Satu bulan berlalu, hari hariku berjalan dengan semestinya. Aku juga masih sering berkumpul dengan dua temanku, tetapi sekarang personil kami untuk berkumpul sudah bertambah ada Fani dari fakultas yang sama denganku dan juga Desy dari fakultas yang sama dengan Vanya. Selain berkumpul di cafe kita juga sering menghabiskan waktu untuk membeli kebutuhan masing-masing bersama.
"Vanya, aku, Alika dan Fani udah didepan kampus. Kamu dimana ?" aku menghubungi Vanya karena kami berlima ingin sedikit berbelanja bersama.
"Aku dan Desy sudah hampir keluar kampus"
"Ok, kalau kamu sudah lihat mobil Alika, langsung masuk aja"
Hanya butuh waktu sepuluh menit saja untuk sampai dipusat perbelanjaan. Kami segera masuk, toko yang pertama kami tuju adalah toko buku. Ada beberapa buku yang harus aku beli, dan setelahnya aku akan sedikit menghabiskan uang papahku hehe.
"Sudah membeli hal yang paling dibutuhkan, sekarang kita mau lanjut kemana ?"
"Gimana kalau kita membeli beberapa pakaian dalam yang lucu Al" Vanya tersenyum nakal dan berjalan kearah toko yang menjual pakaian dalam.
"Dasar Vanya !" Desy mengumpat Vanya.
Pada akhirnya kami membeli beberapa pakaian dalam sesuai keinginan kita masing masing. Aku juga membeli beberapa set pakaian dalam, sama seperti wanita kebanyakan aku juga hampir khilaf mata melihat berbagai model pakaian dalam.
Setelah keluar dari toko tersebut kami memutuskan untuk makan di restoran cepat saji dekat pintu keluar pusat perbelanjaan.
Satu jam berlalu kami sudah selesai makan, kami pergi menuju parkiran. Saat berjalan dengan santainya menuju mobil Alika tiba tiba seseorang yang sedikit berlari dari depanku menabrakku.
"Braaakkk!!"
"Astaga, Arrghh!!" Aku terjatuh kebelakang.
"Maaf aku terburu buru, barangku tertinggal direstoran, aku tidak sengaja menabrakmu" laki laki itu segera bangkit dan mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
"Kamu!" aku tercengang kenapa dia lagi yang menabrakku. Aku mengambil barang belanjaan ku dan segera berdiri.
"Raisa!"
"Kenapa kamu selalu menabrakku?"
"Bukannya kamu suka aku menabrakmu ?" mendekatkan diri.
Aku langsung pergi dan masuk ke mobil Alika tanpa menjawab sepatah kata apapun.
"Sa, tadi itu bukanya Kak Davian ya senior kita ?"
"Iya deh Fan, kayaknya sih emang kak Davian" Alika meyakinkan Fani.
"Ganteng banget deh" Desy dengan gaya centilnya memuji sibrengsek itu.
"Des, difakultas kita ada ngga sih yang gantengnya berlebihan gitu" Vanya yang berkedip kedip seperti sedang membayangkan sesuatu.
"Apa sih kalian! berisik tau!" Aku masih kesal karena beberapa hari yang lalu, dia yang menyebabkan tanganku memar.
Aku adalah orang terakhir yang diantar pulang oleh Alika.
"Sa, kamu kenapa cemberut gitu ?" ucap Alika memecah keheningan.
"Aku masih sebel aja sama si brengsek tadi"
"Kak Davian maksud kamu ? kan dia juga ngga sengaja sa"
"Tapi Al, kamu lihat kan tadi waktu dia tau aku yang ditabrak. Dia malah menggodaku."
"Mungkin dia memang suka menggodamu haha"
"Al aku serius, gara gara dia juga kan tanganku memar sampai beberapa hari"
"Iya iya Sa, tapi dia ganteng kan kan Sa" kali ini Alika menggodaku.
"Alikaaa!! kamu mending diam deh daripada aku makin badmood"
"Iya aku diam, tapi pipi kamu juga jangan merah gitu dong haha"
Aku terdiam dan langsung melihat wajahku sendiri dikaca, apakah benar pipiku merah. Shiit! ternyata Alika benar benar menggodaku.
Sampai dirumah aku langsung berlari menuju kamarku untuk merebahkan diri sesaat. Aku teringat tadi aku membeli beberapa set pakaian dalam, dan aku ingin mencobanya sebentar. Aku mengambil paper bag tadi dan segera mengambilnya.
"Kok jadi Pomade sama Parfum laki laki gini sih dalamnya" Aku mengeluarkan semua isi paper bag tersebut.
"Ngga mungkin tertukar kan, lagian kalo tertukar bakal tertukar sama siapa ? kan temanku yang tadi berbelanja semuanya cewek" Aku berpikir keras kenapa isi paper bag nya berubah, atau memang paper bag nya berbeda.
Arrghh benar saja paper bag ini berbeda dengan tadi yang aku bawa, nggak mungkin kalau tertukar dengan milik sibrengsek itu.
Bagaimana jika dia membuka isi paper bag nya, aku malu.
Sudahlah lupakan, aku sedang tidak ingin memikirkannya. Jika bertemu dengannya aku akan berpura pura tidak terjadi apa-apa.