Karena merasa suasana pagi menjadi tidak enak akibat bercerita tentang kecelakaan, akhirnya Surya memutuskan untuk mengambil piring dan menuangkan nasi Goreng untuk dirinya dan juga Nenek, pagi terlalu cerah hanya untuk membahas hal yang menyesakkan jiwa. Surya juga mengambilkan teh hangat kedalam gelas Neneknya dan menaruhnya di depan Nenek.
"Maaf ya Nek, jadi buat pagi Nenek merasa kesedihan. Kita sarapan saja, daripada Terus mengingat hal itu". Surya mencium kening Nenek, Nenek hanya mengangguk dan mengerti.
Surya menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya dan mengunyahnya perlahan, hatinya terasa berat jika sudah mengingat masa lalu. ketukan pintu belakang membuat Surya dan Nenek terdiam dan saling memandang.
"Biar Surya yang bukan Nek". Ujar Surya yang melihat Neneknya ingin bangun dan melihat siapa yang datang. Surya berjalan ke pintu belakang yang memang tidak jauh dari meja makan, saat membuka pintu Surya dapat melihat Lina dengan ibunya yang datang dengan senyum senang.
"Assalamualaikum Nak Surya". Kata ibu Lina.
"Walaikumsallam Bu Wulan, ayo silahkan masuk. kebetulan saya sama Nenek sedang sarapan, kita sarapan bersama saja". Surya mempersilahkan Bu Wulan dan Lina masuk kedalam, mereka berjalan ke arah Nenek. Nenek sudah tersenyum hangat menyambut mereka berdua, sebenarnya Nenek orang yang memang selalu tersenyum jika dekat dengan orang lain. itu dia kenapa Nenek selalu dihormati dan dihargai banyak orang dikampung ini, karena pembawaan Nenek yang humble dan tidak sombong.
"Assalamualaikum Nek Santi, maaf ya saya pagi pagi jadi mengganggu". Kata Bu Wulan yang mencium tangan Nenek, lalu berganti Lina yang juga mencium tangan Nenek.
"Gak papa, saya senang ada tamu yang berkunjung.. ayo ayo duduk, kita sarapan bersama. kebetulan saya sama Surya sedang sarapan". Kata Nenek Santi yang menyuruh Lina serta Bu Wulan duduk di meja makan bersama.
"Oh iya, ini saya bawakan singkong goreng.. kata Lina Surya kangen makan singkong goreng". Bu Wulan membuka rantang dan menaruh singkong goreng ke dalam piring yang memang ada di meja makan.
"Oh ya ibu repot-repot, tapi makasih ya Bu. saya jadi senang dibawakan singkong goreng, ini pasti enak sekali buatan Bu Wulan". Surya tersenyum dan mulai mengambil singkong goreng buatan yang dibawa oleh Bu Wulan dan Lina, Menghargai mereka dan langsung mengunyahnya perlahan.
"Ini Lina yang masak loh Nak, dia pagi pagi sudah kepasar cari singkong.". Kata Bu Wulan yang sudah melihat wajah anaknya memerah malu, Nenek Santi hanya tertawa melihat wajah Lina yang menunduk malu malu.
"Wah kalau buatan Lina mah, Nenek juga suka.. kemarin Lina masak juga bawakan sarapan, itu Nenek yang habiskan loh.. makasih ya Lina, kamu jadi Perempuan yo pinter benar". Kata Nenek yang juga sengaja meledek Lina, Lina hanya tersenyum dan mengangguk.
Tingkah Lina tidak lepas dari pandangan Surya, Surya kagum dengan Lina yang hanya diam saja saat dipuji. merendah dan tetap tersenyum untuk menghargai.. wanita seperti Lina memang jarang bisa ditemui, hati tulusnya dan pembawaannya yang sopan serta terdidik dengan baik. itu membuat Lina berbeda dengan wanita kebanyakan.
"Mas.. Lina boleh minta nasi gorengnya?". Ucapan Lina yang tiba tiba membuat Surya gugup karena dipergoki memperhatikan Lina secara tidak sopan, Surya mengangguk dan memberikan tempat yang berisi nasi goreng. Lina yang melihat Surya yang gelagapan hanya bisa tertawa kecil.
