Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 22 - Punggung itu menjauh

Chapter 22 - Punggung itu menjauh

Nia tidak berpaling dari tempatnya, matanya tetap melihat punggung mas surya yang semakin menjauh. punggung yang selalu menjadi bayangannya untuk bersandar saat ini tenggelam di dalam keramaian. Rambut hitam yang ingin sekali aku sisir melambai terbawa angin dan tak bisa kusentuh lagi. cinta terlalu menyakitkan untuk kamu yang hanya bisa melihatnya dari jauh, dan sekarang cinta itu semakin jauh.

Air matanya mungkin sudah tidak mengalir, bukan karena Nia cukup tegar, namun karena sakitnya sudah terlalu berlebihan. Air mata yang mengering adalah satu kehancuran yang sudah tidak bisa diucapkan, senyum kecil yang terlihat disudut bibir adalah sebuah kegelapan yang nyata tanpa orang ketahui.

Sampai disini perjuangannya? tanpa balasan yang berarti?

"Ayo pulang". sebuah tangan menepuk pundaknya singkat, Nia melihat kebelakang dan menatap dua bola mata yang memandang dirinya dengan tenang.

"Romeo? kamu disini juga?". Nia cukup terkejut saat melihat wajah Romeo dengan senyuman yang terukir indah di sudut bibirnya. wajahnya yang sudah 3 minggu tidak dia temui. wajah yang setiap malam juga menghantui dirinya.

"aku tau kamu pasti kesini, aku sengaja datang untuk membawa kamu pulang". Romeo tetap menatap wajah Nia dengan tenang, memberikan sebotol jus jeruk yang dia bawa dari rumahnya.

"kenapa jus jeruk?". tanya Nia.

"biar hidup kamu ada rasanya, asem, manis kita nikmati bersama".

"aku bukan ketek, ada asem asemnya segala". Nia tertawa dengan lelucon yang ia lontarkan, sebenarnya pria seperti Romeo lah yang ia butuhkan sekarang.

"aku gak bilang kamu ketek".

"kenapa sekarang kita pake 'aku kamu' segala?". tanya Nia.

"kamu duluan yang bilang, aku mah ngikutin aja. tapi menurut aku panggilan ini lebih manis".

"ya gak ada salahnya panggilan itu".

"ayo pulang Nia". ucap Romeo lagi.

"pulang kemana?". Tanya Nia, Nia memilih duduk di bangku yang ditempati Mas surya tadi. lalu meminum jus jeruk yang dibawakan Romeo.

"pulang ke apartemen Riri". Romeo mengikuti Nia, dia duduk disamping dan menopang wajahnya sambil memperhatikan wajah Nia.

"Riri sama kamu akhir-akhir ini sibuk banget ya?".

"ya, aku lumayan sibuk. bantu Daddy urus perusahaan. karena Mas surya memilih tinggal di Yogyakarta untuk sementara waktu atau selamanya, aku juga gak tau pasti".

"makasih ya Rom". ucap Nia pelan, Nia tidak berani memandang wajah Romeo lama-lama, Nia takut Romeo melihat banyak kesedihan didalam wajahnya saat ini.

"untuk apa?".

"kamu selalu ada saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar, bahkan kamu tau aku ada disini. kamu selalu tau apa yang ada dipikiran aku dan apa yang akan aku lakukan".

"kita sahabatan 4 tahun Nia, setiap hari dalam 24 jam kita hampir sama-sama, mungkin kalau ke toilet aja aku gak pernah ngikutin kamu". Nia hanya tertawa mendengar lelucon yang dilontarkan Romeo secara tidak langsung.

"Maaf ya Rom, aku selalu nolak saat kamu ajak aku main akhir-akhir ini". ucap Nia sedikit menyesal.

"kamu apa sih, suka banget minta maaf sekarang. aku ini sahabat kamu, walaupun kamu memang nolak cinta aku. tapi aku tetap sahabat kamu apapun yang terjadi, jadi stop bilang Maaf".

Nia mengeluarkan airmatanya saat ini, hatinya sedikit tercabik saat mendengar cinta tulus yang dirasakan oleh Romeo, Nia tau bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintai kamu. apalagi Romeo harus merasakan hal itu selama 4 tahun ini, terlihat baik-baik saja dalam selama mencintai aku yang tidak melihat kearahnya.

"gak usah nangis, kita ditempat Ramai. kamu bukan orang yang lemah Nia". Romeo hanya memberikan sapu tanganya pada Nia, ia tidak bernai menyentuh Nia untuk sekedar menghapus air mata itu, Romeo tau Nia sedang memperbaiki dirinya.

