Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 20 - Merindukan dua sahabat

Chapter 20 - Merindukan dua sahabat

Nia berjalan malas kearah apartemen Riri, setelah ia makan siang di pinggir jalan dengan semangkok bakso dan es jeruk. Nia memutuskan pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sedikit lelah. sebenarnya dia tidak terlalu mengerjakan banyak hal, hanya wawancara kerja dan makan siang, tapi entah mengapa saat ini badanya sangat lemas. mungkin karena terlalu banyak pikiran yang memang tidak harus dipikirkan.

Memutar kunci apartemen dan menyalakan lampu ruangan, masih sepi..

Tentu saja sepi, ini masih jam 3 siang dan tidak mungkin Riri pulang di waktu seperti ini.

Nia membuka sepatunya dan menaruhnya di rak khusus. menyalakan ac ruangan dan merebahkan dirinya dengan malas di sofa. matanya tertuju pada bingkai fhoto dirinya dan juga Riri yang saat itu berlibur di pantai Bali 2 tahun yang lalu.

Flashback Off

"Romeo lu tuh kalau gue bilangin pakai celana ya dipakai celananya, kenapa seneng banget sih cuma pakai kancut trus berseliweran dikamar gue". Nia mendengus melihat Romeo dengan bangganya hanya memakai celana dalam dan berlagak seperti model bintang panas dimajalah dewasa.

"gue seksi kan Na? liat otot otot perut gue nih, gila kotak kotak banget kan".

"gila, lu kalau emang udah gila dari lagi kayaknya Rom".

"apaan sih teriak-teriak, anjay sakit kuping gue dikamar mandi denger lu berdua". Riri keluar dari kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk putih di tubuhnya. dan tidak tau malu berlenggang mencari baju didalam koper seperti bodo amat melihat Romeo yang hampir telanjang.

"emang ya lu berdua, otaknya udah gak ada. kenapa pede banget sih? yang satu cuma pakai handuk, yang satu cuma pake kancut. gue berasa anak kalian yang ngeliat orangtuanya habis skidipapap tau gak". Nia berjalan melempar celana dan baju ke muka Romeo. "pakai Rom, gue tendang batang lu baru tau rasa". ucap Nia lagi dengan sedikit kesal.

"Lu kenapa sih Nek? marah-marah mulu. lagi datang bulan lu yak". Romeo memakai baju dan juga celana pendeknya lagi, dia tidak mau sampai Nia benar-benar menendang batang kesayangannya saat ini.

"emang lagi dateng bulan". ucap Nia dengan cuek.

"lu gak dateng bulan juga kerjaanya marah-marah". timpal Riri yang saat ini sudah memakai baju pantai dengan lengan sabrina dan melilitkan kain khas bali sebagai Rok.

"mau kemana lu?". tanya Nia.

"kepantai lah, masa udah sampai Bali cuma didalem kamar. gue mau godain bule bule di Bali".

"dasar sinting, otak lu cuma laki doang isinya". Nia yang memang hanya memakai tangtop dan celana pendek langsung memakai topi pantai dan sendal jepit miliknya.

Romeo hanya melihat Dua sahabatnya yang terlihat seksi dan sedikit menggoda dengan tubuh mereka yang memang berbentuk bagaikan gitar spanyol.

"gak usah ngeliatin gitu juga kali Rom, mata lu hampir jatuh". Riri menutup mata romeo dengan bantal milknya.

"gak nafsu juga gue ngeliat badan lu berdua. gak bisa gue grepe-grepe". Romeo berucap malas dan berlalu keluar terlebih dahulu.

"emang otak temen gue pada gila". ucap Nia yang mengikuti Romeo keluar dari kamar Resort mereka, Riri hanya menggelengkan kepalanya heran. mereka bertiga saat ini sedang ada di Bali. hari pertama mereka akan dihabiskan dengan menyusuri pantai dan menikmati angin laut.

Mereka tinggal di Resort milik keluarga Romeo dan sudah pasti semua yang mereka lakukan disini di sponsori oleh isi dompet Romeo.