"Loh Yo kamu tuh ya Surya, kalau mau liatin Lina terus. ya di nikahin saja, tidak sopan lihat-lihat wanita begitu.. nanti jatuhnya dosa, masuk neraka". Ucapan Nenek membuat Surya tersedak singkong gorengnya.
"Hukkk....hukkk...." Surya mengambil air putih yang ada di depannya dan meminum secara perlahan, sambil menepuk nepuk dadanya yang sakit. "Nenek ih, kenapa ngomongnya gitu sih.. gak enak loh di dengar Lina sama Bu Wulan gini, nanti jatuhnya salah paham". Surya sudah ingin marah pada Neneknya, tapi Surya mana bisa marah? Surya hanya malu karena perkataan Nenek terlalu menjurus ke arah yang berlebihan.
"Ya gak papa Nak surya, kalau memang suka dengan Nak Lina.. ya datang saja kerumah, bicarakan dengan bapak Lina.. kami sekeluarga juga pasti senang akan hal itu, Lina juga sudah dewasa. sudah waktunya dia untuk menikah, Lebih baik Nikah dulu baru berpacaran, agar tidak menimbulkan fitnah dan dosa". Bu Wulan berucap sopan pada Surya, Surya yang mendengar itu hanya menganggukan kepala dan melirik Neneknya yang tersenyum jail. Kenapa Neneknya membahas hal seperti ini di meja makan? kan Surya jadi terlihat salah.. padahal tadi Surya hanya tidak sengaja menatap wajah Lina lebih lama dari biasanya..
"Iya Bu, akan saya coba pikirkan ya.. Saya juga masih belum cukup mengerti tentang arti pernikahan, dan masih banyak belajar.. semoga lambat laut saya bisa memahami dan bisa.. ya bisa itulah pokoknya Bu, saya bingung jadinya harus bicara apa.. maaf ya Bu, karena sudah memandangi Lina anak ibu dengan pandangan tidak pantas". Ujar Surya yang memang merasa malu dengan sikapnya sendiri.
"Gak papa Nak, kalian itu masih muda.. wajar saja jika ada rasa kagum dan suka, tapi Ibu berpesan. tolong jaga Nak Lina dari hal-hal buruk, kalian boleh berteman baik.. tapi jika memang sudah tidak tahan, sudah ada bisikan bisikan setan, lebih baik langsung datang ke bapak dan ibu.. jadi kita bisa bantu untuk Melakukan pernikahan... daripada nanti kalian jadi bahan omongan orang kan, tidak baik juga buat dua keluarga. ibu juga tidak memaksa, hanya memberitahu saja". Bu Wulan berkata dengan sopan dan membuat Surya cukup menghela nafas lega..
Gara gara Neneknya yang membahas pernikahan, jadi Surya yang terkesan tidak gentle dalam hal ini. Surya bukanya tidak mau menikahi Lina, tapi Surya masih ragu akan sebuah pernikahan.. belum merasa yakin dan mempunyai banyak ilmu untuk membangun sebuah rumah tangga dan bisa membahagiakan istrinya nanti.
"Iya Surya, pembelajaran itu kan bisa didapatkan darimana saja.. coba saja dulu untuk meniatkan ini dalam hatimu, lalu meminta kepada Allah.. siapa tau kamu dan Lina itu memang jodoh". Surya terbengong dengan kata kata Neneknya yang sudah tidak berbasa-basi lagi.. Surya ingin sekali mencubit pipi neneknya dengan gemas, Karena Surya yakin Neneknya sengaja mengatakan ini agar Surya memberikan suatu kepastian pada Bu Wulan dan Lina. Surya menelan air liurnya susah payah, bingung ingin berkata apa.. melihat ke arah Lina yang sudah tersenyum tulus, lalu ke arah Bu Wulan yang memang ingin sekali Lina secepatnya dipersunting..
Surya bukan orang yang suka mengumbar janji-janji palsu, jadi apapun yang akan Surya lakukan. Surya akan melakukan dengan berpikir secara matang dan menimbang-nimbang keseluruhan yang ada. Tidak bisa tiba tiba berkata ya.. atau berkata Tidak..