Chereads / Tuhan, aku menyukai salah satu hambamu / Chapter 12 - Ketika kau menyapa

Chapter 12 - Ketika kau menyapa

Keesokan harinya saat dikampus, aku sedang duduk dikantin sambil meminum susu kotak dan makan sepotong roti sobek. Aku duduk dikantin, karena sambil menunggu Rani datang. Tapi sudah jam 07.30 nampaknya belum ada tanda-tanda Rani datang, mungkin. dia akan telat datang lagi. Akhirnya aku pergi dari kantin dan menuju kelas yang ada dilantai 4. Saat aku menaiki anak tangga pelan-pelan sambil memegang handphone, tiba-tiba ada yang menyusulku dari belakang. Suara langkahnya jelas, tapi aku tak menghiraukannya. Namun ketika aku hendak menengok ke belakang, ada seseorang yang mengagetkanku. Ternyata dia adalah Chandra.

"Duarrr..... kalo jalan tuh jangan sambil ngeliatin Handphone, kalo kesandung si tangga gimana?"

"Ehh Chandra, gue kira siapa"

"Lu ada kelas dilantai berapa?"

"Lantai 4 nih"

"Waduh, semangat ya naik tangganya"

"Haha iya.. kalo lu lantai berapa?"

"Gue lantai 3 dong haha"

"Oh gitu"

Akhirnya sudah sampai lantai 3 dia menuju kelasnya, lalu dia berpamitan kepadaku.

"Gue ke kelas duluan ya, daaahh"

"Iya Chandra"

Aku hanya tersenyum ketika dia mulai menyapaku lagi, karena aku kira dia sudah ilfiil karena melihat kedekatanku dengan Fahri akhir-akhir ini. Dan akhirnya aku sampai dikelasku, tapi saat aku masuk ternyata baru ada beberapa orang saja.

"Zee lu udah ngerjain tugas?"

"Tugas apaan?"

"Itu tugas dari Pak Yono"

"Ya ampun....gue lupa, liat dong"

"Yah, gue aja belom. Malah gue pengen liat tugas lu"

"Tau gitu tadi gue kerjain dulu, Duhh tinggal berapa menit lagi nih masuk"

"Ya udah sekarang kerjain, mumpung masih ada waktu"

"Oke dah, untung lu ingetin gue"

Ternyata ada tugas kuliah yang belum aku kerjakan dan akhirnya dengan tergesa-gesa aku mengerjakan tugas tersebut. Tapi teman-temanku malah mengandalkan aku, bukannya diberi bantuan. Aku kira hari ini adalah hari yang santai, tapi ternyata tidak sesantai yang ku pikirkan. Untungnya aku bisa mengerjakan tugas itu dengan cepat, sampai akhirnya dosen datang.

"Yang udah ngerjain tugas silahkan dijelaskan menurut pendapat kalian" perintah dari dosen.

"Tuh Zee maju ke depan jelasin" kata temanku.

"Yah gue kan jawabnya bukan menurut pendapat sendiri, tapi dari browsing" jawabku.

"Ya udah improvisasi aja"

"Kok nyuruh gue mulu sih, lu aja sana"

"Yeyy gue aja tau dari lu"

"Mana nih kok ga ada yang mau maju ke depan? Lumayan loh ini buat nambahin nilai kalian" Kata dosen.

"Hmmm...saya pak" Akhirnya aku maju kedepan, untuk menjawab tugasnya.

"Oh iya silahkan"

Setelah aku maju kedepan dan menjelaskan jawaban dari tugasku, ternyata aku diapresiasi dengan baik oleh dosen dan teman-temanku. Walaupun itu adalah jawaban yang aku improvisasi, hanya menyimpulkan dari jawaban yang aku tulis.

Satu jam pelajaran telah berakhir, aku keluar kelas. Rani tidak masuk kelas hari ini, pasti dia punya alasan karena telat bangun lagi.

Sebelum turun ke lantai bawah, aku melihat pemandangan kampus dari balkon. Aku melihat Chandra ada dilantai 3 dia juga baru saja keluar kelas, dan sama-sama sedang menyender dibalkon. Sesekali Chandra melihat ke atas, dan dia melihatku sedang memperhatikannya.

"Waduh dia liat ke arah gue" lalu aku langsung mengalihkan wajahku ke arah lainnya.

"Eh Zee, ngapain lu? jangan bengong aja, entar kesambet haha"

Aku hanya membalas dengan senyuman.

