Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 48 - Malam yang membuat mati hati Nia

Chapter 48 - Malam yang membuat mati hati Nia

Surya sudah rapih dengan kemeja Hijau tua yang ia pakai dan juga celana bahan, Nenek tersenyum hangat melihat Surya yang turun dari kamar. Hari ini adalah hari yang sangat di tunggu oleh Nenek, Surya dipaksa melamar Lina oleh Nenek. Kata Nenek, mumpung Lina belum ada yang melamar.

Surya menurut saja, karena menurut Surya juga. Lina Perempuan yang baik dan sangat santun, kesempurnaan miliknya yang selalu tersenyum hangat. Surya, Nenek, dan Bi asih serta beberapa tetangga ikut campur menyambangi Rumah Lina.

Mobil di jalankan oleh supir yang sudah di sewa oleh Surya sehari yang lalu, mereka menaiki mobil dengan membawa beberapa bingkisan kecil. Surya mengembuskan nafasnya beberapa kali, percaya bahwa pilihannya saat ini adalah atas ijin Allah SWT.

Perjalanan kerumah Lina tidak memakan banyak waktu, hanya sekitar 10 menit. Surya dan rombongan tiba di depan perkarangan Rumah Lina.

Bapak dan Ibu Lina sudah menyambut dengan hangat, Keluarga serta beberapa tetangga juga tersenyum saat Surya turun dari mobilnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabharakathu.." ujar Surya yang menyalami kedua tangan Ibu dan Bapak Lina. Bapak Lina menepuk pelan pundak Surya dan tersenyum hangat.

"Walaikumsallam warahmatullahi wabharakathu". Ucap semua orang yang mendengar salam Surya.

"Silahkan Masuk Nak Surya, Nenek.. dan yang lainnya. Mari mari". Bapak Lina berucap dengan sopan dan lembut.

Surya dan rombongan masuk satu persatu, duduk di lantai beralas karpet berwarna biru muda. Minuman dan makanan kecil silih berganti tersaji di depan kami masing-masing.

Ketua RT setempat juga datang untuk menjadi saksi atas Niat baik yang dibawa oleh Surya.

Surya berzikir terus dalam hatinya, mencoba untuk tidak gugup dan bernafas perlahan. Malam ini adalah malam yang belum pernah Surya lewati, Walaupun hanya sebuah lamaran atau penyampaian niat baik. Tetap saja Surya merasa gugup dan takut salah bicara.

"Nak surya, tegang sekali wajahnya". Tegus pak kyai yang baru saja datang dan menyenggol lengan Surya pelan, Surya terkaget sebentar lalu mulai menyalami tangan pak kiyai.

"Maaf pak kyai". Ujar Surya yang tangannya sudah terasa dingin.

"Tidak usah terlalu dipikirkan, Pak Bagas.pasti menerima lamaran Nak Surya untuk anak perempuannya". mendengar lelucon Pak kyai, semua orang disana tertawa senang. Surya hanya menggaruk lehernya yang tidak gatal.

Nenek yang melihat kegugupan di wajah Surya, hanya bisa menenangkan dengan mengelus pelan tangannya.

"Bismillah, semua atas ijin Allah.. akan lancar hingga hari H tiba". Ujar Nenek yang sangat bahagia malam ini. Nenek senang karena Surya menerima saran Nenek untuk melamar Lina, Nenek bahkan tidak menunggu lebih dari tiga hari. Surya sholat istikharah untuk meminta petunjuk, saat mendapatkan keyakinan itulah. Nenek langsung menghubungi Ibu Lina dan menyetujui hal tersebut. dan malam inilah secara resmi Surya meminta ijin untuk menikahi Lina.

Semua sudah duduk dengan tenang, Pak kyai membuka acara dan memberikan ceramah serta pesan-pesan untuk kebaikan. Surya mendengarkan dengan seksama, waktu terus berputar.. sampailah di acara inti, dimana Surya secara langsung menyampaikan Niat baiknya untuk Menikahi Lina.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabharakathu" ucap Surya pelan.

"Walaikumsallam warahmatullahi wabharakathu". Jawab semuanya serentak.

"Terimakasih untuk semua yang sudah datang kemari, menjadi saksi atas Niat baik saya di rumah Bapak Bagas dan ibu Wulan. Pak Bagas...". ujar Surya yang tersenyum memanggil nama pak Bagas.

