Kimi segera mengingat hanna dan meninggalkan kenzi berlari menuju ke sebuah ruangan dimana hanna mendapatkan perawatan setelah terbangun dari komanya.
Nafasnya terasa sesak ketika dia sampai di ruangan dengan berlari dan mendapati ruangan itu telah kosong dan tempat tidurnya sudah terbalut sprei putih baru dan rapi.
"Suster dimana hanna? " kimi bertanya pada seorang perawat yang sedang merapikan ruangan yang semalam dipakai oleh hanna setelah dia sadar.
"Nona siapa? " perawat itu balik bertanya.
"Saya kakaknya " jawab kimi.
Terlihat wajah dari perawat itu yang kebingungan.
"Bukankah nona hanna itu hanya hidup sendirian " ucapnya pelan tetapi kimi bisa dengan jelas mendengarnya.
"Ada apa suster? "
"Tadi pagi nona hanna tiba-tiba mengeluh kesakitan di perutnya, dan mengatakan sesuatu pada dokter sebelum kembali masuk ke ruang ICU "
"Dan setelah itu saya tidak mendengar kabar nona hanna lagi... "
Perawat itu mengerutkan dahinya ketika dia baru saja selesai bicara kimi sudah lebih dulu berlari pergi meninggalkan ruangan.
Kimi memicingkan matanya setelah berlari dan sampai di ruangan yang perawat tadi sebutkan. Dia terheran melihat kesembilan kukunya yang menghitam kemarin telah berubah menjadi normal, hanya setengah dari kuku jari kelingkingnya yang masih menghitam sekarang ini.
"Kenapa tiba-tiba berubah? " kimi bertanya pada dirinya sendiri.
"Kak... "
Suara hanna yang sangat dikenal oleh kimi terdengar dari arah belakangnya dan dengan cepat kimi berbalik mendapati sosok hanna yang sudah berdiri di belakangnya dengan pakaian putih yang dipakainya.
"Hanna "
Terlihat senyuman lebar paling indah yang kimi lihat dari wajah hanna.
"Ayo kita bicara di rooftop " ajak hanna.
Dia tidak menunggu kimi menjawabnya, berbalik dan berjalan lebih dulu.
"Tunggu " kimi mencoba menyusul hanna yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.
"Hanna, kenapa kamu memakai pakaian putih itu? " tanya kimi ketika mereka sudah sampai di dalam lift.
"Bukankah kita sudah sepakat untuk bersama "
Hanna tidak menjawab apapun, dia hanya tersenyum mendengar pertanyaan yang kimi lontarkan.
Ada dua orang di dalam lift yang bereaksi ketakutan melihat kimi yang bicara sendirian di dalam lift. Keduanya saling menyikut dan begitu cepat menekan tombol di dalam lift agar cepat keluar karena takut pada kimi yang terlihat seperti orang gila bagi mereka.
"Mereka kenapa? " kimi bertanya dengan kerutan-kerutan di dahinya.
Dia memandangi dirinya yang terlihat berpenampilan tidak berlebihan tetapi membuat orang-orang itu seperti ketakutan melihatnya.
"Hanna " kimi tertegun dan begitu lama untuk mengedipkan matanya melihat sebuah kenyataan yang begitu menyakitkan baginya.
Dia bisa melihat sosok hanna tetapi dia tidak terlihat di sebuah cermin yang berada di dalam lift.
"Kamu? " dia lalu menoleh ke arah hanna yang masih terdiam dan hanya melemparkan segurat senyuman.
Setelah lama berada di dalam lift, akhirnya pintu lift terbuka dan mereka berjalan untuk menuju ke sebuah rooftop rumah sakit yang di penuhi dengan tangki-tangki besar dan pipa-pipa.
Ini seperti sebuah kebetulan, tersimpan sebuah kursi kayu panjang untuk mereka berdua duduk dan bicara.
"Bukankah kamu menyukai ibuku? " kimi memulai pembicaraan sambil memandangi langit yang di hiasi awan-awan putih.
"Kakak sudah tahu kalau selama kakak menjadi aku yang menggantikan kakak adalah aku "
"Aku tidak tahu " ucap kimi sambil tersenyum dan lalu menoleh ke arah kimi yang juga masih memandangi langit cerah.
"Tapi kamu sudah membuat hubunganku dengan ibu membaik " sambungnya.
