Chereads / Tuhan, aku menyukai salah satu hambamu / Chapter 21 - Keindahan Sesaat

Chapter 21 - Keindahan Sesaat

Semester baru tiba, yang berarti aku sudah melewati setengah perjalanan masa kuliahku.

Pada semester ini aku ingin mengurangi aktivitas di kampus dan mungkin akan lebih banyak pulang ke rumah. Karena jadwal kuliahku tidak begitu padat seperti awal-awal masuk kuliah.

Seperti biasa setelah ospek, masing-masing organisasi menerima anggota baru. Lalu mengadakan acara pelantikan kepada anggota-anggota barunya. Begitu pula dengan organisasi senat, sebelum masa jabatan selesai biasanya mengadakan acara tersebut.

Acaranya akan diadakan didaerah puncak, agar bisa sekaligus

Hari itu aku berada di ruang senat bersama teman-teman lainnya, namun tak ada Rani maupun Diyan disitu. Aku hanya sedang asyik browsing menikmati akses WiFi gratis. Lalu ketua senat datang dan membicarakan soal tempat pelantikan dipuncak.

Mereka berencana akan survey ke tempat tersebut hari itu juga. Setelah berdiskusi dengan beberapa anggota, ketua memutuskan untuk berangkat siang hari.

Saat itu aku yang sedang asyik menatap layar laptop tiba-tiba diperintahkan untuk ikut survey tempat juga. Awalnya aku menolak, karena memang hari itu aku malas bepergian. Namun mereka memaksa aku untuk ikut, akhirnya aku bersedia.

Fahri yang kebetulan baru datang ke ruangan juga diajak untuk ikut. Namun Fahri tak menolak, akhirnya aku dengan beberapa anggota termasuk Fahri berangkat ke puncak untuk survey tempat pelantikan.

Tidak ada bekal atau persiapan apa-apa menuju ke lokasi. Karena memang tak niat untuk bepergian, aku hanya membawa tas ransel yang berisi laptop dan buku catatan.

Menempuh perjalanan sekitar 2'5 jam untuk sampai di lokasi, menggunakan mobil minibus yang dikendarai ketua senat.

Sampai dipuncak, cuacanya mendung. Kami berhenti sejenak untuk makan dan sholat.

Saat makan Fahri habis-habisan meledekku, sampai ponselku disembunyikan olehnya.

"Ciee ciee ada chat dari siapa tuh" celetuk Fahri.

Refleks aku sembunyikan ponsel yang sedang ku pegang, agar tidak dilihat oleh fahri.

"Apasih, kepo banget" jawabku ketus.

"Oh gitu, gue dianggap apa selama ini?"

"Lah lu kenapa sih"

"Hmm itu lu chatan sama orang lain"

"SMS dari Kaka gue, soalnya besok gue mesti pulang kan"

"Oh...kok pulang sih?"

"Yaa... pulanglah, mau jemput ortu "

"Alhamdulillah... camer mau pulang"

"Eeehhh eeh apaan??"

"Hmm enggak, maksudnya ortu lu "

"Oh... tadi perasaan beda deh"

"Ah salah denger kali, Oya jangan lupa kalo kesini bawain air zam zam"

"Insyaallah kalo masih ada"

"Sisain lah buat gue dikit doang"

"iya kalo satu tetes gapapa"

"Ya elah gak gitu juga, masa setetes"

"Hahahaa...."

Disaat aku dan Fahri asyik bergurau, terdengar dari kejauhan suara kakak ketua memanggil kami.

Lalu aku segera menghampirinya, namun Fahri tetep duduk disebuah kursi. Tak sengaja aku meninggalkan ponselku di kursi tersebut.

"Kenapa kak?"

"Kalian gak mau makan emang?"

"Mau lah..."

"Ya udah, sana pesen"

"Hmm oke..." sahutku.

Namun aku juga mengajak Fahri. Karena dia masih duduk santai di kursi itu, jadi aku harus memanggilnya.

"Fahri.... sini makan !!!"

"Iyaa... "

Akhirnya dia menghampiriku, lalu kami berdua memesan makanan.

"Zee... lu lupa sesuatu gak?"

"Hah? apaan sih"

"Oh ya udah syukur"

"Syukur? "

"Iya syukur Alhamdulillah..."

