Chapter 10 - Kehadiranmu

Ketika aku pulang menemani Fahri membeli sarapan, aku melihat Chandra sudah ada didepan ruang organisasi basket. Dia sedang duduk sendirian, lalu melihat ke arahku dan Fahri. Tapi dia hanya menyapa Fahri dan aku diam saja.

"Wahh.. baru dateng lu Fahri..."

"Gue dari pagi dong, ini abis beli sarapan"

"Ohh.. belom ada kabar dari mobilnya nih?"

"Ada lagi dijalan katanya"

Saat aku mau masuk ke dalam ruangan basket bersama panitia lainnya, Fahri memanggilku dan menawarkan aku sarapannya.

"Zee, ini lu mau makan lagi ga? sini gue siapin"

"Enghh.. engga deh, gue udah kenyang. Abisin aja biar lu kenyang'

"Ya udah atuh..."

Seketika itu aku lihat Chandra menunduk dan sedikit menyumbingkan bibir. Entahlah aku tak mengerti apa yang dia rasakan.

Saat mobil sudah datang, semua panitia dan peserta training organisasi basket bersiap untuk berangkat. Namun sebelumnya Fahri memimpin do'a agar semuanya berjalan dengan lancar dan sampai tujuan. Ternyata Chandra tak ikut serta menaiki mobil, mungkin itu artinya dia tak jadi ikut acara ini. Lalu mobil pun jalan, Chandra melambaikan tangan kepada kami. Pikirku lebih baik Chandra tak ikut, karena aku tak perlu resah memikirkan apapun yang terjadi nanti.

Selama diperjalanan, Fahri tak henti-hentinya menghiburku dan lainnya. Saat aku merasa ngantuk dan tertidur disandaran Diyan, Fahri iseng memotret diriku. Namun aku tak mengetahuinya, sampai akhirnya Fahri pun tertawa melihat fotoku yang sedang lelap tertidur. Saat aku terbangun, Fahri memberikan gambarku dikameranya.

"Zee, cakep banget sih lu kalo lagi tidur hahaha"

"Maksudnya?"

"Nih liat.. "

"Ya ampun Fahri jail banget sih lu.. ini muka m bantal gue. Plisss hapus fotonya"

"Iya iya entar gue hapus"

Memang Fahri orangnya jail, tapi aku sangat terhibur dengan kehadirannya. Sesampainya ditempat traing organisasi, kami semua disuguhkan dengan pemandangan gunung yang indah. Villa yang kami tempati tepat dibawah kaki gunung, cuacanya sedang gerimis kecil dan udaranya sangat dingin. Untung aku sudah menggunakan sweater tebal sebelum berangkat.

Lalu aku dan panitia lainnya mulai merapikan segala kebutuhan. Aku, Diyan dan kak Riri bersiap untuk masak di dapur. Untungnya di villa tersebut sudah tersedia peralatan dapur yang lengkap. Namun ada beberapa bahan masakan yang belum sempat dibeli. Akhirnya aku dan salah satu panitia cowok, pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan pangan dengan mengendarai motor. Saat perjalanan menuju pasar, aku dan temanku kehujanan. Hujan yang sangat deras membuat bajuku basah, kami lupa membawa mantel hujan dari villa. Mau tak mau kami berdua berteduh sampai menunggu hujan reda.

Setelah menunggu hujan reda, aku dan temanku melanjutkan perjalanan menuju pasar. Sesampainya di pasar, aku langsung membeli beberapa bahan makanan yang dibutuhkan. Dan setelah cukup lengkap, akhirnya aku pulang. Tapi saat aku hendak menaiki motor, aku lupa diplastik ada beberapa telur. Seketika itu 3 telur yang aku beli, pecah gara-gara terbentur motor. Sontak aku teriak, temanku bingung apa yang terjadi.

"Yahhh.. pecahh...."

"Kenapa zee? apanya yang pecah?"

"Telurnya nih pecah.. huhuu gimana dong"

"Yah... mau gimana lagi, udah terlanjur pecah."

"Gapapa nih? apa mau beli lagi"

"Ga usah, ini mau digoreng kan telurnya?"

"Iya sih..."

"Ya udah, nanti juga dipecahin juga"

"Aman nih Gapapa?"

