Sepulangnya aku dari luar kota, teman-teman sangat antusias ketika menyambutku kembali ke kampus.
Ketika aku baru masuk kelas, beberapa teman-teman di kelas menanyakan kabarku serta memberitahu informasi selama aku tidak masuk kelas.
"Ya ampun Zee, lu kok lama banget sih perginya. Banyak tugas loh" ucap salah satu teman dikelasku.
"Yeay, cuma seminggu kok. Tugas apaan aja emang?"
"Banyak deh, ada tugas kelompok juga"
"Oh ya udah sini gue salin materi dulu"
"Yah gue ga bawa laptop"
"Huh, ya udah gue mau nyalin sama yang lain deh"
"Oleh - olehnya mana Zee? masa lu pergi ke luar kota ga bawa oleh-oleh"
"Ada di kosan gue, besok aja gue bawa ya"
"Yah masa besok, sekarang aja deh"
"Elah, tadi gue buru-buru ke kampusnya"
"Sekarang aja ambil di kosan lu kan deket"
"Iya sih, tapi entar deh gue aja belom nyalin tugas"
"Bener ya entar lu ambil oleh-olehnya gue tunggu"
"Iya bawel"
Demi memenuhi janjiku terhadap teman kelasku, akhirnya aku pulang ke kosan untuk mengambil beberapa oleh-oleh. Tak lupa aku membawa oleh-oleh untuk ku berikan kepada teman-teman organisasi baik itu senat atau basket. Setelah itu aku kembali ke kampus dan memberikan oleh-oleh tersebut kepada teman-teman.
Hari itu aku belum bertemu dengan Chandra, biasanya memang dia masih didalam kelas.
Sebenarnya aku ingin memberikan oleh-oleh kepada Chandra secara pribadi, namun aku malu rasanya. Jadi nanti saja ku berikan oleh-oleh itu saat ada dia dan teman-temannya.
Aku menunggu di ruang senat, sembari menyetel lagu-lagu dari ponsel untuk menghilangkan rasa jenuh karena saat itu aku sendirian.
Tak lama kemudian aku lihat dari kejauhan sosok Chandra yang sedang menuju parkiran. Lalu aku keluar ruangan dan berusaha untuk memperhatikannya dari dekat. Benar itu Chandra, sepertinya dia hari itu membawa motor dan akan segera pulang. Padahal aku ingin memberikan oleh-oleh yang sudah dipersiapkan.
Mau tak mau akhirnya aku nekat untuk mengejarnya, sebelum dia menaiki motornya dan pulang.
Namun langkahku kalah cepat dengan langkah kakinya yang sudah sampai dimotor dan segera menyalakan mesin motor.
Ingin ku panggil dari kejauhan namun keadaannya gak memungkinkan. Dia sudah terlanjur pergi, tanpa melihat aku.
Saat itu aku melihat teman-temannya, yang sedang duduk dikoridor. Langsung saja aku menghampiri mereka.
"Hey broo, apa kabar?"
"Hey Zee, lah lu dah balik?"
"Iya nih, gue mau kasih oleh-oleh buat kalian"
"Waduh baik banget sih Zee, makasih yaaa"
"Iya sama-sama, tadinya gue mau ngasih ke si Chandra eh dia pulang duluan. Kebetulan kalian disini"
"Iya tadi si Chandra buru-buru pulang, jadi ini buat Chandra atau buat kita?"
"Buat kalian lah, anak basket"
"Ohh kirain buat Chandra aja, kan ga enak jadi ini nerimanya"
"Buat bareng-bareng maksud gue"
"Iya kali kan spesial oleh-oleh buat mas Chandra, eheemmm"
"Loh apaan sih bro ngaco hahaha"
"Denger-denger kan katanya lu suka sama Chandra"
"What??? gosip darimana?"
"ada lah yang bilang"
"Ya ampun gosip kok didengerin, udah ah gue balik lagi ke ruang senat"
"Iya gapapa sih kalo bener juga, kan kita jadi enak nih nerima oleh-oleh. Ntar Chandra kita bagi kok tenang aja"
"Daahhhh"
Akibat salah berbicara, mereka jadi salah paham. Lagian tahu darimana mereka berita tentang aku menyukai Chandra.
Padahal berita itu lambat laun sudah berlalu, bahkan aku sudah kebal jika diejek oleh teman-teman. Tapi kenapa sekarang teman-temannya yang baru mengejekku.