"Lu ngomong apaan sih, gak jelas !!"

"Ya udah gue mau makan, laper"

Pesanan datang dan dia langsung menyantap makanan dengan lahap. Aku pun sama, mungkin karena kelaparan sehingga tak menghiraukan apapun.

Selesai makan dan membayarnya, aku kembali ke mobil yang terparkir didepan sebuah masjid.

"Zee... foto-foto yuk !" ajak salah satu temanku.

"Tumben, biasanya lu gak mau foto"

"Hahaha mumpung lagi indah nih pemandangannya"

"Oke ayoo ayo kita foto"

"Eh eh ajak dong gue" ucap Fahri.

"Ya udah sini"

Lalu kami berfoto ria didepan halaman masjid yang berlatar belakang bukit-bukit.

Seketika itu aku merogoh saku celana dan tersadar ponselku tidak ada. Biasanya aku menaruh ponselku disaku, aku kebingungan kenapa ponselku tidak ada. Lalu aku periksa tas ranselku, keseluruh bagian tas tetap tidak ada.

"Yaahhh HP gue manaa nih, kok gak ada ditas??"

Teman-teman yang sedang berfoto-foto itu berhenti memperhatikan aku.

"Lah emang lu naro dimana Zee?" sahut salah satu temanku.

"Gue taro di kantong celana biasanya, tapi kok gak ada"

"Coba periksa lagi tasnya"

"Udah... tapi gak ada"

Dengan memasang wajah panik, membuat teman-temanku juga ikut panik. Sedangkan Fahri terlihat biasa saja.

"Emang terakhir lu pegang hp dimana?"

"Tadi gue masih megang kok, sebelum makan"

"Coba periksa dimobil, jatoh disana kali HP lu"

"Bocah lupaan begitu tuh" sahut Fahri ketus.

"Kak mobilnya dikunci gak?" aku bertanya pada ketua senat yang sedang duduk sambil merokok dikursi.

"Kenapa emang?" sahutnya.

"Mau meriksa mobil, kayaknya HP aku jatoh deh"

Lalu ketua senat membukakan kunci mobil tersebut.

Kemudian aku memeriksa jok mobil tempat bekas aku duduki.

"Gak ada HP aku.!! aaarrhhh dimana yaa"

"Tadi pas diluar megang HP gak?" tanya ketua.

"Enghhh.... " aku berusaha untuk mengingat-ingat kejadian beberapa saat lalu.

"Oiaaaa... tadi kan aku duduk disana, terus....."

"Teruss?"

Aku menoleh ke arah Fahri, dia senyam senyum sendiri. Namun aku masih belum mengetahui HP ku dimana.

"Tadi ngobrol sama Fahri. Terus kayaknya HP udah aku kantongin deh"

"Serius udah dikantongin??"

"Iyaa, bener kok"

"Lu nyari apa sih Zee?" tanya Fahri.

"HP gue gak ada, tadi kan pas gue buka chat dari Kaka gue masih ada kan"

"Iyaaa emang ada... Lu sih ceroboh"

"Hah? Maksudnya???"

Aku benar-benar polos, tak mengetahui kalau ternyata ponselku disimpan oleh fahri.

"Ini apaan ???" Fahri sambil mengacungkan ponselku.

"Ahh itu HP gue kok bisa ada di lu sih" jawabku sambil meraih ponselku dari tangan Fahri.

"Yeeehhhh... si Fahri ngumpetin aja nih" ucap teman-teman.

"Parah anak orang sampe panik gitu" sahut teman-teman lain.

"Eehhh jangan salah sangka dulu dong, gue gak ngumpetin !! Dianya aja ceroboh, masa HP nya maen taro aja di bangku"

"Hmmm... masa sih? perasaan udah gue kantongin"

"Mana ??? tadi pas ngobrol ama gue tuh, lu naro HP nya dibangku"

"Hahh??? masa sih?"

"Huhhh pikun !! harusnya lu makasih sama gue, karna gue udah jagain HP lu"

"Hmmm iya deh... makasihhh"

"Udah gitu doang???"