Dia mencoba memegangi tangan hanna yang sekarang ini sudah berbeda dengannya, tetapi dia masih bisa merasakan dan memegangnya. Walaupun tangan hanna terasa dingin sekali.
"Aku berterima kasih pada kakak " ucap hanna yang kali ini mereka saling berpandangan.
"Akhirnya aku tahu seperti apa kasih sayang seorang ibu di ujung usiaku " sambungnya dengan senyuman dan kedua matanya yang mulai berkaca.
"Kakak beruntung memiliki seorang ibu yang penuh kasih sayang "
"Itulah kenapa aku menukarkan kehidupanku untukmu " kimi lalu menggenggam erat tangan hanna, "karena cuma kamu yang bisa membahagiakan ibu, sedangkan aku hanya selalu menyakitinya "
"Aku sudah terlalu merasa bahwa apa yang ada di dalam pikiranku adalah semuanya benar, sehingga selalu menyalahkan ibu "
Hanna tersenyum kecil, "kak, ibu memang pernah melakukan kesalahan. Sama seperti wanita lainnya yang merasa tidak dihargai dalam sebuah hubungan, ibu mencoba mencintai dirinya sendiri dengan memilih orang yang menurutnya akan membuat hidupnya bahagia "
"Tetapi akhirnya dia menguburnya karena dia memikirkan perasaan kakak "
"Aku mendapat pelajaran paling berharga dari ibu, yaitu menjadi wanita yang kuat "
"Ibu meninggalkan suaminya untuk mencari kebahagiaan tetapi ketika dia telah sendiri yang ada di pikirannya hanya mencari uang untuk bisa menyekolahkan kakak " sambungnya, "dia ternyata tidak memilih laki-laki lain karena telah bahagia bersama kakak "
"Lalu kenapa kamu tidak mau bertukar denganku? " tanya kimi setelah mendengar semua cerita hanna tentang ibunya.
Hanna tersenyum, "karena aku ingin mencari ibuku nanti di dunia lain, dan aku ingin sekali meminta maaf karena selama dia hidup aku selalu merepotkannya "
"Dengan tangisanku, kenakalanku dan semua ocehanku yang memusingkan kepalanya "
"Karena aku tomboi sekali waktu kecil, aku selalu jatuh karena naik pohon jambu tetangga "
Hanna meneteskan air matanya, "aku pernah duduk di atas drum yang isinya abu sampah yang masih panas, dan masuk rumah sakit karena luka bakar "
"Dan aku pernah melihat ibu marah seumur hidupku ketika melihat jari telunjukku di gigit capit kelomang " hanna bercerita dengan tangisan dan tawanya karena tingkah nakalnya sewaktu kecil.
"Aku lihat ibu berteriak mengambil kelomang yang menggigit jariku dan menghancurkan cangkangnya dengan sekali lemparan "
"Ternyata kamu nakal sekali sewaktu kecil " kimi menanggapi cerita masa kecil hanna.
Dia tidak pernah melakukan hal yang dilakukan oleh hanna sewaktu kecil. Bermain petak umpet saja dia lebih memilih berhenti ketika panas matahari mulai menyengat kulitnya.
Dia hanya senang bermain boneka barbie di rumah sendirian dan bicara sendirian saja tanpa ada teman yang lain. Karena paling tidak suka ada temannya yang lain memegang semua mainan miliknya dan juga dia lebih memilih tidak mempunyai banyak teman karena selalu malas ketika harus bertengkar karena hal sepele.
"Aku ingin sekali mempunyai seorang kakak dan G.A mengabulkannya ketika waktuku telah habis " ucap hanna dan lalu memeluk kimi, "seperti ini saja sudah cukup untukku kak "
"Aku merasakan kasih sayang ibu, memiliki seorang kakak yang sangat baik dan juga sebuah cinta dari lelaki yang akan selalu aku ingat di dalam hati "
Kimi merasakan ada sesuatu yang membasahi pipinya, ternyata dia meneteskan air matanya tanpa disadari.
Hatinya yang membeku dan dan membatu ternyata telah meleleh setelah mendapatkan sebuah pelukan dari seorang adik.
Dia seseorang yang walaupun umurnya lebih muda darinya tetapi telah berpikira lebih dewasa dari kimi dan memiliki hati yang baik.
"Aku bukan kakak yang baik " ucap kimi sambil tersedu-sedu.
Dia tidak dapat melepaskan hanna untuk sekarang, setelah dia membuat kimi menyadari semua kesalahan di kehidupannya...