Lalu dia pergi dan mungkin turun ke lantai bawah dengan teman-temannya. Aku sengaja masih dilantai 4 karena tak ingin membarenginya turun seperti tadi. Tapi kan aku sama sekali tak mengikutinya, tadi pagi hanya kejadian yang kebetulan.

Daripada memikirkannya lagi, lebih baik aku mendengarkan musik dihandphone. Lalu aku mencari earphone didalam tasku, setelah itu earphone tersebut aku colokan ke handphone. Aku mulai memainkan musik, saat ini aku ingin mendengarkan lagu Soulvibe - Ketika kau menyapa. Karena lagu ini menggambarkan suasana hatiku, mungkin aku senang saat dia menyapaku. Tapi aku harus sadar diri, jelas-jelas dia hanya ingin berteman denganku. Jadi untuk selamanya aku tak boleh berharap lagi kepadanya.

Akhirnya aku turun ke lantai bawah dan saat sampai dibawah aku bertemu lagi dengan Chandra. Dia menyapaku lagi, tapi kali ini dia bersama teman-teman organisasi.

"Ini orang lagi ngapain coba tadi diatas, bengong aja sendirian" kata Chandra.

"Engga bengong, gue lagi menikmati suasana aja" sahutku.

"Mungkin Zee lagi, meresapi udara kota yang penuh polusi?" sahut salah satu teman organisasi.

"Nah betul itu, bro" jawabku.

"Oya Zee, bulan depan ada pergantian ketua" kata Chandra.

"Oh... terus gimana, kapan mulai rapat?"

"Kapan-kapan aja lah haha"

"Yey masa begitu"

"Gue juga bingung nih, lu masih mau bantuin kan Zee?"

"Iya siap aja gue sih"

"Oke entar kita omongin lagi"

"Biasa Zee lu jadi tim konsumsi lagi ya haha" sahut teman organisasi.

"Siap aja gue mah, emang gue berbakat di bidang itu bro" jawabku.

"Gapapa loh, bagus Zee. Kalo ga ada konsumsi laperlah kita" kata Chandra.

"Hormat lah sama tim konsumsi" sahut teman organisasi.

"Hahahaha bisa aja lu semua, gue duluan ya mau ke ruang senat"

"Main main lah ke ruangan organisasi basket, biar betah" kata Chandra.

"Ah elah, gue kalo kesana dicuekin lu semua, pada ngegame doang"

"Hahahaha iya makanya lu ikut game juga dong"

"Lah mana bisa gue"

"Belajar nih sama master"

"Makasih entar kapan-kapan aja, kalo gue mau haha"

Akhirnya aku meninggalkan mereka semua, dan berjalan menuju ruangan senat. Saat sedang berjalan, Rani yang baru saja turun dari motornya memanggilku.

"Zee. . "

"Iyaa... waduh baru dateng nih orang"

"Hehehe biasa beb, kesiangan bangunnya"

"Begadang mulu sih"

"Iya semalam tuh tidur jam 3, abis nonton film yang baru di download. seruuu banget"

"Iya udah bagus, entar copy ke flashdisk aku ya"

"Oke siap... gimana tadi dikelas?"

"Dikerjain aku..."

"Dikerjain gimana?"

"Masa anak dikelas belom pada ngerjain tugas, pas disuruh maju ke depan aku juga yang kena"

"Haha udah biasa kali Zee, jangan heran"

"Iya ga heran, cuma tadi kesel aja malah aku kerjainnya dadakan"

"Sabar, semoga dapet nilai yang maksimal semester ini"

"Aaminnn..."

"Mau ke ruangan senat kan?"

"Iya nih"

"Ayoo.. mau lanjutin tidur lagi ah, masih ngantuk"

"Ya ampun, kenapa ga sekalian lanjutun tidur dirumah tadi?"

"Kan harus ke kampus, Oya ke kosan kamu aja yuk"

"Entar aja abis makan siang"

"Oke deh"

Aku dan Rani mengobrol apa saja tentang pengalaman mengikuti training organisasi kemarin. Namun tak disangka Rani menanyakan perasaanku dengan Chandra.

"Zee perasaan kamu ke Chandra tuh sebenernya gimana?"

"Ga gimana-gimana kok, biasa aja"

"Jujur dong, masa selama ini ga pernah ngomong ke aku"

"Males ah bahas tentang Chandra"

"Iiiih kok gitu sih, tapi akhir-akhir ini aku liat Chandra udah ga deket sama kak Jojo kan ya?"