"Yaa udah, terus gue harus apa"

"Traktir lah"

"Au ah... kebiasaan"

"Bodo... !!! besok traktir gue pokonya"

"Hmmm dasar pamrih"

"Biarin wleee"

Setelah perkara ponselku berakhir, ketua mengajak kami melanjutkan perjalanan. Ternyata dari tempat kami berhenti, hanya beberapa kilometer saja untuk sampai di villa tempat tujuan kami.

Sesampainya di sebuah villa, kami disambut oleh si pemilik villa tersebut. Aku melihat sekeliling villa bersama Fahri. Dibelakang villa ada sebuah kandang sapi. Lalu kami menghampiri kandang tersebut.

"Zee.. lu mau susu?" tanya Fahri.

"Mauuuu... mana susunya?"

"Ya udah situ lu mangap dibawah sapi hahaha"

"Arrrggghh gue kira beneran lu mau ngasih susu"

"Hahaha ngarep aja lu"

"Yaa masa gue harus mangap dibawah sapinya langsung"

"Kalo lu mau susu udah dalem kemasan, entar kita beli"

"Dimana??"

"entar gue kasih tau tempatnya, gue pernah kesana sama mantan.. ehh mantan deh"

"Oouuhhh tempat kenangan"

"Hmmm ya bisa dibilang gitu sih, tapi nyesek gue jadinya"

"Dihhh sok banget, nyesek kenapa coba?"

"Banyak kenangan"

"Yayayayaa....."

"Kesana yo Zee, kayaknya indah pemandangannya"

"Ehhh ini kita gapapa, jangan jauh-jauh lah"

"Lah kan kita lagi survey, emang harusnya begini lah"

"Hmmm iya sih"

"Kita survey tempat buat tatar anak-anak tengah malam"

"Serem gak nih tempatnya"

"Kurang serem"

"Dih gaya banget, emang lu berani malam-malam kesini??"

"Berani lah"

"Jagoan?"

"Asal gak ada yang ganggu, gue berani kok"

"Yeee..."

Lalu aku dan fahri menapaki jalan yang berundak-undak dan agak licin. Sambil menentukan tempat-tempat yang pas untuk acara-acara nanti.

Saat kami berdua berjalan, ternyata dibelakang ada beberapa teman yang menyusul.

Pemandangannya indah nan sejuk, untung saja aku menggunakan sweater. Hari semakin sore dan gelap, tak terasa kami sudah jauh menelusuri tempat tersebut.

Embun-embun mulai menetes ke bumi. Air embun mendarat di wajahku terasa sangat sejuk, namun tubuhku tidak kuat menahan rasa dinginnya. Mungkin karena sweater yang aku gunakan kurang tebal.

"Zee.. lu gak dingin?"

"Hah, enggak gue kan pake sweater"

"Sweater lu tipis gitu juga"

"Iyaa gapapa"

"Nih pake jaket gue" Fahri melepas jaketnya untukku.

"Ehh gak usah...!!"

"Pake aja !! gue mah udah biasa kena dingin begini. Soalnya kan kampung gue sedingin ini"

"Hmmm ya deh, makasih loh"

"Ya udah buru pake"

"iya iya"

Lalu aku menerima jaket Fahri. Tak disangka seorang Fahri yang konyol itu, lagi-lagi bersikap perhatian kepadaku.

"Ah... biasa, dia emang begitu kok" gumamku sambil melirik ke arahnya.

Akhirnya aku sudah memakai jaket dari Fahri. Dan kembali ke villa, ternyata teman-teman yang lain sedang menikmati segelas teh yang telah di suguhkan oleh pemilik villa.

Aku dan Fahri juga menikmati teh tersebut, untuk membantu menghangatkan tubuh.

Waktu magrib tiba, teman-teman melaksanakan sholat magrib. Sedangkan aku menunggu mereka, karena sedang berhalangan.

Selesai sholat kami langsung pamit pulang kepada pemilik villa.

"Pak, kami pamit dulu yaa" ucap ketua senat.

"Iya, terima kasih"

"Kita yang harusnya terimakasih pak, udah diijinkan survei tempat ini"

"Iya sama-sama, semoga acaranya nanti berjalan lancar"

"Aamiin.. kami pamit ya pak. Assalamualaikum"

"walaikumsalam"

Akhirnya kami pulang, menempuh perjalanan dimalam hari. Entah sampai kampus jam berapa, sepanjang perjalanan aku hanya tertidur di mobil.