"Iya Nak? ada apa?". Pak Bagas sengaja menggoda Surya yang sudah semakin gugup.

"Saya memiliki Niat untuk Menikahi anak bapak, Lina Pujiastuti untuk menjadi istri saya.. Jika bapak berkenan, maka biarkan saya menjaga anak bapak dan membimbingnya untuk mencapai surga yang sama. saya memang bukan lelaki baik dan tidak mungkin tidak melakukan kesalahan, tapi insyaallah saya akan melakukan perintah Allah SWT dengan sebaik-baiknya dan menjauhi larangannya. Maka dari itu untuk menjalankan ibadah ini, saya memerlukan ijin Bapak sebagai orangtua kandung Lina". Surya menghembuskan nafasnya lega, Pak Bagas yang melihat itu menepuk lagi pundak Surya.

"Bapak tidak melarang saat seseorang ingin mengajak anak bapak untuk beribadah bersama, tapi mungkin Nak Surya harus melihat dulu Lina dan meminta persetujuan ini pada Lina. Apakah Lina berkenan atau tidak.. Lina....". Pak Bagas memanggil Lina yang ada di dalam.

Lina keluar seorang diri, tampilannya mempesona dengan kebaya hijau tua, kain coklat, dan kerudung berwarna hijau lebih muda. wajahnya di beri make up sederhana, senyumnya langsung terpantri saat melihat Surya yang duduk di dekat bapaknya.

"Duduk dengan Bapak Lina". Pak Bagas menyuruh Lina duduk di samping kirinya. karena disebelah kanan ada Surya.

"Ada apa Bapak memanggil Lina?". Jawab Lina berbasa-basi.

"Nak Surya kemari meminta ijin pada Bapak untuk mengajak kamu beribadah bersama dalam jalinan pernikahan.. Bapak menyerahkan semua jawaban kepada kamu, karena kamu yang akan jalani.. Restu bapak dan ibu selalu menyertaimu Nak, maka sekarang jawablah pertanyaan Nak Surya dengan baik dan jangan menyakiti hatinya". Pak Bagas mengelus pelan kepala Lina.

Lina menatap sebentar Surya, lalu menunduk lagi.

"Mas, boleh Lina tanya beberapa hal?". Ucapan Lina membuat Surya semakin keringat dingin.

"Tentu Lina". Jawab Surya setenang mungkin, padahal saat ini jantung Surya sudah berdetak lebih kencang.

"Memangnya kenapa Mas Surya yakin untuk mengajak Lina beribadah bersama? apakah ada sesuatu dari Lina yang mampu menggetarkan hati Mas Surya?". Pertanyaan Lina disambut senyuman-senyuman menggoda dari para tamu yang hadir.

"Lina, Mas dan kamu memang baru saja bertemu setelah sekian lama.. Mas tau jika ini terlalu mendadak dan membuat kamu bingung, tapi Mas sudah menyerahkan semua ini kepada Allah SWT. Mas meminta padanya dan diberi keyakinan kuat atas jawabannya. Mas meminta maaf jika memang Mas katakan, bahwa Mas belum mencintai kamu.. Mas tidak berani mencintai seorang perempuan yang bukan muhrimnya, Mas hanya ingin mencintai kamu di sebuah pernikahan indah yang halal". Jawaban Surya mampu membuat hati Lina tersentuh, sederhana namun sangat luar biasa.

"Mas, Lina menerima Niat Baik Mas Surya.. Lina serahkan hal lainnya pada Bapak dan Ibu". Lina memegang tangan bapaknya, Senyum indah terpantri di wajah semua orang yang mendengar jawaban Lina.

"Baiklah, jika memang Lina setuju.. Kita akan bicarakan tanggal pernikahan dan hal lainnya". Pak Bagas mulai berbicara banyak hal dengan Surya, dibantu dengan saran tetangga serta kerabat dekat.

Pak kyai juga ikut memberikan saran baik, semua saling berbagi pengetahuan tentang pernikahan.

Nenek yang melihat hal ini hanya bisa meneteskan air mata bahagia, Sebentar lagi cucunya akan menikah dengan wanita baik dan lemah lembut. Nenek berharap menjadi pernikahan indah sampai mereka tua dan memiliki banyak cucu.