Chapter 20 - LDR

Setelah mengetahui dia yang tiba-tiba muncul didepan ruangan. Aku terdiam memandangnya, mungkin karena selama libur semester tak pernah bertemu dengannya jadi kesan pertamaku bertemu dengannya membuatku gugup. Ku perhatikan sekilas ternyata ada yang berbeda darinya. Dia sedikit lebih berisi dibagian pipi, apa dia banyak makan selama liburan?

Entahlah, walau hanya sekilas aku menatap dirinya. Namun tetap saja rasanya masih sama seperti pertama kali bertemu dengannya 1,5 tahun silam.

Apalagi melihat senyumnya yang merekah, seperti sedang berusaha menyiram bunga yang sudah layu.

Namun aku tak bisa membalas senyum itu, kenapa jadi semacam gugup?

Aku mengambil nasi box dalam ruangan konsumsi dan menyantapnya suap demi suap nasi, namun selera makanku jadi tak fokus memikirkan pertemuan beberapa menit lalu.

Sekejap lamunanku terganggu oleh suara getaran ponsel disaku almamaterku.

"Selamat siang, kamu lagi ngapain?" chat dari seseorang.

"Siang juga. Aku lagi makan siang, lagi istirahat jadi panitia nih"

"Oh iya, sekarang kamu jadi panitia ospek ya? Semangat"

"Iya makasih... kamu udah makan belom?"

"Udah kok, kamu abisin aja makannya. Aku ganggu ya"

"Enggak kok, ya bentar aku abisin makanan. "

"Oke, kalo udah selesai bisa bales chat aku lagi hehee"

Chat tersebut dari pacarku, sudah setengah bulan aku menjalin hubungan dengannya.

Kami berdua menjalani hubungan jarak jauh atau LDR. Aku juga tak menyangka bisa menjalani hubungan dengannya.

Bahkan semenjak dia mengungkapkan perasaannya, kami berdua belum pernah bertemu. Ya, dia menembakku lewat telepon, sepulang dari liburan beberapa saat lalu.

Tadinya hanya chat biasa, sampai akhirnya lama kelamaan dia perhatian. Siapa yang tidak luluh?

Seorang wanita yang ditolak perasaannya oleh orang yang disukai, namun akhirnya memberanikan diri untuk menerima perasaan orang lain.

Dia berjanji akan menemuiku saat aku pulang, namun kegiatan di kampus mulai padat. Akhirnya dia bersabar untuk menungguku pulang.

Seperti pasangan LDR lainnya, kami berdua berusaha untuk meyakinkan hati agar tetap baik-baik saja. Hal yang aku kagum darinya adalah dia selalu berusaha untuk membuatku nyaman, setiap malam menjelang tidur dia sempatkan menyanyikan sebuah lagu untukku dengan gitarnya via telepon.

Hubungan baru setengah bulan memang sedang manis-manisnya.

Namun haruskah setengah bulan ini lebur seketika gara-gara kedatangan seseorang?

Aku berusaha untuk meredam perasaanku terhadap Chandra. Dia bukan siapa-siapa dalam hidupku, bahkan mantan pun bukan. Tapi kenapa melupakan seseorang yang belum sempat termiliki lebih sulit untuk dilupakan?

Hari ke-2 ospek, aku sebagai panitia medis ternyata lebih berat tugasnya. Karena saat acara dimalam hari, beberapa mahasiswa baru tumbang. Banyak yang mengeluh sakit kepala, masuk angin, hingga sakit perut.

"Zee.. tolong nih ada Maba yang pingsan"

"Zee.. ada yang mual-mual"

Begitulah keluhan para rekan panitia ospek, yang membimbing mahasiswa baru.

Untungnya panitia lain bisa membantuku, memberikan pertolongan pertama kepada mereka. Aku sampai kewalahan, menangani mereka.

Ada beberapa yang kondisinya sudah membaik dan kembali melanjutkan acara, namun ada juga yang diizinkan pulang oleh panitia karena kondisinya yang tidak stabil.

Kekhawatiranku membuat aku sendiri lupa makan malam saat itu. Untungnya rekan panitia lain masih perhatian kepadaku.

"Zee mending kamu makan dulu sana" ucap Rani.

"Entar aja, gampang"

"Eh jangan gampang-gampang aja, udah sana makan. Lagian disini banyak yang jagain kok"

"Tapi aku belom laper"

"Ya udah paksain aja, daripada entar lupa makan sampe larut malam"

"Hmm oke deh"

Akhirnya aku mengambil nasi box diruang konsumsi. Ditemani Rani, yang selalu bawel jika aku telat makan.

