Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 8 - Karya Yang Bagus!

Chapter 8 - Karya Yang Bagus!

Tata kembali ke lobby galeri, saat melihat pria itu pergi. Naya yang melihatnya langsung mendekatinya.

" Darimana aja lo?" tanya Naya.

" Di pojok sana!" jawab Tata sedikit gugup.

" Tadi gue liat nggak ada siapa-siapa disana!" ucap Naya.

" Selamat siang!" sapa seseorang.

" Lewis!" ucap Tata.

" Tata!" sahut Lewis. Tata melirik ke Naya yang tidak berkedip menatap Lewis.

" Ehmmm!" Tata berdehem keras, sontak Naya tersadar akan pesona Lewis di pikirannya. Sialan, Tata! Nggak bisa aliat orang lagi seneng liat barang bagus! batin Naya. Wajah yang tampan, tubuh yang tegap dan bibir yang, hmmm! pasti enak untuk dilumat! batin Naya.

" Lewis, kenalkan ini Kanaya! Teman gue!" ucap Tata lalu menyenggol Naya dengan keras.

" Eh, gue Kanaya! Panggil aja Naya!" kata Naya salh tingkah.

" Lewis!" ucap Lewis dengan suaranya yang besar, lalu menjabat tangan Naya.

" Karya kamu bagus sekali! Spektakuler banget!" puji Tata.

" Kamu suka?" tanya Lewis.

" Suka banget!" jawab Tata.

" Bagus!" kata Lewis.

" Apa kamu suka travelling?" tanya Tata.

" Ya! Semua foto itu ada di negara sesuai keterangan di bawahnya!" tutur Lewis. Bru kali ini Tata mendengar suara Lewis berbicara lama. Ditatapnya pria di depannya itu, Lewis juga sedang menatap Tata, lalu mereka menundukkan kepalanya masing-masing karena merasa kikuk.

" Gue jadi kacang kayaknya! Inget yang disono-no!" sindir Naya.

" Apa'an sih lo! Emang gue ngapain?" ucap Tata sebel.

" Belum ngapa-ngapain!" jawab Naya sekenanya. Dasar cewek satu ini, emang seneng banget ngerusak suasana hati orang.

" Kita makan siang dulu!" ajak Lewis.

" Nggak ngerepotin?" tanya Tata.

" Tentu tidak!" jawab Lewis.

" Ok! Kalo gitu!" ucap Tata. Mereka bertiga kemudian berjalan ke sebuah ruangan yang didalamnya terdapat makanan dalam bentuk presmanan. Begitu Lewis masuk, beberapa wanita mendekatinya, Tata dan Naya minggir dengan teratur ke arah meja yang penuh dengan makanan. Tata mengambil makanan yang ada di meja dan memakannya dengan Naya. Kemudian mereka menikmati minuman segar yang ada di meja sebrang beserta kue-kue. Mata Lewis tidak lepas dari sosok Tata meskipun tubuhnya bersama kolega-koleganya.

" Ta!" panggil Naya lirih.

" Hmm?" sahut Tata.

" Kayaknya si Lewis itu suka deh sama lo!" kata Naya.

" Darimana lo tahu? Udah kayak dukun aja lo!" jawab Tata geli.

" Sialan lo! Because mata tu cowok nggak lepas ngeliatin lo yang jalan kesana-kesini!" kata Naya lagi. Tata memutar kepalanya dan melihat ke arah Lewis, dilihatnya Lewis memang sedang menatap dirinya.

" Jangan dilihat Tata sayanggggg! Aduhhhh! Lo cakep-cakep bego amir!" ucap Naya sebel.

" Apa'an sih lo Nay? Bukannya lo yang ketinggalan mata kuliah terus!?" ucap Tata.

" Dasar ya, emang! Lo mainnya dimana sih, Ta, waktu sekolah?" tanya Naya semakin sebel sama sikap lugu Tata.

" Ya di sekolah! Mau dimana lagi? Masa di selokan!" jawab Tata yang semakin membuat Naya pengen ngejitak kepala Tata dan memasukkannya ke dalam sumur.

" Serah lo deh!" akhirnya Naya menyerah dengan Tata, karena kalo dilanjutin juga sayang-sayang, perut Naya bisa-bisa jadi lapar lagi. Nayapun melanjutkan acaranya berburu kuliner di ruang tersebut. Sedangkan Tata merasa kenyang dan memutuskan untuk berjalan ke arah balkon. Tata suka sekali berdiri dipinggir balkon, karena dia merasa angin menerpa wajahnya dengan lembut. Tata memejamkan matanya.

" Hati-hati! Jangan sampai tubuhmu terkena angin!" tiba-tiba terdengar suara dari belakang Tata. Dilihatnya siapa yang berbicara tersebut, Tata melihat sosok pria yang tadi mengambi cincinnya bersandar di dinding luar ruangan di belakang pintu.

" Kembalikan cincin gue!" pinta Tata.

