"Sayang, ayo bangun sudah jam tujuh " samar-samar kimi mendengar seperti suara ibunya memanggilnya sekarang ini.
Dia masih sangat mengantuk dan kesulitan untuk membuka matanya.
"Bu guru mona bilang apa kemarin ayo.. " ucapnya lagi, "anak super tidak boleh terlambat "
'Bu guru mona? ' kimi bersuara dalam matanya yang masih terpejam.
Lalu tawanya di dalam hati muncul mendengar mamanya menyebut nama guru yang sangat dia kenal.
'Mama, itu guruku waktu taman kanak-kanak masa iya dia sekarang menungguku! ' cetus kimi dalam hatinya.
"Ayo, bangun! " lagi-lagi mamanya bersuara.
"Mama buat bekal nasi goreng sosis dengan telut yang banyak buatmu... "
'Tunggu! ' lagi-lagi kimi bicara dalam hatinya, 'jangan bilang kalau aku... '
Kimi mencoba untuk tidak panik karena dia merasakan hal yang aneh, dengan cepat dia membuka kedua matanya dan mendapati dirinya sudah terduduk di atas tempat tidur ketika dia masih kecil dan memandangi kedua telapak tangannya yang berubah menjadi mungil.
"Mama, kenapa aku jadi anak kecil? " dia bertanya pada mamanya yang sedang menyiapkan pakaian untuknya.
Dia tersenyum mendengar ocehan kimi kali ini.
"Karena kamu memang masih kecil, dan usia kamu baru enam tahun sayang " ucap mamanya.
"Kamu mimpi apa semalam nak? " lalu dia bertanya pada kimi, "mimpi jadi orang dewasa? "
Kimi tertegun menelan ludahnya bulat-bulat, dan kedua matanya berputar memandangi seluruh penjuru ruangan yang dia tempati sekarang ini.
Dia memandangi sosok sang ibu yang masih terlihat sangat muda dan cantik dengan dres midi berwarna merah muda kesukaannya.
"Mama " panggil kimi.
"Ada apa lagi? "
"Tahun berapa sekarang? "
"Seribu sembilan ratus sembilan puluh " jawab mamanya dengan tawa kecilnya, dia lalu beranjak untuk menghampiri kimi dan duduk di depannya.
"Cepat mandi, kamu harus berangkat ke sekolah "
Setelah dia membelai rambut panjang kimi diapun beranjak meninggalkannya.
Kimi terdiam memandangi diriny di depan cermin setelah mandi. Kali ini kedua tangan mamanya sedang membuat dua kepangan di sisi kiri dan kanan kepalanya.
'Aku kembali ke usiaku yang enam tahun.. ' celetuk kimi dalam hatinya.
'Coba aku ingat, kesalahan apa yang pernah aku perbuat ketika duduk di sekolah taman kanak-kanak '
Dia memutar kembali memori otaknya agar bisa mengingat hal yang pernah dilakukannya dan itu adalah sebuah kesalahan paling besar sehingga dia harus kembali menjadi dirinya di usia enam tahun.
Senyumannya merekah ketika telah sampai di sebuah sekolah yang sangat dia rindukan. Dulu dia sempat berpikir ingin kembali menjadi anak-anak agar selalu bahagia tanpa beban yang selalu dipikirkan orang dewasa.
'Aku terharu sekali bisa kembali kesini ' ucapnya dalam hati.
Langkah kecilnya memasuki sebuah ruang kelas yang masih dihapalnya sampai dengan sekarang.
Di dalam jiwanya sosok anak enam tahun ini ada jiwa kimi dewasa, dia sedang menunggu cerita apa yang akan dia hadapi dan membuatnya tahu bahwa bahkan dirinya yang sekecil inipun pernah melakukan sebuah kesalahan.
'Di usia ini mama pergi meninggalkan papa ' guman kimi dalam hatinya, dan dia nanti dia akan sangat membenci sosok ibunya itu.
"Kimi jangan duduk disitu " ada suara anak perempuan bicara padanya ketika dia akan duduk di sebuah kursi kayu kecil yang telah di cat dengan warna merah.
Kimi berbalik, dia melihat sosok teman sebayanya dengan rambut yang sama sepertinya di kepang dua.
'Eh_ ' kimi tertegun dan terdiam melihat temannya itu.