"Ga perduli aku mah"

"Serius Zee, dia tuh sekarang udah ga keliatan barengan lagi. Biasanya kan dia nongkrong dikantin tuh sama kak Jojo"

"Denger-denger sih dia udah ga kerja lagi, terus ada masalah sama kak Jojo"

"Nah itu kamu tau kabarnya dari siapa?"

"Dari anak-anak basket lah"

"Tadi katanya udah ga perduli, tapi masih kepo juga"

"Iiih bukan kepo, tapi kan anak-anak pada ngomongin dia begitu"

"Hmmm begitu toh"

"Diyan juga tau kok, malah aku taunya dari dia"

"Ohh dari Diyan. Syukur deh kalo gitu, soalnya aku ga suka liat mereka tuh makin akrab begitu. Aku ngiranya kak Jojo tuh suka deh sama si Chandra."

"Ssssttt udah lah, ngapain jadi bahas mereka sih"

"Gapapa, seru kayaknya"

"Seru apaan"

Ketika aku dan Rani sedang asik mengobrol, datang sesosok cowok yang tinggi. Dia adalah Fahri.

"Assalamualaikum ukhti" sapaan Fahri.

"Wa'alaikumsalam... tumben lu ngucapin salam" Sahut aku dan Rani.

"Ya ampun kompak bener nih kalian berdua, fans sejati gue hahaha"

"Iidih fans dari mana" kata Rani.

"Mau minta tanda tangan gue ga? "

"Tanda kaki aja deh" sahutku bercanda.

"Boleh boleh sini"

"hahahaha" aku dan Rani menertawakan Fahri.

"Eh Zee lu liat anak-anak basket ga?"

"Ke ruangan kayaknya"

"Ya udah gue kesana dulu, ada hal penting"

"Hal penting? apaan tuh?"

"Mabar"

"Mabar? makan bareng?"

"Hayuu.. ga nolak gue"

"Iiih maksud gue Mabar itu makan bareng bukan?"

"Ohh gue kira lu ngajak makan... bukan Mabar itu main bareng, maksudnya ngegame hahaha"

"Ya ampun, kayak gitu doang penting"

"Penting itu"

"Terserah lu dah"

"Ya udah gue mau kesana dulu, daaahhhh"

Setelah Fahri pergi kita berdua melanjutkan obrolan lagi. Lalu Rani menanyakan hal yang berbeda, kali ini dia bertanya tentang kedekatanku dengan Fahri.

"Zee.. Akhir-akhir ini kamu juga deket banget sama Fahri. Jangan jangan....."

"Ehh apa sih, ga ada apa-apa cuma temen biasa"

"Atau ini salah satu cara move on dari Chandra?"

"Ngarang deh"

"Atau cuma manas-manasin Chandra biar dia cemburu?"

"Raniiiiii... makin ngarang deh"

"Jawab dong, kalian tuh kenapa bisa seakrab itu"

"Gini ya, kita berdua tuh cuma saling support aja. Karena aku anak kosan dan dia juga sama, ya udah kita cuma saling membantu aja"

"Oke untuk saat ini sih aku percaya, tapi ga tau kan ya kedepannya kayak gimana"

"Ga bakal gimana-gimana"

"Tapi aku seneng kalo kamu ngerasain seneng, karena yang aku liat semenjak ada Fahri kamu tuh makin ceria"

"Masa sih? kayaknya biasa aja"

"Yey yang menyadari perubahan itu aku dan teman-teman yang lain"

"Tapi plisss kali ini jangan gosipin aku sama Fahri lagi, soalnya yang kemarin-kemarin tuh udah tau sendiri kan"

"Iya siap, tapi kalo beneran terjadi itu namanya bukan gosip hahaha"

"Terserah....."

Memang kedekatanku dengan Fahri lagi-lagi menjadi buah bibir teman-teman terdekatku. Tapi aku menanggapi dengan cuek, karena memang tak ada apa-apa antara aku dengan Fahri. Jujur saja didalam hatiku yang terdalam masih ada Chandra, tak bisa dengan mudah tergantikan dengan orang lain. Fahri hanyalah seseorang yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi teman sekaligus penghibur dikala aku sedang patah hati kemarin. Mungkin kedatangannya diwaktu yang tepat, sehingga teman-teman yang tau masalahku dengan Chandra pasti akan mengira bahwa Fahri adalah sesosok yang bisa membuat aku move on. Tapi kenyataannya tidak semudah itu, apalagi Chandra juga telah mengira hal yang sama. Padahal aku sama sekali tak berharap itu terjadi, walaupun fahri memang selalu bersikap baik kepadaku. Namun aku tak bisa melampiaskan perasaanku kepadanya, hanya karena keadaanku sedang patah hati.