"Zee... hari ini lelah banget ya, daripada kemarin" keluh Rani.

"Hmm bukannya dari tahun lalu juga begini"

"Iya sih, tapi gak tau kenapa ngerasa beda aja"

"Yaa... kalo tahun lalu aku lebih capek dari sekarang hehe"

"Makanannya mending tahun lalu kamu yang ngurusin deh"

"Ehh emang apa bedanya, kan ini makannya enak"

"Hmm manajemen waktunya beda, ini mah panitia asal aja makannya gak beraturan"

"Oh... biasa lah, kan orangnya juga sekarang banyak yang beda"

"Kira-kira tahun depan masih jadi panitia gak ya?"

"Gak ah, pensiun hehehe"

"Hahaha pensiun segala. Iya sih, ngapain kita masih abisin waktu buat jadi panitia"

"Hmm... iya lah, kasih kesempatan buat yang lain"

"Oya si Diyan mana yaa? Daritadi gak keliatan"

"Dia lagi dilapangan kayaknya, masih mantau anak-anak"

"Hmm...tadi siang aku liat Chandra Zee"

"Oh... terus?"

"Yaa... dia kan demoin organisasinya"

"Iya, emang gitu"

"Dia masih nyapa kamu gak?"

"Masih"

"Kalian baik-baik aja kan?"

"Baik..."

"Hmm...kirain musuhan"

"Hahaha musuhan gimana, biasa aja"

"Bagus deh"

Tiba-tiba ada suara dering pesan masuk dari ponselku.

"Suara Hp siapa tuh?" tanya Rani.

"Aku..." sambil melihat ponselku.

"Ciee dari siapa?"

"Pacar hehee"

"Ohhh rupanya udah punya pacar"

"Udah dong"

"Hmm bagus deh, udah move on ceritanya"

"Yaaa gitu deh"

"Seneng deh, udah atuh jangan galau lagi mikirin Chandra"

"Yeee siapa yang galau sih"

Rani terus menerus menggodaku, karena aku baru mengakui bahwa aku punya pacar.

Selesai makan aku kembali keruang medis, ternyata mahasiswa yang terbaring sakit sudah tidak ada di ruangan.

Kemudian Rani mengajakku ke lapangan untuk menyaksikan penampilan dari berbagai macam organisasi.

Kebetulan sekali band kampus sedang tampil. Suasana lapangan jadi riuh tepuk tangan, karena sang vokalis yang berparas tampan menjadi incaran para mahasiswi baru. Mereka histeris kagum melihat sang vokalis.

Dilapangan kami berdua bertemu Diyan.

"Ehh kalian darimana aja?" Tanya diyan.

"Dari ruang medis, tadi ada beberapa orang tumbang termasuk anakku" jawab Rani

"Oh... sekarang gimana kondisinya?"

"Udah pada sembuh kali, soalnya diruangan udah gak ada"

"Sembuh kayaknya semenjak liat vokalis ganteng hahaha" jawabku.

"Bisa jadi... " sahut Rani.

Suasananya menjadi sendu ketika sang vokalis menyanyikan lagu yang mellow.

Semua ikut bernyanyi seiring alunan musik. Akhirnya kami semua melewati malam ospek dengan sukses.

Keesokan harinya kembali ke rutinitas kuliah, kelas baru dan mata kuliah pun berganti.

Rani dan Diyan mengambil kuliah malam, karena mereka sudah mulai kerja. Sedangkan aku masih mengambil kuliah pagi.

Dikelas hanya tinggal aku sendiri perempuannya. Namun tak mengapa bagiku, karena aku sudah akrab dengan teman-teman dikelas.

Aku sangat merindukan orangtuaku, mereka jarang mengabari karena setiap ingin memberi kabar terhalang oleh perbedaan waktu antar negara. Apalagi kegiatan aku sibuk, jarang sekali menegang ponsel.

Jadi, aku memutuskan untuk pulang keruamg akhir pekan nanti. Agar aku bisa berkabar dengan keluarga lainnya.

Hubungan LDR dengan orangtua lebih terasa menyedihkan daripada LDR dengan kekasih. Aku hanya berdoa agar kedua orangtuaku diberikan kesehatan dan keselamatan selama disana.