Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 25 - Kecemburuan itu

Chapter 25 - Kecemburuan itu

Nia hanya melihat Riri dengan pandangan tak mengerti, wajah merah Riri tadi seperti orang yang sedang jatuh cinta.

Namun Nia buru-buru menghapus pikiran itu, dia tidak ingin terlalu banyak memikirkan sesuatu yang konyol. saat ini dirinya hanya ingin berlibur dengan tenang dan melupakan mas Surya

Nia yakin saat ini Surya sudah sampai di Yogya, menikmati dinginnya kota itu dan pasti tidak akan pernah memikirkan hati Nia.

cinta memang konyol, hati dan perasaan bisa bisanya memihak kepada orang yang tidak bisa digapai.

"Nia, mau jagung bakar gak?" ucapan Romeo membuat Nia mengangguk dengan cepat. saat ini mereka sudah sampai dibandung dan berada di salah satu tempat dipinggir kebun teh. menjual jagung bakar dan sosis bakar. mereka sengaja mampir hanya untuk berfoto di kebun teh dan merasakan udara dingin.

entah apa yang akan mereka fhoto di suasana malam seperti ini. namun lampu lampu cukup bagus memperlihatkan kebun teh yang menurut Nia tidak ada kesan seram.

"mau rasa apa?" Romeo bertanya lagi, karena Romeo yakin saat ini Nia sedang memikirkan banyak hal.

"apa aja, emangnya kamu beli rasa apa?". Nia berusaha tersenyum tenang dan berjalan kearah Romeo yang sedang menunggu jagung bakar dibuat.

sedangkan Riri, dia ada diatas bukit yang tidak jauh dari mereka sekarang. Nia bilang dia ingin merasakan angin menerpa wajah mulusnya. konyol sekali memang perkataan Riri. tapi memang begitulah sifat teman mereka yang satu itu.

"aku juga mau sosis ya, kayaknya enak. Riri juga samain aja, dia kan pemakan segala. pasti dia suka" Romeo mengangguk dan mengangkat jempolnya.

"kamu keatas aja sama Riri, nanti kalau udah Mateng aku samperin. cari tempat duduk yang nyaman ya". Nia mengangguk dan mulai naik perlahan keatas bukit kebun teh. tidak terlalu tinggi, hanya jalanan yang agak sedikit naik dan kanan kirinya terdapat daun teh yang belum siap panen.

Nia melihat Riri duduk disalah satu bangku kayu yang terbuat dari batang pohon.

"tumben mau sendirian, kesambet baru tau rasa" ucap Nia saat sudah sampai disamping Riri.

"Enak aja suasananya, udah lama gak ngerasain udara Bandung".

"iya ya, udah berapa lama kita gak kesini?". tanya Nia mencoba mengingat liburan terakhir mereka kebandung.

"mungkin 2 tahun yang lalu" ucap Riri pelan.

"gak banyak berubah ya, udara masih segar seperti dulu. hanya waktu yang terus berputar" Nia memandang kearah langit yang bertabur bintang. kerlipan cahaya yang sangat banyak membuat suasana menjadi lebih tenang.

"ya, semoga aja tahun tahun berikutnya kita masih sama sama seperti ini" ucapan Riri membuat Nia menoleh kearahnya.

"gue usahain untuk terus jadi sahabat kalian berdua. gue gak mau ada masalah yang bisa ngebuat persahabatan kita retak. apapun itu, kita harus bicarakan dengan baik-baik". ucapan Nia mengetuk hati Riri dengan keras. entah apa yang dirasakan Riri saat ini. namun ia takut dirinya menaruh harapan besar ke Romeo, dirinya takut bahwa ia akan benar jatuh cinta ke laki laki yang tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya.

"gue juga bakalan berusaha untuk jadi sahabat kalian, menyingkirkan semua perasaan tak wajar dan bertahan untuk terus sama sama kayak gini".

"perasaan tak wajar seperti apa?" pertanyaan Nia membuat Riri menelan ludahnya kasar. Riri salah bicara. ia hanya terbawa suasana saat mengucapkan perkataan tadi.

"entahlah, gue juga bingung" ucap Riri pelan.

"gue juga gak mau sampe Romeo terus jatuh cinta sama gue, gue cuma pengen kita sahabat tanpa ada hubungan lebih. karena jika kita berhubungan lebih dari sahabat. maka semua akan berubah, kita gak akan bisa sama sama lagi". ucap Nia dengan jujur.

"kenapa lu bilang gitu? kalau lu berdua bisa pacaran atau mungkin menikah. kita kan masih bisa Sama sama" tanya Riri bingung.

"gue cuma punya firasat bahwa jika gue membalas perasaan Romeo maka semua gak akan pernah sama lagi. entahlah kenapa, sekarang gue belum nemuin jawabannya".

Riri hanya terdiam, perkataan Nia memang ada benarnya. kalau Nia dan Romeo bersama bagaimana dengan hatinya? apa hatinya masih bisa baik baik saja? semakin hari Riri merasa ada akar kuat yang semakin bertumbuh. rasa nyaman dan canda tawa seorang Romeo membawa efek besar pada dirinya.

ia bahkan tidak bisa melihat Nia dan Romeo tersenyum bersama, bagaimana bisa Riri tenang jika mengetahui mereka memulai hubungan serius?.

Riri menghela nafasnya kasar, memejamkan matanya dan membiarkan udara dingin masuk kedalam paru parunya.

ia ingin sekali melupakan semua ini, namun jika menyangkut soal hati, semua orang pasti akan terlihat lelah dan payah.

" woy, berdua dua kalian. mana sama sama bengong, gue rasa kalau kalian kesambet. gak ada yang bisa saling nolong", perkataan riang Romeo membuat Riri tersenyum. Riri membuka matanya dan melihat senyum Romeo, seperti melihat cahaya dalam kegelapan. senyum Romeo itu yang selalu berhasil menenangkan hati Riri.

"bawa apa lu?" Riri bertanya seolah olah hatinya biasa saja.

"jagung bakar sama sosis, gue beli pake sambel yang banyak. gue tau lu suka pedes kan. sahabat gue satu ini mana bisa makan tanpa sambel" Romeo mengelus puncak kepala Riri dan itu berhasil membuat jantung Riri tak terkendali.

"ahhh aku juga mau sambel". ucapan Nia membuat Romeo tertawa keras dan memberikan jagung bakar saja kepada Nia.

"kamu gak boleh banyak banyak makan sambel, nanti sakit perut. kalau sakit perut kamu bakalan rewel, dan pasti rewelnya ke kita berdua". Nia mengerucutkan bibirnya sebal. Riri hanya tersenyum samar, mau bagaimanapun Romeo tidak akan pernah merasakan perasaan terlarang itu kepada Riri. Dimata dan hatinya hanya ada Nia, lihat saja bagaimana Romeo memperlakukan Nia dengan baik.

Nia tidak boleh memakan sambal terlalu banyak karena Romeo takut Nia sakit, sedangkan dirinya? diperbolehkan makan sambal. lagipula Romeo pasti tidak akan khawatir jika Riri sakit atau kenapa napa.

"yaudah Ayuk kita makan aja, keburu dingin". Riri mencoba untuk membuang rasa sedihnya dan buru buru makan sosis bakar dan menuangkan banyak sambal. tidak peduli jika nanti Riri akan benar benar sakit perut. tidak akan ada yang merasa khawatir pada dirinya.