"Amannnn.. ayo pulang"

Lalu aku dan temanku kembali pulang ke villa. Untuk pertama kalinya aku pergi ke pasar yang lumayan jauh dan didaerah pegunungan seperti itu.

Sesampainya di villa, aku berbicara bahwa telurnya pecah. Tapi mereka hanya tertawa dan memaklumi kejadian yang aku alami. Lalu aku dan panitia didapur mulai memasak.

Ketika malam tiba, udaranya semakin dingin. Beberapa kegiatan dilakukan didalam villa, sambil disuguhkan dengan minuman hangat. Saat melakukan kegiatan, tiba-tiba Fahri menghampiriku.

"Zee.. menurut lu cewek itu cocok ga buat gue?"

"Hah? Yang mana nih?"

"Itu yang pake kerudung pink"

"Ohh itu, ya cocok-cocok aja sih"

"Ah lu mah gitu jawabnya"

"Lah mesti jawab gimana dong gue"

"Ya gimana gitu, menurut lu dia gimana orangnya?"

"Hmm.. menurut gue dia dewasa, baik, tapi rada galak. Bae-bae lu makanya jangan nakal"

"Gapapa dong, gue mau digalakin sama dia"

"Dasar lu genit"

"Kira-kira dia mau ga ya sama gue?"

"Usaha aja dulu, masa belom usaha udah ngira-ngira begitu"

"Gue mesti gimana?"

"Yah kaku banget, katanya udah senior"

"Soalnya dia beda dari cewek lain, kan kata lu galak"

"Hmmmm iya sih, gimana ya kalo cewek galak"

"Tau ah gue juga bingung"

"Yaa udah lu kasih perhatian aja ke dia, kali aja lama-lama dia luluh"

"Iya deh gue coba"

"Ya udah gue tidur dulu.."

"Dasar tukang tidur"

"Yey biarin"

Setelah semuanya tertidur termasuk panitia. Tiba-tiba ada yang membangunkan aku.

"Zee.. bangun Zee..."

Saat itu pukul 02.00 dinihari. Semua panitia dibangunkan, lalu disuruh berkumpul diluar villa.

"Ini ada apa sih?" tanyaku kepada Diyan.

"Engga tau aku juga" jawab Diyan.

Ternyata yang membangunkan kami adalah senior-senior organisasi. Mereka memberikan ujian mental kepada kami selaku panitia. Tanpa alas kaki dan sweater tebal, aku merasa sangat kedinginan. Bibir bawahku bergetar sampai gigiku bawah dan atas saling beradu. Yang aku takutkan adalah terkena hipotermia, bahkan salah satu temanku ada yang pingsan. Aku kira ini sebuah perloncoan, tapi ternyata ini adalah ujian agar mental kami kuat. Ditengah dinginnya cuaca malam hari, para senior menegaskan kepada kami selaku panitia yang tak boleh semena-mena terhadap calon anggota atau peserta organisasi. Akhirnya kami panitia mengerti apa yang dikatakan senior. Setelah kegiatan itu berlalu, saatnya giliran kami panitia membangunkan calon anggota atau peserta training organisasi.

Sekitar pukul 03.30 pagi, menuju subuh. Cuacanya masih sangat dingin entahlah berapa derajat Celcius saat itu.

Seperti kegiatan malam biasanya, peserta hanya perlu melewati pos demi pos untuk menyelesaikan suatu tugas dari panitia.

Saat matahari mulai terbit, kita semua menyelesaikan kegiatan dengan berendam di sungai. Sungai yang tidak terlalu deras, namun airnya sangat dingin. Tapi sayang aku tak bisa ikut dalam kegiatan tersebut karena tugasku didapur untuk masak.

Akhirnya aku kembali ke villa bersama Diyan dan kak Riri.

Setelah masakan matang dan semua peserta dan panitia pulang dari sungai, mereka dipersilahkan untuk makan bersama. Indahnya kebersamaan ketika makan bersama mereka dengan makanan sederhana.

Itulah pengalamanku selama berada ditempat training organisasi. Sepulangnya dari acara training organisasi, aku dan Fahri semakin akrab. Kadang kita menyempatkan waktu untuk makan diwarteg berdua sambil bercerita tentang apapun.