" Aku akan ganti dengan yang lebih besar!" ucap pria itu.

" Gue nggak butuh cincin lo!" jawab Tata sebel. Kenapa juga pria seperti ini hadir di kehidupannya.

" Tapi gue mau!" jawab pria itu lagi. Tata mendekati pria itu karena dia memperlihatkan cincin Tata yang di sematkan di jari kelingking pria itu. Tata memegang tangan pria itu, tapi pria itu dengan cepat mengangkat tangannya ke atas. Tata berusaha meraih cincin itu dengan sedikit melompat, tapi orang itu terlalu tinggi tubuhnya. Tata merasa marah, tiba-tiba dia hampir terjatuh saat melompat jika saja pria itu tidak dengan sigap memegang pinggangnya. Ini kali ketiga wajah mereka berdekatan seperti ini. Seperti sebelum-sebelumnya, jantung Tata berdetak dengan kencang, tubuhnya bergetar pelan saat tubuhnya menempel pada tubuh pria itu. Pria itu merasakan yang sama dengan Tata, gairahnya seakan meningkat tajam. Bibir Tata yang terbuka membuat pria itu menahan hasratnya yang telah masuk ke dalam pembuluh darahnya. Dia melepaskan Tata, lalu pergi meninggalkan Tata yang tertegun sendiri sambil memegang dadanya. Gue merasa benar-benar sakit jantung! Gue besok harus memeriksakan diri gue sebelum terlambat! batin Tata takut.

Sementara pria itu itu dengan hati penuh dengan amarah pergi meninggalkan ruangan itu. Lewis menatap pria itu dengan pandangan yang sulit untuk ditebak. Pria tersebut masuk ke dalam mobil mewahnya dengan pikiran kacau, dipejamkan matanya sambil dipukul-pukul dahinya. Beberapa menit kemudian, dia sampai ke Penthousenya yang mewah.

" Apa saja kerja kalian?" teriak pria itu di hadapan orang-orang kepercayaannya.

" Dia telah tunangan dengan orang lain dan lo semua nggak ada yang tahu?" kata pria itu lagi.

" Percuma gue bayar lo mahal-mahal, kalo kerja kalian nggak becus!" maki pria itu.

" Sialannnnnn!" teriak pria itu sambil menyingkirkan semua barang yang ada di meja kerjanya sehingga berhamburan ke lantai, bahkan ada yang pecah. Pria tersebut kemudian mengambil sebotol minuman dan sebuah sloki, dilangkahkan kakinya ke ruang tengah sambil menuangkan minuman itu ke dalam slokinya. Diamatinya cincin milik Tata, lalu diteguknya minuman yang ada di sloki tersebut.

" Apakah kamu mencintai pria itu?" tanya pria itu pada cincin Tata.

" Aku akan merebut kamu dari dia!" kata pria itu lagi.

" Aku akan membuat kamu mencintaiku dan memohon padaku untuk dicintai!" kata pria itu lalu meneguk minumannya sampai habis.

Tata tidak dapat tidur, karena dia memikirkan cincin tunangannya itu. Dia tidak tahu dimana rumah atau keberadaan pria itu. Berkali-kali dia berusaha memejamkan matanya, tapi tidak bisa. Jam dudah menunjukkan pukul 12 malam. Apa gue harus kesana? Tapi gimana jika dia melakukan sesuatu ke gue? Arghhhh! Gara-gara cowok gila, kehidupan gue jadi nggak nyaman gini! Tiba-tiba ponsel Tata berbunyi, nama maminya tertera di layar.

" Halo, mi! ...Ya, mi? ...Ada apa, mi? ...Papi kenapa? ...Apa? Terus bagaimana keadaannya sekarang? ...Tapi kenapa sampai begitu? ...Iya, mi! Tata pulang malam ini juga!"

Tata menutup ponselnya, dia mengetok kamar Naya, tapi tidak ada suara. Tata memasukkan beberapa barang dalam tasnya dan menghubungi sahabatnya untuk memesankan tiket. Beberapa menit kemudian Tata mendapat kiriman pesan dari temannya berupa E-Ticket agar bisa pulang malam ini juga. Tata mengunci kamarnya dan meninggalkan selembar surat untuk Naya. Lalu dia memesan taxi ke bandara. Selama perjalanan baik di darat dan di udara perasaan Tata gelisah tidak menentu. Dia berdo'a semoga papinya akan baik-baik saja dan sehat-sehat saja. Tata mengirim pesan pada yusman jika dia akan datang menjelang pagi. Sebenarnya Yusman tidak mengijinkan Tata pulang, karena dia bisa mengatasi semua masalah disini, tapi Tata tidak perduli, karena papinya adalah orang yang paling dia sayang di dunia ini. Tata langsung masuk ke dalam mobil saat dilihatnya Yusman datang, tanpa memeluk atau menyapa sama sekali pada tunangannya itu.