Angin laut pantai menerpa wajah Nia, rambut panjangnya bergerak tak beraturan. dia suka pantai dan segala isinya. segala keindahan dan juga sedikit rasa panas karena sore ini matahari berkilau sangat terang.

memang benar kata Riri banyak sekali bule yang berada dipantai ini, mempunyai banyak badan yang seksi dan kulit yang indah. sebenarnya Riri sangat benci saat kulitnya kepanasan. karena dia tidak cukup putih untuk berjemur, kulitnya kuning langsat dan Nia akan berpikir ribuan kali untuk membuat kulitnya eksotis seperti beberapa perempuan disini. tubuh mereka sangat indah, entah itu asli atau buatan.

Romeo merangkul pundakku dan mencium keningku pelan.

"kenapa lu? kesambet?". tanya Nia yang diam saja saat tubuh Romeo semakin merangkulnya erat.

"gue gak suka aja, para lelaki disini ngeliatin tubuh lu seperti singa kelaparan". jawab Romeo cuek.

"mata lu juga menampilkan hal yang sama Rom". balas Nia sedikit sarkas.

"gue sahabat lu, lu udah pasti tau gue gak mungkin ngelakuin apa-apa".

"mereka juga gak mungkin ngelakuin apa-apa".

"ya tapi tetep aja, gue gak seneng saat mereka natap lu seperti itu".

"lo gak liat sahabat lu satu lagi, si Riri dia malah kesenengan tuh di godain bule". kata Nia yang menunjuk ke arah Riri yang sedang mengobrol dengan dua orang bule sekaligus.

"kalau Riri biarin aja, dia punya banyak orang kepercayaan bokapnya kalau dia kenapa-napa. kalau lu kan gue yang diamanahkan untuk ngejagain lu sama ibu lu". Romeo sedikit membela diri dan bersikap acuh melihat Riri.

"bisa banget mulut lu, ngeles terus. bilang aja lu mau nempel-nempel sama gue".

"soal mau nempel-nempel sama lu mah gue gak munafik, tapi soal ngejagain lu gue jujur soal itu". Romeo menatap mata Nia yang hanya melihat kearah pantai. Romeo menyampingkan Rambut Nia kebelakang telingan dan mencium pipi Nia singkat.

"lu terlalu berlebihan Rom, nanti kalau lu jatuh cinta sama gue baru tau rasa". Nia memang tidak pernah melarang Romeo saat memeluknya dan mencium kening atau pipinya. ya selama Romeo tidak lebih dari itu, menurut Nia itu hal yang wajar sebagai sahabat. Romeo hanya menjaganya dan mencintainya tidak lebih dari sahabat.

"sekalipun gue jatuh cinta sama lu, itu gak masalah buat gue". ucap Romeo dengan nada yang sedikit serius.

"kenapa gitu?". kini mata Nia sudah memandang mata Romeo, mereka hanya saling memandang satu sama lain. orang yang melihat mereka saat ini pasti berpikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang sangat bahagia.

"karena memang hati gue udah milik lu sepenuhnya, lu sahabat yang baik dan gue merasa terpanggil untuk ngejaga lu".

"lu jin? merasa terpanggil terlalu berlebihan Romeo". Nia tertawa dan menganggap bahwa kata-kata Romeo hanya lelucon yang biasa dia ucapkan.

"ya gue memang terlalu berlebihan". Romeo tidak melanjutkan lagi kata-katanya, dia tidak ingin Nia tau perasaanya. seperti ini saja, menjadi sahabat Nia dan bisa memeluk serta memiliki Nia sudah cukup baginya, tidak ada yang bisa mengambil dan menyakiti Nia selama dia ada di sini, disamping Nia.

Romeo dan Nia memandang laut sore dengan saling berpelukan, Nia hanya merasa nyaman dengan perlakuan Romeo. tidak ada perasaan lebih dalam dirinya, berada disisi Romeo seperti berada disisi seorang kakak. sangat nyaman dan juga seperti memiliki Rumah untuk berteduh.

Flashback On..

Nia merasa mengantuk dan membiarkan dirinya masuk ke dalam alam mimpi, bersama kenangan dan semua masa lalu yang indah..