'Dia teman sekelasku, mimi ' ucap kimi dalam hatinya.
"Kenapa? " lalu kimi bertanya pada temannya itu.
Dia yang berjiwa dewasa itupun tidak bisa menyembunyikan wajah juteknya, kimi baru teringat bahwa dia tidak suka dengan sosok mimi yang lebih cantik dan pintar darinya.
Semua guru sangat menyukainya karena dia tidak pernah bicara keras dan selalu bersikap sopan walaupun usianya masih sangat kecil.
"Kursi itu rusak " jawabnya.
"Mana! " cetus kimi sambil membolak-balikkan kursi yang dipegangnya itu.
"Terserah kalau kamu tidak percaya "
Kimi mendengus kesal, mendengar ucapan teman sekelasnya itu.
'Wah, aku sekecil inipun sudah membenci teman! ' cetus kimi dalam hatinya, lalu tawa-tawa kecilnya muncul.
'Ternyata aku memang wanita menyebalkan sejak kecil, pantas saja aku dikembalikan ke waktu ini! '
'Ternyata supaya aku sadar pada diriku sendiri, kenapa aku tidak mempunyai teman dekat. Karena sejak kecil aku sudah mempunyai sifat pembenci... '
Dia dengan cepat duduk di kursinya ketika melihat sosok bu mona guru yang paling disukainya karena baik hati dan tentu saja berwajah cantik.
"Siapa yang mau berhitung dalam bahasa inggris di depan? " bu mona bertanya pada semua murid sambil berjalan ke setiap bangku anak didiknya.
Kimi memutarkan pandangannya ke seluruh kelas dan tidak ada satupun temannya yang mengangkat tangan.
Karena kimi yang sekarang adalah kimi yang sudah berubah, dia dengan percaya diri mengangkat tangannya.
"Saya bu guru " kimi lalu beranjak dari duduknya dan berdiri.
Dengan penuh percaya diri dia berjalan ke depan kelas dan menghitung dengan cepat dan lancar.
'Kenapa dulu aku tidak bisa ya... ' kimi terkekeh dalam hatinya sambil menyombongkan dirinya karena dia mendapat pujian dari ibu guru kesayangannya.
Tiba-tiba muncul sosok G.A di sudut ruang kelasnya dan hanya kimi saja yang bisa melihatnya.
"Kamu sombong sekali " ucapnya pada kimi, "terang saja kamu bisa, tubuh kecil itu cuma fisiknya saja tapi kamu sebenarnya adalah wanita tua yang sombong dan dibenci semua orang! "
"Mengganggu saja! " cetus kimi pelan, dia menjulurkan lidahnya ke arah G.A dan tidak menghiraukan keberadaan laki-laki itu.
Kimi merasa karena ini adalah kesempatan terbaiknya dia ingin membuat sedikit perubahan di masa sekolah ini. Menjadi anak pintar dan mendapatkan pujian dari semua guru-guru.
Lalu melirik ke arah mimi yang duduk di sampingnya, raut wajahnya sama sekali tidak berubah sedikit pun ketika kimi mendapat berbagai pujian dari guru-guru hari ini. Anak kecil itu tidak pernah kehilangan senyumannya sedikitpun, dan dia tidak memiliki rasa iri sedikitpun.
"Kimi jangan menjungkit-jungkit kursi seperti itu " ucap mimi padanya ketika jam istirahat berbunyi.
Kimi sama sekali tidak menghiraukan apa yang diucapkan temannya itu, ketika dia sekolah di taman kanak-kanak dia sangat suka duduk di kursi kayu itu dengan mengangkat dua kaki-kaki kursi tersebut ke arah belakangnya.
Dia merasa seperti sedang berada di sebuah permainan dan menurutnya sangat menyenangkan walaupun dia ingat berapa banyak kursi yang patah karena ulahnya itu.
"Kimi nanti kamu jatuh " lagi-lagi mimi berkata padanya sambil memakan kue bekal yang dibawanya ke sekolah.
Kimi hanya tersenyum dan tidak menghiraukannya, kedua tangannya berpegangan erat di meja agar dia tetap seimbang dan tidak terjatuh ke belakang.
'Ahh, ternyata aku memang keras kepala sejak kecil! ' cetus kimi dalam hatinya, kali ini dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri dan itu berjalan dengan sendirinya...