Ditengah perjalanan, Fahri membangunkan aku.

"Zee.. lu jadi beli susu?" tanya Fahri.

"Hmmmm??? Susu apa??"

"Itu didepan toko susu yang gue kasih tau tadi"

"Kalian mau mampir ke toko susu itu?" tanya ketua senat.

"Boleh bang, mampir deh"

"Oke oke.." ketua senat menyetujui ajakn Fahri.

Sedangkan aku masih setengah sadar dari bangun, ketika mobil berhenti didepan sebuah toko besar yang katanya menjual susu itu.

"Ayo Zee turun, kita beli susu buat stok dikosan"

"Ini toko gede juga yaa, kayak Mall"

"Iya, coba deh masuk ke dalam. Pasti lu akan terkejut"

"Hah??? gue terkejutttt"

"Yee entar didalem, lu kan belom liat"

"Hehehe lagian apa sih, lu mah bikin penasaran"

"Ayo ikut gue"

Lalu kami turun dari mobil, dan menuju ke dalam toko tersebut.

Ketika masuk didalam, sudah disambut dengan dekorasi selamat datang yang bagus.

Benar, aku terkejut. Mataku terbelalak melihat dekorasinya, indah dengan lampu warna-warni. Itu baru tampak dari depan, ternyata didalam lebih bagus. Dan yang membuat aku semakin terkejut karena pengunjung bisa melihat aliran sungai dari dalam toko tersebut.

"Tuhh Zee... indah kan??"

"Wahhhh.... bagus banget"

"Apa gue bilang"

"Asli sih ini, betah gue disini"

"Ah gak usah norak deh"

"Ehhh iya gue belom pernah liat yang kek ginian"

"Dulu gue sama mantan foto disini, Hikss"

"Hmmm pasti indah betul tuh rasanya"

"Enggak ah biasa aja"

"Gue mau dong difotoin disini"

"Sini gue fotoin, kurang bae apa coba gue"

"Hehe makasi loh, ini HP gue"

"1, 2, 3 cekrek"

"Mana sini liat"

"Entar sekali lagi"

"Yang bagus yaaa !!!"

"Tenang aja, gue kan profesional"

Disaat kami sedag asyik berfoto, teman-teman lain berbelanja makanan dan susu di toko tersebut.

"Nih coba liat"

"Yaahhh ngeblurrr"

"1 doang, itu yang ke 2 enggak kok"

"Iiihhh padahal bagus loh ini, tapi ngeblur"

"Ahh bodo, cewek mah gitu kalo dipotoin"

"Huuhh ya udah deh"

"walaupun objeknya ngeblur, kan yang penting pemandangannya bagus"

"Au ah, kesel"

"Dahlah.. sana lu belanja aja"

"Hehe oke deh"

Lalu kami berbelanja di toko tersebut dengan harga yang lumayan terjangkau.

Setelah puas berbelanja dan menikmati pemandangan, kami melanjutkan perjalanan pulang.

Malam itu kami tiba di kampus, setelah menempuh perjalanan 2 jam.

Kemudian aku langsung berpamitan pulang kepada teman-teman lainnya. Saat aku melangkah untuk pulang, fahri memanggilku.

"Zee... " panggil fahri.

"Kenapa??"

"Jaket gue cuciin yaa"

Tak sadar jaket Fahri memang masih aku pakai sampai di kampus.

"Ehh iya gue lupa ini kan jaket lu..."

"Iyaa udah cuciin"

"Hmm oke"

Aku melanjutkan langkahku menuju kosan.

Hari itu cukup melelahkan, sesampainya dikosan aku langsung membersihkan tubuh, kemudian lanjut tidur.

Namun aku teringat bahwa ada seseorang yang seharian itu belum memberikan kabar. Biasanya dia bertanya kabarku dimalam hari, namun setelah aku tunggu beberapa lama tak ada pesan masuk di ponselku. Aku cukup gengsi untuk memberikan kabar kepadanya duluan, karena takut dia sibuk disana.

Karena kelelahan akhirnya aku tertidur pulas, tak sadar ponselku berdering ditengah malam.