dan tubuhnya sedikit bergetar. Pandangan mereka beradu, tiba-tiba dosennya itu mengecup lembut bibir Tata yang sedikit bergetar karena kedinginan. Tata merasa dunia berhenti bergerak saat bibir dosennya menyentuh bibirnya. Plakkkk! Tata menampar dosennya karena telah berani menciumnya. Dosennya menatap Tata dengan penuh amarah, tapi dia merasa bersalah karena mencium Tata, walaupun ciuman itu hanya sesaat dan menempel saja, tapi baginya bibir Tata bagaikan minuman yang memabukkan.
" Aku cinta kamu, Reyn!" ucap dosennya lembut dan bagai nada lagu yang syahdu di telinga Tata.
" Tapi gue nggak!" jawab Tata dengan ketus, setelah beberapa saat dia bagai terhipnotis suara dosennya. Tiba-tiba petir menggelegar di udara dan menimbulkan suara yang keras, dengan cepat Tata berteriak dan memeluk dosennya dengan erat dan menyandarkan kepalanya ke dada dosennya itu. Dosennya tersenyum melihat tingkah Tata, dibelainya rambut dan punggung Tata dengan penuh kelembutan.
" Aku ada disini! Kamu nggak perlu takut! Aku akan melindungimu!" kata dosennya lalu membalik tubuh Tata agar bersandar di pohon dan tubuhnya mengungkung Tata agar tidak basah dan terlindung dari petir. Tata membuka matanya beberapa saat kemudian, dia melihat punggung dosennya itu basah kena air hujan.
" Apa yang lo lakukan? Punggung lo basah!" ucap Tata.
" Nggak papa! Yang penting lo nggak kenapa-kenapa!" jawab dosennya.
" Kenapa lo baik banget sama gue, Valentino? Padahal gue selalu marah-marah sama lo!?" ucap Tata pada dosennya.
" Karena aku sayang dan cinta sama kamu, Reyn!" kata Valentino.
" Tapi gue udah punya tunangan dan gue akan menikah 2 tahun lagi!" jawab Tata.
" Apakah kamu mencintai dia?" tanya Valentino sedih.