"Elddy"
"Ya Nona Muda?"
Tanya Elddy Yang mendengar Suara Nona Mudanya Itu.
"Sebenarnya Apa yang terjadi?— Nanny tidak memberitahukan apa-apa Padaku"
Tanya Verlyn sambil mencoba menahan tangisannya.
Elddy mendengar pertanyaan Nonanya, Namun Dia masih terus berlari.
"El—"
"Tidak Nona Muda, Aku tidak ingin memberitahu mu tentang ini"
Kata Elddy dengan Nada Berat, Dia lalu menggigit bibir bawahnya dan menelan ludahnya.
"Nona Muda, pasti akan mengerti"
Sambung Elddy.
Verlyn yang mendengar Kata-kata Elddy pun menahan pahit wajahnya dan terdiam menutup wajahnya di pundak Elddy...
"Baiklah"
Jawab Verlyn dengan suara yang pahit.
Elddy yang saat itu menggendong Sylen dan Verlyn menahan Rasa Sakit di hatinya, Hanya tersenyum membalas Nada Pahit Nona Mudanya itu.
'Maafkan Saya Nona, Tapi Ini akan sangat berat bila Dirimu yang sekarang mengetahuinya"
"..."
Setelah cukup lama berlari di dalam Hutan, Elldy pun membawa Mereka berdua di suatu tempat yang cukup di Ketahuinya.
Dan itu adalah Pohon Tua Sakura Satu-satu yang berada di sekitar Mansion.
"Nona Muda, Kumohon jaga Dirimu dan Sylen baik-baik. Kumohon Nona Muda jangan kembali ke mansion, jika Nona masih belum bisa menenima kenyataan ini"
Kata Elddy dengan Suara dan Wajah yang terpaksa untuk senyum. Dia lalu membawa Verlyn dan Sylen masuk kedalam Lubang besar yang berada di bawah Pohon itu.
Elddy lalu mengeluarkan Pistol kecil dari Sakunya dan memberikannya kepada Verlyn.
"Elddy? Apa ini?"
Tanya Verlyn yang menahan tangis dan mencoba memproses kebingungan yang di alaminya.
Elddy pun membalas tatapan Nonanya itu, lalu mencium lembut dahi nonanya.
"Maafkan Saya Nona, namun hanya ini bantuan yang bisa Saya berikan. Lagi pula Nona Muda hebat dalam memainkan nya bukan? "
Kata Elddy.
Dia lalu berjalan keluar dari tempat itu dan Meninggalkan Mereka berdua.
"Eldd—"
Verlyn masih belum mau berpisah dengan Elddy dan mencoba mengikutinya, namun saat dia berjalan keluar dengan sekilas tangan Elddy terlempar jauh ketempat lain.
Verlyn pun melihat Elddy yang terbaring dan mengeluarkan darah yang banyak.
Elddy pun terjatuh tepat Di depan Mata Verlyn, seketika Verlyn tercengang, Dia hanya bisa terdiam membatu melihat Elddy.
'E-Elldy?'
Tak Lama, Sebuah Bola Mata Besar mendekati Elddy yang sedang terbaring kesakitan sambil menahan Tangannya yang sudah putus.
Elddy yang melihat kedatangan Verlyn pun mencoba mengusir nonanya itu, tapi pandangannya pangsung teralihkan dengan Monster Bola Mata itu yang membelah Tubuhnya.
Gigi-gigi tajam lalu mulai muncul di tengah-tengah titik hitam di Bola Mata itu.
Verlyn yang melihat itu pun berteriak dan mengarahkan Pistol kearah Bila Mata Besar Itu.
"MENJAUH DARI ELDDY–"
Elddy pun membuka Mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu...
Tapi-
Dengan sekejap Tubuh Elddy langsung di makan Monster itu dan secara bersamaan Verlyn juga menembak Peluru ke Monster itu.
DOORR!!
Seketika Monster itu dan Elddy terjatuh bersamaan, tanpa berlama-lama, Verlyn langsung berlari Kearah Elddy.
Namun Semuanya sudah terlambat, tubuh Elddy sudah dimakan setengah dan Dia tidak bernafas lagi...
Hanya Kaki Elddy saja yang tertinggal disana, darah sudah berhenti mengalir dan Usus Elddy yang terlihat sudah mulai memucat.
"Kenapa!!"
"Kenapa Kalian seperti ini Padaku!! "
Teriak Verlyn sambil memukul Kaki Elddy.
Dia kemudian mengingat Waktu-waktu yang Mereka habiskan bersama...
Ulang Tahunnya, saat-saat dimana Dia dan Yana membuat Biskuit Bersama, Hari dimana Dia Pertama Kali Dia diajarkan Cara menembak oleh Eddy, dan Waktu yang di habiskannya bersama Nanny hingga sekarang. Namun semua sudah tak ada lagi...
Verlyn terdiam cukup lama dan hatinya pun melonggar pasrah akan nasib yang di alaminya ini...
Dia mengingat Semuanya hingga Air matanya menetes tanpa tangisan, Dia menggigit membuka mulutnya lalu mulai menodongkan Pistol ke dalam mulutnya sambil gemetaran.
Disaat jari Telunjuknya menyentuh pelatuk, sekilas Perkataan Nanny dan Yana muncul di Pikirannya...
'Kami Mohon Tetaplah Hidup Nona Muda'
Verlyn pun menangis terhisak-hisak, perlahan dia mulai menurunkan senjataya dan mengurungkan Niatnya dalam Bunuh Diri.
"Nanny"
Ucapnya lembut.
Karena Sekilas walaupun tidak terlalu cepat, Dia Sempat merasakan pelukan Hangat yang dari Nanny.
Dalam hatinya, keinginan untuk hidup pun mengekang kuat dan membuatnya ingin selalu hidup agar tidak mengecewakan yang Lain di dunia atas.
Verlyn lalu berdiri mengambil senjata nya dan pergi ketempat Sylen berada sambil tersenyum tipis.
"Ayo Kita pergi Syl"
Ucap Verlyn dengan berat.
Dia lalu menggendong Sylen keluar dari lubang pohon itu, dan membawanya masuk lebih dalam ke dalam Hutan.
'Walau Hanya Kita, Aku Harus Mencobanya'
Bersambung...