Chapter 11 - Hanya teman

Saat semua orang menyangka aku sedang ada hubungan spesial dengan Fahri, aku hanya menanggapinya dengan santai. Tapi tidak membuat aku dan Fahri risih, bahkan akhirnya aku jadi sering berdua kemanapun.

Hingga suatu ketika kita berdua berpisah untuk beberapa hari. Aku mengikuti acara training organisasi dengan Himpunan Jurusan. Karena tahun lalu aku tak bisa ikut dalam acara tersebut, jadi tahun ini aku masih berkesempatan untuk ikut. Rani dan Diyan menjadi panitia, sedangkan aku jadi pesertanya.

Saat aku sedang berada jauh dari Fahri, dia elalu menghubungiku lewat pesan singkat. Bahkan dia sesekali berkata bahwa dia rindu denganku, tetapi aku tahu kalau dia hanya bercanda.

"Zee.. pulang lah, gue kangen nih. Ga ada yang nemenin gue makan diwarteg jadinya"

"Yey gue kira kangen beneran. Besok juga gue pulang kok"

"Oke, entar lu kabarin gue kalo udah pulang. Jangan nakal lu disana, ikutin aja apa kata panitia. Eh kan panitianya teman-teman lu juga hahaha"

"Iyaa. Mana bisa gue nakal, gue mah anak baik-baik..."

Begitulah kira-kira percakapanku dengan Fahri. Tak ada yang berlebihan, hanya candaan saja yang membuat kita berdua selalu nyambung saat komunikasi.

Setelah aku pulang dari acara tersebut, badanku terasa lelah sehingga aku harus istirahat dikosan. Lalu Fahri meneleponku.

"Hallo..."

"Zee lu udah dikosan kan?"

"Udah nih, tapi badan gue pada sakit"

"Ya ampun lu sakit Zee? Terus lu udah makan belom?"

"Belom sih, gue males buat bangun"

"Gue beliin makanan ya, lu mau apa?"

"Iihh ga usah, entar juga gue makan kok"

"Ya gimana lu mau cari makan, badan lu katanya sakit. entar gue aja yang bawain"

"Hmmm... takut ngerepotin lu aja gue"

"Ya elah, masih kaku aja. Sekarang gue berangkat nih, lu mau makan apa?"

"Nasi, telur, sama sayur aja"

"Iya udah gue berangkat"

"Makasih yaa...."

Beberapa saat kemudian Fahri menelponku lagi, dia sudah berada diluar.

"Iya fahri.."

"Gue udah diluar nih"

"Iya tunggu bentar"

Lalu telponnya ku matikan.

Saat aku keluar menemui Fahri, dia sedang berdiri sambil memegang sebuah plastik yang berisi nasi bungkus.

"Hey Zee, gimana keadaan lu?"

"Ya gini aja, badan gue pada sakit"

"Minum obat pegel linu gitu"

"Ga biasa minum obat gue mah, paling cuma pake balsem"

"Ohh... yaudah kalo gitu, nih makanannya"

"Makasih yaa... nih gue ganti uang lu"

"Ehh ga usah"

"Lah kok ga usah"

"Iya udah, sekarang gue lagi ada uang"

"Ohh.. ya udah entar gantinya kapan-kapan yaa"

"Gampang... ya udah gue pulang dulu deh"

"Makasih sekali lagi ya"

"Sama-sama "

Setelah Fahri dengan tulus mengantarkan makanan kepadaku, aku jadi salut kepada Fahri. Dia adalah sosok teman yang baik, walaupun kadang dia yang minta ditraktir denganku. Tapi menurutku itu hal yang biasa, karena kita sama-sama anak kosan yang diberi uang saku hanya untuk makan sehari-hari. Jika diberikan uang saku lebih, pasti kita saling mentraktir satu sama lain.

Saat aku sedang makan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku.

"Tok tok tok"

"Iya sebentar" lalu aku buka pintu kamarku. Ternyata yang mengetuk itu adalah ibu kos.

"Ehh ibu, kirain siapa hehe" Sambil menjabat tangan ibu kos.

"Kamu udah pulang toh, sampe sini jam berapa?"

"Iya Bu, sampe sini tadi sore jam 4'an"

"Oh...udah makan belom, ibu masak banyak tuh"

"ini lagi makan Bu, tadi aku dibeliin temen"

"Yah... padahal ibu masak banyak, ya udah kalo mau makan lagi ke rumah ibu aja ya"

"Oh... iya Bu, makasih yaa Bu atas tawarannya"

"Iya.... ya udah kalo gitu ibu mau pulang dulu"

"Siap Bu"

Akhirnya aku melanjutkan untuk makan. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, selesai makan rasa ngantuk pun datang. Tapi setelah makan tidak boleh langsung tidur, sementara itu aku mengalihkan rasa ngantukku untuk membaca novel. Semenjak kuliah aku memang hobby membeli buku novel. Jadi sudah lumayan banyak koleksi novelku yang tersimpan, tapi kadang ada beberapa teman yang meminjam dan lupa dikembalikan.

Tiba-tiba handphone berdering, ternyata ada pesan masuk. Saat aku lihat ternyata dari Fahri.

"Zee. udah makannya?" tanya Fahri.

"Udah ko, sekali lagi makasih ya Fahri"

"syukur deh kalo udah makan, iya sama-sama"

"Btw lu sendiri udah makan belom"

"Udah, tadi kan sekalian gue beli "

"Oh... Oya gimana perkembangan hubungan lu sama si cewek itu"

"Siapa?"

"Yey itu si calon anggota Basket itu"

"Oh dia... engga jadi deketin gue"

"Loh kenapa?"

"Karena gue terlalu baik buat dia haha"

"Jangan bercanda"

"Menurut lu?"

"Lah kan lu katanya suka sama dia"

"Minder gue, dia tipenya yang perfect"

"Perfect gimana? Didunia ini tuh ga ada yang perfect"

"Yaa gitu deh, lagian gue nyadar diri Zee"

"Emang harus nyadar diri, biar ga sombong haha"

"Iya gue ini kan belom kerja, masih freelance"

"Emang menurut lu, dia itu cewek yang mandang cowok dengan pekerjaannya?"

"Ga tau sih, karena gue taunya dia udah kerja dan pasti dia cewek yang mandiri"

"Ah payah lu, mikirinya udah negatif aja"

"Bukan gitu zee, sekarang gue fokus cari kerjaan dulu deh"

"Oh ya udah, gue do'ain lu cepet dapet kerjaan biar berani nembak cewek haha"

"Yey emangnya gue kerja buat nembak cewek doang, ya kan biar bisa traktir lu lagi"

"Oh gitu.. Aaminnn ya rabbal Alamin"

"Nah makanya lu dukung gue dong"

"Gue kan selalu dukung lu, udah dulu ya gue mau tidur"

"Mau gue ucapin selamat tidur ga?"

"Haha lebay lu"

"Gue kasian kan lu jomblo Zee"

"Ga gitu juga kali"

"Ya udah sana tidur lu"

"Iyaa..."

Setelah chattingan dengan Fahri, aku langsung tidur lelap.