Aku tak bisa menahan raut wajah ketika sedang diejek perihal Chandra, mungkin kelihatan pipiku memerah dan senyumku merekah. Berusaha untuk menampik bahwa aku gak ada perasaan apa-apa terhadap Chandra. Sepertinya tak bisa dibohongi, namun jika ada Chandra yang mengetahui hal itu pasti aku diam seribu bahasa.
Beruntung saat itu tak ada Chandra ditempat, hanya bayang-bayangnya saja.
Walaupun gagal memberikan oleh-oleh langsung kepada Chandra, semoga dia mendapat bagian dari teman-temannya.
Tinggal oleh-oleh untuk Fahri yang belum aku sampaikan. Mungkin nanti malam aku suruh dia mampir ke kosan untuk mengambil oleh-olehnya.
Untuk Rani dan Diyan, sudah aku siapkan oleh-oleh namun bukan berupa makanan. Sebuah cendramata khas kota tersebut, yang akan ku berikan kepada para sahabatku.
Rani dan Diyan juga ada kuliah malam, sepertinya aku harus menemui mereka malam hari.
Sungguh membosankan berada di ruangan senat, walaupun tak sendiri namun yang lain malah sibuk main game online.
Akhirnya aku pulang saja ke kosan, tak gunanya aku berada di situ.
Sesampainya dikosan, aku malah ketiduran sampai sore.
Saat terbangun jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku langsung bergegas mandi dan sholat ashar. Lalu aku mengabari Diyan dan Rani, untuk menemui aku.
Mereka membalas bahwa aku saja yang ke kampus, agar bisa berkumpul di ruang senat. Akhirnya aku bersiap-siap untuk pergi ke kampus, tak lupa aku mengabari Fahri juga. Namun Fahri tak ada respon, sampai oleh-olehnya tak jadi aku bawa ke kampus.
"Fahri, gue di kampus mah ngasih lu oleh-oleh"
Saat aku sampai kampus, baru Fahri membalas chatku.
"Iya nanti gue nyamperin lu"
"oleh-olehnya dikosan, gue kira lu ga bisa ke kampus"
"Hari ini gue lembur kerja, ga tau pulang jam berapa kalo sempet nanti gue mampir"
"Okey"
Ternyata memang Fahri sudah sibuk dengan pekerjaan barunya. Sebagai penjaga toko elektronik. Aku mengenal sosok Fahri sebagai seseorang yang pekerja keras, untuk menghidupi dirinya tinggal di kosan.
Sebagai sahabatnya aku salut dan turut bangga. Walaupun dia kadang konyol dan penuh canda, namun aku yakin disisi lain dia sosok yang serius dalam menjalani kehidupan.
Tak lama kemudian Diyan dan Rani menghampiri aku lalu mereka merangkulku.
"Zee....lama banget sih di sana, kita kan kangen" kata Rani.
"Lebayyyy ah" sahutku.
"Ga ada kamu, kita galau loh" kata diyan.
"galau kenapa?"
"Ga ada yang ngajak nyanyi bareng disini hahaha" Rani.
"Ya ampun, kirain kenapa"
"Biasanya kan yang hapal lagu-lagu cuma kamu, jadi kita bingung" Diyan.
"Yoi, ada hal lain yang bikin galau?"
"Kita gabisa rebahan dikosan Zee" Rani.
"Wah, rebahan diruang ini kan bisa"
"Kalo dikosan kamu kan ada bantalnya Zee" Diyan.
"oke oke nih oleh-oleh buat kalian berdua"
"Aahhhhhh makasih Zee" Rani.
"Sama-sama, maaf ya cuma bisa ngasih ginian"
"Gapapa kali, ini juga bagus" Diyan.
"Iya bagus, masih inget aja sama kita" Rani.
"Harus dong, kan kita ban Bajay"
Kebersamaan aku dan teman-teman malam itu menghilangkan rasa rindu, karena seminggu aku meninggalkan mereka. Banyak momen seru yang terlewatkan, sehingga malam itu aku dan teman-teman bisa kembali melakukan hal seru.
Akhirnya pukul 21.00 aku pulang ke kosan, sembari menunggu kabar Fahri yang katanya akan mampir ke kosanku untuk mengambil oleh-olehnya.
Sampai larut malam tak kunjung ada kabar dari Fahri. Sepertinya dia sibuk sekali, sampai tak sempat mengabariku. Aku hanya memastikan dia jadi atau tidak mampir ke kosanku.
Ternyata memang Fahri tak jadi mampir dan aku pun tertidur lelap malam itu.