Semenjak ada Fahri semuanya berjalan begitu saja, tak ada rasa canggung ataupun segan untuk kembali berlatih basket. Kadang apabila tidak ada Rani atau Diyan, aku diajak oleh Fahri untuk sekedar menontonnya berlatih. Dan kebetulan sore itu aku sedang duduk sendirian dipinggir lapangan, walaupun Fahri sudah memaksaku untuk berlatih basket tapi saat itu badanku sedang sakit. Saat aku sedang menonton Fahri yang sedang bermain basket, tiba-tiba ada Chandra datang dan menyapaku.

"Hey Zee.. sendirian aja, yang lain kemana?"

"Ohh.. Diyan ga bisa dateng katanya lagi ada urusan"

"Hmm... kok lu ga ikut latihan?"

"Gue nonton aja deh, soalnya lagi ga enak badan"

"Yah... udah minum obat?"

Deghhh... kenapa dia menanyakan hal seperti itu? Sok perhatian sekali dia.

"Hmm.. udah kok tadi"

"Kalo badan lu masih ga enak, mending istirahat Zee"

"Ya Gapapa kok, lagian kalo istirahat terus malah nambah sakit badan"

"Ohh ya udah kalo gitu, gue latihan dulu ya"

"Iyaa..."

Aku heran kenapa sikap Chandra seperti itu kepadaku. Walaupun yang aku tahu memang Chandra baik, tapi kalau perhatian semacam itu membuatku berpikiran aneh.

Selesai berlatih basket, Fahri duduk disampingku. Lalu dia meminta aku untuk diambilkan air minum. Dan ketika itu Chandra menghampiri kita berdua dan betapa kagetnya aku, saat Chandra duduk diantara aku dan Fahri atau tepatnya duduk ditengah. Dia menggeser Fahri lalu duduk tepat disampingku.

"Ngapain sih lu duduk ditengah gini" tegas Fahri.

"Kenapa emang? gue ganggu?" sahut Chandra.

"Ga nyadar emang, kayak badan lu kecil aja"

"Hahaha kecil badan gue mah.. Oya Zee, hati-hati si Fahri suka modus"

"Iya gue tau dia suka modus" jawabku.

"Ga jelas lu Chandra" jawab Fahri yang tampaknya kesal.

Lalu Fahri berdiri dan mengambil bola basket ditengah lapangan.

Diwaktu yang bersamaan tanpa aku duga, tiba-tiba Chandra menangajakku berbicara.

"Zee gue boleh nanya?" ucapnya.

"Hmm nanya apa?" jawabku.

"Hemmm sekarang lu sama Fahri lagi Deket ya?"

"Hah? Deket, gimana maksudnya?"

"Lah malah nanya balik, maksud gue kalian pacaran gitu?"

"Engga kok!!"

"Hemmm masa sih? kayaknya kalian tuh sekarang kemana-mana berdua"

"Tapi beneran ga pacaran, kok bisa ya orang-orang nyangka gue sama Fahri pacaran"

"Ya karena lu berdua udah deket banget keliatannya"

"Hemmm gitu ya, tapi sumpah deh engga ada apa-apa gue sama Fahri"

"Kalo iya juga gapapa Zee, gue turut bahagia. Itu artinya lu udah move on. Semangat yaa"

"Maksudnya?"

"Hemmm ya udah gue lanjut latihan lagi"

Lalu Chandra pergi begitu saja, tanpa menjawab pertanyaanku. Aku pun hanya menunduk, tak ingin lagi menatapnya.

Deghhhh.. seketika hatiku teriris ketika mendengar Chandra berkata seperti itu. Kenapa dia berfikiran bahwa aku sudah move on? Dia tidak tahu bahwa selama ini aku menahan perasaan agar tidak membencinya, dan betapa sulitnya bangkit dari angan-angan tentangnya. Bahkan saat dia dekat dengan kak Jojo atau kak Ara, aku tak pernah memperdulikan itu. Tapi kenapa saat aku dekat dengan orang lain dia bersikap seperti itu. Apa yang sebenarnya dia rasakan? Jika memang dia menolak perasaanku, tidak seharusnya dia seperti itu. Padahal aku tak punya perasaan apa-apa kepada Fahri, kecuali hanya perasaan perduli sebagai teman.