"aku cuma sedih aja, kamu selalu baik sama aku. tapi aku sampai saat ini belum bisa balas kebaikan kamu, aku cuma bisa memberikan kesakitan untuk kamu. kamu selalu mencintaiku tanpa lelah, dan bodohnya aku yang tidak pernah melihat itu Rom".

"cinta memang butuh perjuangan Nia, aku berjuang untuk meluluhkan hati kamu, dan kamu berjuang untuk meluluhkan hati orang lain. aku yang mengejar kamu dan kamu yang berlari semakin menjauh. kamu menolak berteduh digubukku dan memilih hujan hanya untuk terus berlari. kamu hanya perlu mengubah pemikiranmu dan kembali menjadi seseorang yang berpikir realistis. ada saatnya kita memilih kata hati, dan ada saatnya kita menggunakan pikiran".

"apa aku sudah terlalu jauh untuk kembali ke gubukmu?".

"aku kesal kau sebut kata Gubuk, aku juga menyesal mengibaratkan diriku seperti gubuk". Nia tertawa melihat wajah Romeo yang aneh itu.

"kamu yang sebut, aku cuma mengikuti saja".

"ya begitulah pokoknya, aku memang tidak pandai mengisyaratkan kata cinta dengan puitis. aku bukan penyair, jadi berhentilah tertawa Nia". ucap Romeo sedikit kesal.

"ya ya, aku berenti ketawa. abis kamu tumben-tumbenan berucap kata manis sekali".

"ayo pulang". ajak Romeo.

"kita kesuatu tempat aja yuk, aku pengen tempat yang menenangkan. lagipula sudah lama kita gak mengobrol banyak hal". ajak Nia, Romeo hanya menaikan alisnya heran. lalu mengangguk dengan cepat.

"jadi aku gak sia-sia ya ngebut dijalanan buat nyamperin kamu kesini".

"gak pernah ada kata sia-sia jika kita mau berjuang". timpal Nia, mereka tetap duduk ditempat itu dan belum ingin beranjak.

"aku tau, aku bingung mau mulai ini darimana. tapi aku cuma mau bilang satu hal sama kamu. aku sedang berjuang untuk mendapatkan hati kamu Nia, tolong jangan menolak dan berpaling. kamu hanya perlu menikmati semua perhatian dan perjuanganku. aku tau saat ini kamu sedang mengalami sebuah kesakitan, tapi aku mohon berikan aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku cukup baik untukmu".

"aku senang kamu berubah menjadi Romeo yang memiliki ambisi untuk mendapatkan hatiku, aku memberi kamu kesempatan Romeo. tapi sebelum itu, selesaikan skripsi kamu dan ayo kita lulus sama-sama tahun ini".

"kamu mah, apa-apa ujungnya selalu nyuruh aku selesaikan skripsi".

"aku gak mau mempunyai calon kekasih yang tidak punya gelar sarjana".

'sejak kapan kamu jadi perempuan menyebalkan Nia?".

"sejak 4 tahun yang lalu aku sudah menyebalkan, kamu tau itu Romeo". lagi-lagi mereka berdua tertawa dan memandang satu sama lain, Nia sudah lama tidak mengobrol dengan Romeo sedekat ini. apa selama ini Nia terlalu menjaga jarak sangat jauh? sampai Nia benar-benar merindukan saat-saat seperti ini.

"kamu selalu menyebalkan dan itu yang membuatku jatuh cinta".

"gak usah ngegombal".

"aku gak ngegombal, aku jujur loh".

"iya iya, kita pergi kesuatu tempat untuk liburan yuk, sekalian ajak Riri. besok hari sabtu, pasti kamu libur kan?".

"iya aku libur, ayo kita pulang ke apartemen Riri dan bilang langsung. kita diskusikan ingin berlibur kemana. tapi mungkin gak bisa jauh, soalnya hari senin aku kerja".

"iya iya aku tau, sekarang kamu sudah punya tanggung jawab, aku seneng liat kamu yang sekarang".

"aku seneng kalau kamu seneng, kenapa gak dari dulu aja ya aku urus perusahaan Daddy dan denger kamu muji aku".

"dasar, yaudah yuk pulang".

"yuk". Nia dan Romeo berjalan berdampingan tanpa sentuhan sedikitpun. hanya hati kecil mereka yang saling bergumam merasakan satu kebahagiaan kecil yang sudah lama tak mereka rasakan. Hati Romeo sedikit tenang, walaupun dia hanya bisa melihat Nia, namun hatinya sudah cukup baik dengan semua ini, langkah pertama yang tidak sia-sia. menurutnya...